Keysa yang tadinya terdiam, mendongakkan wajahnya seketika. Kini tatapan kembali beradu antara dua pasang manik mata. Keysa bingung, Mengapa Vano mengatakan hal seperti itu? Apakah Vano ragu akan perasaannya? Apakah Vano tengah menguji perasaannya? Dia tak tahu juga apa yang Vano maksud."Maksud lo apa sih ngomong gitu?" ucap Keysa menautkan alisnya bingung.
"Gue cuma minta jawaban, Key...bukan tanya balik," ucap Vano datar.
Lagi lagi tatapan itu membuatnya mendesirkan darah. Keysa hanya mampu terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan itu. Satu yang ada dipikirannya 'Apa yang Vano inginkan akan jawabannya?'
"Apa lo bakal ngejauh setelah lo tahu rahasia besar tentang gue?" ucap Vano mengulang kata-kata barusan. Keysa menunduk lagi.Tautan wajah terputus. Dia bingung harus menjawab apa. Bahkan dia juga tidak tahu rahasia besar apa.
"Jawabannya enggak," ucap Keysa menatap nanar Vano kembali.
"Hanya untuk saat ini, untuk selanjutnya kata itu berubah kalo lo udah tahu rahasia besar tentang gue?" ucap Vano lagi.
Keysa menautkan alisnya. Apa yang Vano inginkan? Cowok ini selalu saja membuatnya memutar kepala.
"Maksud lo apa sih, Van? Rahasia besar apa?"
Vano diam tak berkutik. Masih dengan tatapan yang sama. Keysa memandangnya. Namun,Vano memalingkan wajahnya.
"Apa lo ngeraguin perasaan gue ke elo?" lirih Keysa. Dia melanjutkan ucapannya.
Ucapan itu membuat Vano menolehkan wajahnya lagi.
"Gue gak pernah ngeraguin," ucapnya dingin. Lagi-lagi tatapan itu terus beradu. Keysa hanya terdiam lagi. Wajahnya kian muram.
"Tapi kenapa lo gitu? Apa lo ragu tentang perasaan gue?" ucap Keysa lagi. Nadanya kali ini lebih lirih.
"Gue bilang gue nggak ngeraguin itu, Key...," ujar Vano menolehkan pandangannya.
"Kenapa tiba-tiba lo ngomong gitu seakan-akan lo percaya gue bakal jauhin lo?"ucap Keysa menimpali lagi dengan pertanyaan. Hal itu membuat Vano diam sejenak. Lalu menyesap udara dalam-dalam.
"Gue takut lo ninggalin gue," ucap Vano datar.
Vano lagi lagi hanya diam datar.
"Emm, Kenapa gue harus ngejauh, kalo lo adalah alasan gue menetap, gue tahu awalnya gue nggak suka sama lo, Devano. Perasaan gue bukan main-main," gumam Keysa tiba-tiba hal itu membuat Vano menatapnya lagi. Wajahnya yang kian lebam, kini sudah terobati.
"Gue percaya," ucap Vano tersenyum singkat. Dia berdiri lalu mengalihkan tatapannya dari Keysa.
"Dan apapun itu, lo gak akan ninggalin gue kan?" ucap Vano. Keysa menautkan alisnya bingung. Lalu bibirnya tiba-tiba saja terkekeh melihat cowok yang memunggunginya ini.
"Kayak anak kecil aja lo, iya gue gak akan ninggalin lo, oke?" ucapnya terkekeh.
Vano tersenyum kecil tanpa terlihat oleh Keysa. Hanya kata itu yang mampu membuat Vano sedikit tenang. Namun, dia akan kembali siap jika semua hal buruk yang dibayangkannya terjadi.
"Semoga aja, Key...," gumamnya lalu pergi melangkahkan kakinya dari rumah Keysa karena hari sudah semakin gelap.
Sesayang itu gue sama lo, Key? Ah gue nggak tahu.
•••
Pakaian osis kini sudah tertanggal pada tubuhnya. Ya, hari senin kembali datang. Hari paling malas untuk melakukan sesuatu, setelah satu hari meliburkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...