"Darimana aja lo, Van?" ucap Fafa menatap heran Vano yang baru saja masuk kedalam markas. Cowok itu tak menjawab ucapannya, hal itu membuat Fafa berdecak sebal. Vano hanya mengerlingkan wajahnya. Raganya serasa remuk setelah menghabiskan waktu seharian penuh dengan Keysa."Chiko mana?" ucap Vano datar.
"Dia lagi diobatin Radit sama Elang di kamar ujung," tegas Fafa.
Vano mengernyit heran. "Diobatin?"
"Abis dikeroyok sama geng cobra," ucap Keanu yang seraya memakan makanannya.
Vano hanya mengatupkan rahangnya yang kokoh. Lalu pergi melangkahkan kakinya menuju kamar paling pojok tanpa sepatah kata. Memang di markas itu sudah disediakan fasilitas ruangan berupa 100 kamar untuk para anggota luar gengnya termasuk anggota inti.
Brak.
Pintu terbuka menampakkan tiga sosok yang menatapnya agak tajam. Vano masih mengatupkan bibirnya dengan rahang yang masih saja kokoh.
Elang yang masih diam dengan sifat dinginnya. Cowok itu terlihat tenang mengobati Chiko yang meringis kesakitan. Vano menatap Radit datar. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah Chiko yang penuh akan lebam.
"Lo kenapa?" datar Vano.
"Lo udah tau," sarkas Chiko menatap Vano sinis lalu mengalihkan pandangannya ke arah Elang untuk menghentikan aksi mengobatinya itu.
Tak biasanya Chiko menatapnya tajam seperti ini. Cowok penuh candaan itu seakan meliriknya dengan penuh amarah. Dan pikiran itu memang benar. Chiko berbeda dari biasanya.
"Mending lo pergi dari sini!" ucap Chiko memalingkan wajahnya.
Elang hanya diam datar sedangkan Radit sudah pergi dari hadapan mereka. Vano bingung, mengapa Chiko seperti ini? Apakah ada yang salah dengannya?
"Kenapa lo diem hah?" ucap Chiko lagi.
"Gue bilang perg-"
"Kenapa?" ucap Vano tiba-tiba saja memotong pembicaraan Chiko.
"Lo masih gak tahu kenapa?" gertak Chiko menatap Vano tajam. Masih dengan posisi duduk pada ranjangnya. Di sampingnya Elang yang tak mengikuti laju pembicaraan. Dia tak ingin ikut campur urusan mereka berdua.
"Lo kemana aja hah? seharian ini?" sarkas Chiko menatap Vano. Dia bukan berbicara lirih melainkan dengan suara yang lantang penuh teriakan
Vano masih diam. Dia memalingkan wajahnya dari Chiko.
"Apa lo gak mikirin geng kita?" lantang Chiko lagi. Ucapan itu seketika mencelos pada otak Vano. Dia baru tahu apa yang membuat Chiko seperti ini.
"Chiko!" teriak Elang menatap Chiko lalu menggelengkan kepalanya untuk tak membuat onar lagi.
"Kita harusnya ngomong ke si bego itu!" ucap Chiko berteriak melirik Vano yang diam datar di hadapannya.
"Lo tahu! gimana nasib kita?!"
Diam.
"Lo goblok!! kemana aja lo daritadi hah?!!" ucap Chiko lagi-lagi berteriak menatap tajam cowok di depannya itu.
Lagi lagi Vano diam tak berkutik. Matanya masih tertaut pada manik mata Chiko.
"Jalan?! pacaran?! gimana seneng ngeliat pada di kroyok sedangkan lo seneng-seneng sama cewek? njing!" teriak Chiko lagi. Amarahnya sudah sampai puncak. Sakit lebam itu bahkan tak terasa.
"Lo bangsat! kemana aja lo tadi hah?! dimana tanggung jawab lo sebagai ketua geng Rajawali?!!!" ucap Chiko seraya bangun dari tempat tidur. Lalu tangannya tiba-tiba saja menarik kerah kaos milik Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...