Add you music fav.
****
Setelah dua Minggu berlangsung. Kali ini pikiran Keysa kembali membaik. Pikiran-pikiran buruk itu pun entah pergi kemana. Yang pasti, usaha Vano membuahkan hasil. Keysanya
kembali ceria. Dia pun banyak tersenyum. Bahkan banyak bicara. Teror-teror itu pun sudah menghilang bagai ditelan bumi. Namun, pesan-pesan itu masih saja muncul dalam ponsel Vano setiap hari.Ancaman.
Namun, Vano harus tetap tenang. Jika Vano gegabah melakukan hal yang tidak-tidak seperti saat dimana Artha dipukulinya. Maka pelakunya akan banyak bertindak. Itulah yang dikatakan Elang saat itu.
Dan Elang bilang, bukan Artha pelaku teror teror itu. Menurut Elang Artha hanya membual. Dia hanya ingin mencari masalah. Terlihat dari pupil matanya yang melebar. Namun, yang jelas Elang belum tahu siapa pelaku sebenarnya.
Elang juga berkata bahwa Vano tidak boleh melakukan banyak hal. Dia harus fokus menjaga Keysa agar tidak terjadi sesuatu yang lebih mengancam.
"Vano!" ujar Keysa membawa beberapa buku-bukunya. Dia berjalan ke arah Vano lalu mendesahkan napasnya panjang. Cewek itu memasuki kelas Vano.
"Aku mau belajar!" ujar Keysa menyengir.
"Tumben, gak istirahat padahal udah bel," ujar Vano datar. Keysa menggeleng. Dia harus lebih dewasa seperti halnya omongan mamanya saat itu. Sudah cukup main-mainnya, sekarang fokus masa depan. Kata itulah yang masih terngiang dalam otak Keysa. Cewek itu harus giat belajar dari sekarang.
"Mulai darimana?" ujar Vano melihat soal-soal latihan yang dibawa Keysa.
"Ini, liat." Keysa memperlihatkan soal itu pada Vano. Lantas Vano menuliskan beberapa jawaban pada lembar oret-oretan.
"X itu dikaliin sama x, pokoknya yang sama variabelnya."
"Kayak gini, paham?" ujar Vano mengajari Keysa. Cewek itu mengangguk ragu. Namun, dia sedikit paham.
"Coba kerjain soalnya, tinggal ngitung tuh," ujar Vano. Keysa mengangguk. Cewek itu berusaha menghitung dengan jarinya. Kemudian menuliskannya pada buku tulis.
"Kayak gini?" ujar Keysa menatap Vano.
"Betul!"
"Aku paham! Saranghaeyo!" ujar Keysa tampak antusias.
"Hah?"
"Gak! Wlee!" ujar Keysa memeletkan lidahnya. Vano geleng-geleng kepala.
"Dicium baru tau rasa hm." Keysa mencebik kesal. Dia menarik rambut Vano hingga cowok itu mengaduh kesakitan. Dibalik itu seseorang kini menatapnya sendu dari balik kaca jendela, dia tersenyum miring mengepalkan tangan. Lalu mundur perlahan.
-o0o-
Bahan untuk Mendoan.
~tempe mendoan
~garam secukupnya
~tepung tapioka 200 gram
~tepung terigu 100 gram
~daun bawang dicincang
~penyedap rasa/michin secukupnya.
~Minyak goreng"Ini nih masukin tepungnya Van!" ujar Keysa tanpa menatap Vano. Cowok itu menghela napasnya. Keysa masih menatap ponsel. Cewek itu melihat tutorial YouTube : Cara membuat mendoan. Makanan populer tradisional orang Indonesia. Kali ini Keysa berada di rumah Vano. Tentu saja belajar masak. Seperti halnya ucapan Vano waktu lalu.
"Aduk tuh, udah campurin semua bumbunya kan?" ujar Keysa menatap Vano yang sedang mengaduk balutan tempe untuk mendoan.
Setelah itu Keysa memasukkan minyak goreng ke wajan. Vano menatap wajah Keysa yang mengeluarkan banyak keringat. Lantas tanpa berpikir panjang, cowok itu menyeka keringat yang keluar. Keysa geleng-geleng melihat kelakuan Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...