86. Epilog

2.4K 72 4
                                    

Kehidupan Devano kini mulai membaik. Dimana cowok itu selalu terbuka pada Keysa, Mama dan Teman-temannya. Cowok itu sudah pulih setelah sebulan lamanya mengalami tahap penyembuhan.

Perut bekas tertusuk pisau itu kini mulai kering. Meskipun bekas jahitannya masih terlihat jelas.

Hubungan Keysa dan Vano juga mulai ada perkembangan. Tak ada yang mengusik keduanya kali ini. Mereka sudah berpikir matang-matang mengenai komitmen dan memahami satu antara lain.

Keysa tidak menyangka, hubungannya dengan Vano yang awalnya bersifat paksaan itu berakhir seperti ini. Semua itu keputusan sepihak yang diambil Vano. Namun, sekarang menjadi sesuatu yang mengikat antara kedua insan yang tidak bisa melepas ataupun meraih kehilangan.

Sesayang itu Keysa kepada Vano, dan sebaliknya Vano juga begitu.

Kini cowok itu menghentikan mobilnya tepat di parkiran kampus. Kaos santai kini terlihat melekat pada tubuhnya. Membawa kesan sensual.

“Turun, sayang.” Keysa kini mengangguk setuju. Dia menyemprotkan parfumnya sebelum keluar mobil. Sebelum itu Keysa juga memoleskan liptint berwarna merah cherry pada bibirnya. Membuat Vano menghembuskan napasnya panjang.

“Udah 3 bulan ngampus, harus diingetin terus buat jangan make liptint semenor itu?” Keysa yang mendengar itu terkekeh. Cewek itu cengengesan.

“Lagipula biar keliatan fresh aja. Ini nggak menor banget kok!”

“Nggak bisa. hapus!” Vano menghembuskan napas kesal. Memberi Keysa sehelai tisu. Cowok itu berujar dengan nada kesal.

Keysa buru-buru menghapus liptint yang tercetak jelas pada bibirnya. Ya Tuhan, Vano seposesif ini, menyebalkan. Memang sudah beberapa kali Vano mengingatkan supaya tidak memakai liptint di kampus. Tapi dia tetap menyangkalnya habis-habisan, memang kenapa?

“Kenapa, sih?”

“Dikira cowo-cowo nggak ngeliatin kamu terus?” ujar Vano kesal.

“Inget udah tunangan.”

“Jangan kebanyakan gaya.”

Ya, Keduanya memang sudah bertunangan seminggu yang lalu. Tapi, Keysa sudah tidak sabar mendengar aturan-aturan tak jelas Vano. Sebelum jadi suami saja sudah banyak aturan.

“Ini nggak perlu dicopot, jangan ganjen.” Cowok itu menunjuk cincin yang melingkar pada jari manis milik Keysa.

“Iya-iya.”

“Mau langsung, ada kelas sekarang. Jangan kebanyakan senyum ke orang apalagi cowok.” Vano kini keluar dari mobilnya. Cowok itu menenteng ranselnya seraya melengos pergi.

Keysa menghembuskan napas berat. Cewek itu berjalan keluar dari dalam mobil dengan perasaan malas.

“Baru tunangan aja banyak aturan, apalagi udah jadi istri. Sabar, Key...sabar!”


Epilog.


Lanjut sequel-nya? Ditunggu yaa coming soon untuk kehidupan KEYVANO setelah menikah, dan keturunan Gibrananta.


KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang