42. Vano was furious

1.4K 67 21
                                    

Gue balik, masih nunggu sampe tamat? Hahah!
Selamat membaca. Kawal ya sampe tamat

•••

Ya, sedikit saja Keysa harus berpikir. Semuanya akan baik-baik saja seperti sedia kala. Anggap saja ini hanya mimpi buruk yang kian terjadi pada tidurnya. Dia tidak boleh menangis walau melihat Vano yang berubah 180° seperti ini. Dia tahu semua itu memang menyakitkan. Tapi bisakah sedikit saja dirinya mementingkan hubungannya ini? Persetan dengan hatinya. Dia harus berkorban demi hubungannya.

Katakan pada dirimu sendiri jika semua ini hanyalah mimpi buruk. Dan katakan pada dirimu semua ini hanya cobaan dalam hubunganmu.

Dalam hatinya Keysa membatin seperti itu.

“Gue kuat, gue bakal selesein semuanya,” ujarnya pelan seraya tersenyum kecil. Tatapannya kini mengarah ke Vano yang menoleh ke arahnya dengan tatapan sulit diartikan. Namun, pandangan itu kini berpaling tergantikan oleh wajah Aletta yang kian menyeringai sinis ke arahnya.

Keysa berjalan ke arah Vano dengan membawa semangkuk bakso. Cowok itu hanya diam. Datar, tidak ada senyuman yang mengulas pada wajahnya.

“Hai, Vano!” ujar Keysa. Cewek itu berkata seperti baru saja mengenal Vano. Bukan biasanya Keysa seperti ini. Keysa sangat bingung, harus berkata seperti apa pada Vano yang kali ini cuek padanya. Teman-teman Vano hanya terdiam. Lalu menatap Keysa intens. Cewek itu tersenyum kecil.

“Aku boleh duduk di sini?” ujar Keysa mengulas senyum. Dia harus ceria kali ini. Raganya kini terduduk di hadapan Vano yang masih diam datar.

“Kamu udah makan? Aku suapin mau? Biasanya kan kalo kamu mau makan kita makan bareng? Semangkuk lagi? Gak inget? Mau nggak nih enak loh,” ujar Keysa sedikit  menyuapkan sesendok bakso kedalam mulut Vano. Pertama, cowok itu enggan. Namun, lama kelamaan dia membuka mulutnya juga. Keysa tersenyum puas. Lalu melirik wajah Aletta yang kian berdecak sebal.

“Gimana? Enakkan Van?” ujar Keysa pelan.

“Biasa aja.”

Keysa masih terdiam dengan senyum kecil yang sudah tertera pada bibirnya. Kali ini dia tahu Vano mungkin marah padanya. Tapi sesungguhnya, dia tidak tahu penyebab apa yang membuat Vano marah. Vano tiba tiba cuek dan berjalan dengan cewek lain. Hal yang mampu membuat dirinya tercekat tak kuat. Keysa ingin bertanya ; Cewek mana sih yang kuat menahan sakit ketika pacarnya berduaan dengan cewek lain? Sudahlah, buang jauh jauh pikiran itu. Sebaiknya ia berpikir positif. Tidak ingin berpikir negatif atas semua yang terjadi. Tujuannya kali ini meminta penjelasan atas kesalahannya dan mengapa Vano bersikap seperti ini terhadapnya.

“O iya Van, kamu mau minum apa? Biar aku beliin.”

Aletta menatap sinis ke arah Keysa.

“Gak usah sok perhatian deh lo! Gue yang bakal ambilin minum buat Vano bukan lo, elo bukan siapasiapa jadi mending pergi deh,” sarkas Aletta. Keysa hanya tersenyum getir. Melirik wajah Vano yang masih diam datar.

“Maksud kamu apa bukan siapa siapa Van?” lirih Keysa. Tidak habis pikir dengan sikap Vano. Kali ini Vano benar benar berbeda.  Tidak dengan Vano yang selalu saja bersikap layaknya Keysa adalah pacarnya. Ya, Mungkin benar Keysa bukan siapa siapa di kehidupan Vano.

Vano bahkan tidak menjawab pertanyaan Keysa. Sebenarnya Keysa sangat muak dengan semua ini. Namun, apadaya dirinya yang berkepala batu ingin menjaga hubungannya.

“Aku ngomong lho, kamu denger gak sih? Atau kamu udah dituliin sama Aletta?” ujar Keysa lagi. Tatapannya kini melirik sekilas wajah Aletta. Sementara Keysa masih berusaha tersenyum walaupun hanya senyum sendu yang dia pancarkan.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang