"Sialan! Matematika bikin mabok gue beneran," ujar Keysa dengan kedua tangannya kini memijat pelipisnya pelan. Cewek itu menghembuskan napas seraya menulis sesuatu di buku tulisnya yang memang beberapa soal belum dia selesaikan. Kurang beruntung sekali dirinya pindah disaat pembelajaran tentang hitung menghitung, sesuatu yang memang sangat dibencinya.
Cewek itu lagi-lagi tersenyum pasrah, akhirnya bel istirahat berbunyi memekak. Membuat sorak-sorai siswa dan siswi di dalam kelasnya mulai tak terbendung. Bahkan, Keysa dapat mendengar kelas lain juga tampak berseru senang akan kebebasan dari penyiksaan sebuah mata pelajaran.
Mereka saling berdesakkan keluar kelas. Berlarian menuju kantin untuk mengisi perutnya yang lapar, atau melangkahkan kaki mereka ke musala yang berada tepat di sebelah gedung kelas 10 untuk melaksanakan salat duha.
Keysa membalikkan raganya ke arah belakang meja milik Asya. Cewek itu masih berada di dalam kelas bersama keenam sahabatnya. Mereka belum juga keluar dari dalam kelas. Sibuk dengan ponsel yang ada di masing-masing tangan mereka. Kecuali Alvara dan Liana yang sibuk dengan perghibahan keduanya.
"Keluar yuk, gas!" ucap Alvara berusaha mengajak beberapa temannya.
"Males," ujar Salma yang terus saja menatap layar ponselnya. Dia sedikit melirik Alvara yang tampak mendengus.
"Ayo dong keluar ke kantin gue laper tahu!" ucap Liana. Hal itu disambut deheman keras oleh mereka. Mendengar itu Keysa tampak terdiam.
"Iya gue juga laper!" ujar Alvara mencemberutkan bibirnya. Asya menggerutu sebal.
"Mager sumpah!"
"Bener tuh, mending nitip nggak sih?" ujar Natha terkekeh.
"Hidup kamu ngerepotin orang!" ujar Alvara membuat keenam temannya terkekeh termasuk Keysa.
"Ya udah ayo katanya mau ke kantin jadi nggak?" ucap Keysa datar. Lagipula dirinya juga lapar.
"Siap, hayuk! Gas bor!" ucap Liana dan Alvara dengan semangatnya yang menggebu. Asya dan Salma geleng kepala melihat keduanya terlihat senang. Tak menunggu lama mereka segera melangkahkan kaki menuju kantin. Dilewatinya koridor kelas yang ramai dengan tatapan siswa siswi yang terus saja menghujamnya. Ingat ; Keysa akan selamanya menghiraukan itu. Yang penting hidupnya tetap santai dan tenang.
"Gue ngutang lo dulu ya, Nath? Nggak ada duit." Asya kini berbicara seraya mendudukkan dirinya di kursi setelah sampai di kantin. Duduk di depan Keysa yang terlihat tengah memainkan ponselnya dengan fokus.
"Lo ngutangan banget, lo sering bohong kalau nggak ada duit, padahal mah banyak!" ujar Natha mendengus. Keysa hanya terkekeh melihat pertengkaran keduanya. Menggelengkan kepalanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...