Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.
•••
Kelas 12 IPA 4 kini sedang diajar oleh Bu Hayyan. Guru BK yang memang memiliki ketegasan tinggi dibanding guru-guru mapel lain. Siswa-siswi di kelas pun tampak terdiam. Membuat suasana semakin hening dan sedikit menggentarkan.
“Jadi, sudah dibicarakan kemarin saat upacara. Bahwasannya dua minggu lagi akan dimulai Ujian Nasional. Kalian sudah kelas senior. Ibu harap kalian fokus dalam menghadapi sesuatu yang memang sudah menjadi bahan topik disetiap penghujung kelas terakhir.”
“Ini bukan waktunya main-main. Ini menentukan kesuksesan kalian. Untuk kedua kalinya, Ibu harap kalian belajar lebih sungguh-sungguh.”
“Nanti akan ada pengumuman di mading sekolah tentang pembentukan kelompok belajar.”
“Ada yang kurang jelas? Bisa ditanyakan silahkan?” ujar Bu Hayyan.
“Saya, Bu. Mau bertanya,” ujar Satya mengangkat salah satu tangannya.
“Ya, silahkan.”
“Kalau kelompok belajar boleh memilih sendiri atau bagaimana, Bu?”
“Akan ditangani pihak sekolah.”
“Sesuai kelas atau dicampur, Bu?”
“Semua siswa perkelas akan di campur dengan kelas lain. Setiap anggota ada 6 anak.”
“Ada yang kurang paham?” lanjutnya
“Tidak, kami paham!” ujar mereka bersorak.
“Baik, kalau kalian sudah paham. Jika ada yang ingin ditanyakan lagi, bisa ke ruangan ibu ya?” ujar Bu Hayyan. Lantas beberapa menit kemudian manusia itu keluar dari kelas. Hanya beberapa pemberitahuan yang diucapkannya. Namun, membuat beberapa siswa maupun siswi dalam kelas kembali gaduh mempersoalkan kelompok belajar.
Liana yang duduk di belakang Natha menepuk bahu Keysa, membuat cewek itu seketika menoleh.
“Key? Kira-kira gue dapet kelompok berapa ya?” ujar Liana membuat Keysa mengedikkan bahu acuh. Cewek itu jelas tidak tahu mengenai hal-hal seperti itu. Lagipula kan sudah ditentukan oleh sekolah.
“Gue ya nggak tahu lah! Emang gue cenayang jir!” ujar Keysa terkekeh. Asya yang mendengar ucapan Keysa mendecakkan bibirnya kesal.
“Lah cuma nanya brow, jangan ngegas!” ujar Asya berdecih. Mendengar itu Liana, Natha, dan Salma terkekeh. Sementara Alvara tidak ikut nimbrung dengan pembicaraan mereka. Sama seperti Alena yang menyibukkan diri dengan membaca buku.
“Iya deh, kuy!” ujar Keysa tertawa.
“Kuy! Kuy! Lo pikir gue kuyang njir!” ujar Asya kesal. Cewek ini memang baperan disetiap hal. Mungkin cewek ini badmood setiap hari sehingga dia selalu saja emosi meskipun masalah kecil.
“Santuy dong, bro!” ujar Keysa tersenyum. Salma tertawa keras melihat Asya yang mencemberutkan bibirnya.
“Kuylah! Gas ke kantin? Jamkos bro?” ujar Salma. Membuat keenam temannya mendelik.
“Anjir lo! Bentar lagi mau ujian, belajar yang bener biar pada bagus nanti nilainya cuy!” ujar Keysa.
“Keysa hijrah gaes awokwokwok!!!” ujar Asya tertawa.
“Gue suka gaya lo bro!” ujar Natha terkekeh.
“Mau ke kantin gak nih?!” ujar Asya mengangkat alisnya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...