gue kembali. Selamat membaca guys!
•••
“Nangis aja nangis! Ada gue dan sahabat-sahabat lo di sini!” ujar Asya memeluk tubuh Keysa. Cewek itu menutup wajahnya bahu Asya. Mereka berada di parkiran mall.
“Aaaaaa lihat Keysa nangis aku jadi pengen nangis!” ujar Alvara tiba-tiba ikut memeluk keduanya dari belakang. Diikuti beberapa yang lain dari sahabatnya. Melihat pemandangan seperti itu mungkin orang lain akan terharu. Satu sahabat yang sedih yang lain ikut menguatkan. Itulah yang namanya sahabat.
“Gak usah diinget,” ujar Alena menyeka wajah Keysa yang terbasahi oleh airmata. Cewek itu tersenyum kecil mendengar penuturan Alena lalu menggeleng.
“Selesein masalah dihubungan kalian baik-baik.”
“Kalo lo masih cinta—” lanjut Alena. Namun, ucapannya terpotong.
“Putusin aja cowok kayak gitu! Buat apa?! Sebel gue! Pengen diajak gelut kayaknya!” ujar Asya emosi.
Alena menggeleng tak suka.
Asya yang melihat itu menghela napasnya.
“Yodahlah! Gak usah dipikirin, Key! Ayo pulang!” ujar Asya memakai helmnya. Cewek itu hanya diam mendengar penuturan Asya. Dia ikut melakukan apa yang dilakukan Asya. Mereka bergegas pulang menggunakan motornya.
Mereka pulang sangat sore. Membuat Keysa sedikit menghela napasnya. Ponselnya kini ter silent. Tahu kan kenapa? Pasti ayahnya mengkhawatirkan dirinya. Menelpon tidak jelas supaya cepat pulang!
“Lah hujan?” ujar Asya ketika dia merasakan air dari angkasa membasahi tubuhnya yang terbalut seragam.
“Woy! Hujan! Cari tempat teduh gak?” ujar Asya sedikit mengerlingkan pandangannya ke arah Keysa. Cewek itu menggeleng.
“Nggak usah!” ujar Keysa.
“Nanti sakit lagi!” Asya berdecak kesal. Keysa tetap menggelengkan kepalanya.
“Guys, pada mau neduh dulu
gak nih?”“Tapi udah sore,” ujar Natha yang kini dibonceng Salma.
“Sore yang penting nggak sakit, nanti pada sakit!” ujar Asya.
“Sekali kali main hujan-hujanan! Gue lagi kepengin awkwkwkw!” ujar Salma terkekeh. Kendaraan semakin sedikit karena hari pun semakin sore.
“Kuylahh!” ujar Natha. Mendengar itu Alena pun terkekeh.
Hujan semakin merembes masuk ke bumi. Lebat, membuat mereka tertawa lepas bukan main. Keysa berusaha menghilangkan ingatannya mengenai hal tadi. Dia menghela napasnya berat.
“Please jangan sedih, kalo lo sedih lo bisa teriak! Jalan lagi nggak rame, nggak bakal ada yang denger juga! Hujannya lagi lebat banget! Nggak bakal ada yang denger! jadi lo nggak malu deh! Hahaha!!!” ujar Asya seraya tertawa. Cewek itu menatap wajah Keysa dari spion motornya.
Keysa terkekeh. Lalu sedikit menatap wajah Asya dalam-dalam. Dia menghela napasnya lagi.
“HUHUHU! ENAK BGT HUJANNYA KAYAK SALJU!” ujar Asya senang bukan main. Perasaan Asya seolah sangat bahagia. Cewek ini selalu saja terlihat tersenyum pada semesta. Padahal Keysa sangat tahu semua itu hanyalah omong kosong! Asya hanya menutupi rana yang dia rasakan. Memendamnya demi menghibur orang lain. Karena dia tahu bahwa dirinya tidak penting untuk bahagia. Yang paling penting untuk selalu tersenyum dan tertawa adalah mereka—para sahabatnya. Jika mereka bahagia, dirinya juga akan merasakan hal yang sangat luar biasa. Yaitu tersenyum pada mereka separuh duka suka dan napasnya. Sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...