Matahari yang masih saja terik semakin memanas menambah kebisuan antara mereka berdua. Kini tatapannya masih beradu di belakang sekolah yang amat sepi.
Tangan Vano masih saja mencengkeram erat pergelangan tangan Keysa. Hal itu semakin membuat Keysa meringis kesakitan. Namun, cowok dengan tatapan elang itu tak memedulikannya.
"Lo ikut gue...sekarang," ucap Vano dengan iris mata yang kian menajam. Tanpa ekspresi, dan membuat Keysa hanyut dalam kegelisahan. Ketika ucapan itu menerobos masuk liang telinganya.
Keysa hanya diam datar. Tak ada sahutan darinya seperti kata yang melintas lalu pergi terbawa angin. Bahkan dia tak ingin berdebat dengan Vano lagi.
Tanpa pikir panjang, Vano mulai menariknya kuat untuk segera berjalan pergi meninggalkan belakang sekolah.
Koridor sekolah masih tampak sepi tanpa lalu lalang siswa dan guru yang lewat. Derap langkahan kaki mereka semakin gontai tak menyisakan bunyi pijakan. Cengekeraman Vano pada pergelangan tangannya pun semakin kuat.
"Lah kita mau kemana?!" ucap Keysa bingung. Vano semakin mempercepat langkahnya. Tidak menjawab apalagi melirik wajah cewek yang dicengkeramnya itu.
Vano masih tetap bungkam. Tak ada jawaban yang dia lontarkan pada Keysa. Hal itu membuat Keysa berdecak sebal.
Tak disangka langkahnya berhenti tepat di sebuah parkiran siswa. Cowok itu segera mengambil dan menaiki motor sport merah miliknya. Keysa hanya terdiam mematung di hadapannya.
"Ayo." ucap Vano seraya menenteng tas dibahu kirinya.
"M-mmau kemana?"
"Diem deh cepet nih helm." ucap Vano kesal dengan wajah tertutup helm fullface miliknya.
"Nggak! Ngapain juga gue ikut sama lo!" Mendengar ucapan Keysa yang menolak perintahnya. Cowok itu membisu, menatap wajah Keysa dari jauh dengan tatapan datarnya.
"Ngapain lo ngelihatin gue kayak gitu?" ujar Keysa melirik wajah Vano jijik. Meskipun yang dia tahu Vano adalah ketua geng, tetap saja dirinya tidak takut pada cowok tersebut. Walau awal-awal Vano membuatnya menarik napas dalam-dalam.
"Lo ikut gue," ujar Vano kembali berbicara. Mengulang ucapannya yang tadi.
"Nggak, males."
"Lo berani nolak perintah gue?"
Mendengar wajah tak berkompromi Vano membuat cewek itu membungkamkan mulut.
"Cepet naik, atau gue yang naikin lo."
Keysa dengan wajah cemberut seraya menggunakan helm yang dia terima. Keysa tidak menggubris ucapan Vano.
Dengan segera dia menaiki motor milik Vano. Dia hanya terdiam bingung. Dalam pikirannya tersirat 'Vano mau membawanya kemana?'
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...