Sudah tiga hari setelah kepulangan Keysa dari rumah sakit. Kini kondisi cewek itu berangsur pulih. Namun, tetap saja, banyak perubahan mendalam dari dalam diri Keysa. Cewek itu banyak diam, dan terkesan lebih dingin dari biasanya. Kadang kedua orangtuanya dibuat resah karena kondisi cewek itu yang kadang menangis tanpa sebab. Kelopak matanya pun kini menghitam seolah tidak terawat lagi. Rambutnya semakin kusut. Cewek itu pun jarang makan. Dia hanya makan satu sendok nasi goreng. Itupun buatan dari Virna-mama Vano yang sekarang kondisinya sudah semakin membaik.
Di sekolah pun sama. Cewek itu semakin banyak diam terhadap teman-temannya. Jika ada yang bertanya, dia pun hanya menjawab singkat tanpa terkecuali kepada Vano. Dirinya sama seperti itu.
Vano juga dibuat bingung ketika cewek itu semakin mengindari dirinya. Padahal semenjak kejadian boneka itu, Dia sudah berbicara jika ; dirinya akan menjaga Keysa, jadi jangan takut.
Namun, Vano tidak tahu lagi. Keysa menjadi seperti ini. Seolah mengasingkan diri dari kata kenal.
Bahkan disaat dia pergi kerumah Keysa untuk mengetahui kondisi cewek itu. Keysa malah meneriaki Vano supaya pergi darinya. Vano bingung melihat Keysanya seperti ini. Apakah Keysa shock berat karena peristiwa saat itu?
“Key?” ujar Vano menatap Keysa. Cewek itu memojokkan dirinya di pojok kamar. Menutup matanya dengan kedua tangan. Seolah tidak ingin melihat Vano.
“Pergi dari sini, gue takut hiks!” ujar Keysa berusaha menutup wajahnya dengan kedua tangan. Cewek itu duduk dipojokan sambil meraung-raung supaya Vano tidak mendekati dirinya.
“Tante gak tahu lagi, Van. Keysa kenapa. Yang jelas, Keysa gak mau dirinya di dekati orang. Selalu pengen sendiri,” ujar Dian menangis melihat keadaan anaknya yang kian mengerikan.
“Dia kayak ketakutan.” lanjutnya lagi. Vano kembali bungkam. Menatap wajah Keysa teduh. Vano terdiam lagi. Sudah tiga hari ini, Keysa berjarak dengannya. Tidak ada tanda-tanda kebersamaan antar keduanya. Bahkan sejak saat itu seolah Keysa mengasingkan diri. Tidak ingin berinteraksi dengan siapapun termasuk Vano.
Apakah Keysa frustasi dan stres berat karena teror-teror itu? Demi Tuhan, Vano merasa bersalah karena hal ini. Vano benar-benar membenci dirinya yang tidak bisa menjaga Keysa disaat cewek itu seperti ini.
Keysa terlalu takut dengan teror itu.
Keysa takut akan ada seseorang yang mencelakainya seperti yang terjadi waktu lalu.
Keysa ketakutan ...
“Aku Vano, Dis ... nggak kangen aku?” ujar Vano kedua kalinya. Sudah tiga hari yang lalu pula dia tidak pernah bertemu apalagi menyapa seorang Keysa. Dia merindukan sosok itu.
Setelah pelukan beberapa hari yang lalu. Sosok itu seolah menghilang.
“Gue takut hiks!” serunya seraya menutup wajahnya dengan kedua lengan. Dia berjongkok di sudut kamarnya. Semakin meraung-raung.
Virna yang melihat Dian menangis melihat anaknya-berusaha menenangkan wanita itu. Virna masih terduduk dalam kursi rodanya. Mengelus punggung tangan Dian-menetralisir rasa sedih Dian yang kian bertambah melihat anak semata wayangnya itu.
“Dis ...,” ujar Vano merangkul tubuh Keysa yang masih meringkuk. Dia masih menangis. Cewek itu berusaha melepas pelukan Vano. Namun, dia tak cukup kuat untuk hal itu. Keysa hanya mematung. Dan lagi-lagi dia menangis.
"Cerita sama aku ya, aku bakal jaga kamu." Keysa masih bungkam. Seolah cewek itu tidak ingin berbicara apapun kepada Vano.
"Pergi please. Gue takut banget," bisik Keysa pelan. Bibirnya bergetar seolah takut sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...