Seperti keinginan Keysa untuk pergi ke danau, setelah sarapan pagi di restoran seafood, Vano mengajaknya pergi ke tempat indah itu.Kini mereka mendudukkan raganya di tepi danau dengan kursi taman yang terpampang nyata di sekitarnya. Tak lupa juga pohon rindang yang menjaganya dari terik matahari yang semakin membuncah karena siang sudah mulai lolos dari peraduannya
Vano menatap cewek disampingnya yang tertawa senang dan kembali tersenyum seperti sedia kala. Rambut yang dikepang seperti anak kecil itu membuat Vano tersenyum kecil walau tak terlihat oleh Keysa.
"Udah pernah kesini?" ucap Vano dengan tatapan datar.
"Udah, tapi pas kecil sama bokap nyokap gue."
"Terus ini kedua kalinya gue kesini sama lo," gumam Keysa tiba-tiba saja menatap Vano dengan nanar yang bersifat datar.
"Gue pengin aja buat lo seneng."
Keysa menatap Vano tersenyum. Lalu menatap danau di depannya sejenak.
"Orangtua gue gila kerja gak ada waktu buat kebersamaan gue sama mereka, bahkan gue ngerubah sikap gue yang seperti ini untuk bisa buat mereka perhatian lagi sama gue, nyatanya semuanya tetep gak berpengaruh, mereka tetep mentingin pekerjaan mereka." lirih Keysa tak sadar air matanya meluruh.
Vano tampak ragu, cowok mengelus pundak Keysa untuk memberikan sebuah kenyamanan. Pelan.
"Kadang hal yang menurut lo anggap salah itu bisa saja membuat lo lebih baik tanpa lo sadari, Key...," ucap Vano.
Ucapan itu menggema ditelinga Keysa. Dia mencerna kata-kata itu. Namun, Keysa tak paham apa yang Vano ucapkan. Dasar lemot.
"Maksud lo?" ucap Keysa menautkan alisnya.
"Mungkin menurut lo mereka itu salah, dengan cara gila kerja yang buat gak ada perhatian dari mereka untuk lo. Tapi hal yang menurut lo salah dan buruk itu juga buat hal baik dan contohnya lo bisa membeli apapun yang ingin lo beli, dan apapun yang lo inginkan. Lo bisa sekolah dan apapun itu sebenarnya mereka perhatian sama lo, mereka sekolahin lo," ujar Vano panjang dan lebar. Baru kali ini Keysa mendengar Vano berujar sampai banyak bicara seperti ini.
"Udah cukup terlalu banyak gue ngomong," dingin Vano. Keysa terdiam atas omongan Vano barusan.
"Tapi gue merasa sepi aja tanpa mereka," ucap Keysa. Hal itu sontak membuat Vano menatap wajah cewek itu.
"Apa gunanya gue di samping lo," ucap Vano datar lalu menatap nanar Keysa. Hal itu membuat Keysa memalingkan wajahnya.
"Maaf," lirih Keysa.
Vano memalingkan wajahnya seperti Keysa yang juga tak menatap cowok itu. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Mau eskrim?" ucap Vano tiba-tiba saja memulai pembicaraan. Seolah tak memikirkan ucapan yang Keysa lontarkan barusan. Keysa yang awalnya diam menoleh pada Vano. Cewek itu mengangguk antusias.
Vano berdiri diikuti Keysa yang menggenggam tangan Vano erat. Tak sadar bibir Vano mendekat ke arah telinga Keysa. Berbisik.
"Jangan sedih terus, cantik!" bisiknya. Hal itu membuat Keysa tiba tiba saja tersenyum.
"Mungkin udah enggak, baru tau gue lo bisa bicara semanis itu, Van?" ucap Keysa tersenyum.Tatapan tajam itu menatap Keysa teduh. Lalu mengelus puncak kepalanya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
أدب المراهقين[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...