3. Cooking for Vano

5.1K 263 33
                                    

Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.


•••

Sudah beberapa menit ini, Keysa masih saja duduk terdiam bersama teman-teman Vano yang masih saja bungkam. Vano pun entah kemana dia pergi. Cewek itu menghela napasnya gelisah. Keysa hanya terdiam lagi. Dia menatap sekeliling markas. Cewek itu baru tahu bahwa markas ini sangat luas dan terdapat begitu banyak fasilitas seperti alat-alat nge-gym, TV, sofa dan barang-barang lain layaknya sebuah basecamp.

Dia kembali menatap teman-teman Vano yang kini duduk di depan dirinya. Keysa ingin membuka sedikit pertanyaan. Namun, dia tidak tahu beberapa cowok di depannya ini siapa. Yang dia tahu hanyalah Vano, ketua mereka. Ketua geng terkenal yang dia tahu dari gosip-gosip masyarakat.

Keysa melamun memikirkan sesuatu. Tiba-tiba tatapannya sedikit tertegun ketika manik mata seseorang melihat wajahnya sangat lama. Apa ada yang aneh dengan wajahnya? Keysa memutar bola matanya malas.

"Ada yang salah sama muka gue?" ujar Keysa bingung. Cowok di depannya ini masih terdiam. Namun, ucapan yang dikeluarkan Keysa membuat dia terpecah dari lamunan. Cowok itu menggeleng singkat tak menjawab ucapan Keysa seolah ada sesuatu yang baru saja dia sembunyikan.

"Lo siapa?" ujar cowok berambut hitam legam itu kepada Keysa. Dia masih menatap Keysa.

"Gue manusia." Keysa menjawab dengan wajah tak suka. Meskipun dia takut berada di tempat itu. Namun, dia berusaha beradaptasi supaya tidak ada yang melihatnya seolah menjadi cewek yang penakut terhadap seorang cowok.

Cowok yang mendengar itu kini mendecakkan bibirnya kesal. Dia kembali memainkan ponselnya. Sementara yang lain, saat ini kembali bermain PS.

"Oh," ujarnya singkat. Keysa melirik wajah cowok itu sekilas. Lalu kembali menatap teman-teman Vano yang lain. Dia terdiam lagi seraya memainkan telapak tangannya.

"Nama lo siapa?" ujar Keysa tiba-tiba. Dia yang mendengar ucapan Keysa kembali mematung lalu menoleh ke arah cewek itu.

"Radit." Dingin. Seolah tak niat untuk menjawab ucapan Keysa. Cewek itu menghembuskan napasnya kasar. Dia tersenyum. Dia menjulurkan tangannya ke arah cowok itu. "Hai, Radit. Nama gue Diana Keysa Rafaeliza, Panggil aja Keysa." Namun, ucapan itu tak dijawab Radit. Dia mengenyahkan juluran tangan Keysa.

"Keenan Raditya Wiratmaja, panggil aja Radit." Radit berujar datar. Dia menatap wajah Keysa teduh. Anehnya dia menatap wajah Keysa begitu lama. Membuat Keysa bingung sendiri. Dan tiba-tiba Radit menggelengkan kepalanya.

"Ada yang salah sama gue?"

"Enggak." Radit berujar cuek. Dia mengalihkan pandangannya ke arah teman-teman yang lain. Dia menghembuskan napasnya kasar. Cewek itu mengeluarkan ponselnya yang hanya tersisa baterai beberapa persen. Menyebalkan. Dia ingin menghubungi sahabat-sahabatnya. Namun, dia tahu mereka kali ini pasti sedang belajar di kelas.

"Lo bisa bantuin gue?" ujar Keysa tiba-tiba setelah diam begitu lama. Dia menepuk punggung Radit dua kali. Cowok itu menoleh sekilas. Namun kembali memainkan ponselnya.

"Apa?" Aneh. Padahal Keysa hanya mengajaknya bicara. Namun, Radit hanya menjawabnya tanpa melihat ke arah pembicara.

"Gue mau keluar dari markas ini, tolong banget bantuin gue. Gue nggak mau di sini. Sebenernya gue mau bolos," ujar Keysa panjang. Cewek itu menjelaskan dengan sistematik. Radit menghela napasnya. Dia menatap ke arah Keysa.

"Gue nggak bisa." Mendengar ucapan itu Keysa mencemberutkan bibirnya.

"Kenapa nggak bisa?" ujar Keysa menatap ke arah Radit penuh dengan tanda tanya. Radit menatap ke arah Keysa.

KEYVANO [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang