Dua puluh menit setelah jamkos tiada bosan itu, kini kelas 12 IPA 1 dihadiahi pembelajaran kimia yang menyulitkan. Vano menatap kursi yang di duduki seseorang di sebelahnya.Ya,seorang manusia yang dari kemarin,tak ingin memandangnya karena marah.Dan baru ia ketahui,cowok itu sudah jauh ralat,bahkan sangat jauh darinya."Chiko," ucap Vano datar dengan nada gumaman. Tanpa membalas ucapan itu, cowok di samping Vano hanya diam tanpa menolehkan wajah. Cowok itu masih saja menuliskan sesuatu di lembar buku kimianya.
"Chik kenapa lo keluar dari geng kita hah? Dan masuk ke cobra's king?" ucap Radit tiba tiba saja bergumam ke arah Chiko yang duduk di depannya. Seketika Elang hanya menolehkan pandangannya, mengikuti arah laju pembicaraan.
Chiko tak menjawab ucapan Radit, hal itu membuat Radit gemas.
Brak!
"Jawab woi!" ucapnya lantang.
Seketika penghuni kelas yang sedang fokus ke pembelajaran menatap Radit penuh bingung. Wanita paruh baya di depan papan tulis itu pun terdiam, menolehkan pandangannya ke arah Radit.
"Ada masalah Radit?" ucap guru kimia itu sebut saja Bu Dina.
Radit hanya tersenyum lalu terkekeh.
"Tidak bu."
Radit menenangkan dirinya lagi. Kali ini cowok itu berusaha fokus akan rumus kimia. Namun, semua itu nihil Radit hanya memandang papan tulis itu lekat dengan pikiran yang pergi berkelabuh.
Sedangkan Vano cowok itu tampak tenang. Tak menatap Chiko yang berada di sampingnya.
"Segitunya lo marah sama gue, Chik?" gumam Vano tanpa menolehkan wajahnya.
"Menurut lo?"
"Sampe lo masuk cobra's king?"
"Ya gue lebih suka mereka sekarang, daripada berteman sama diri lo."
Vano tak menjawab ucapan chiko. Cowok itu kembali menuliskan sesuatu pada buku kimianya dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya.
•••
"Woi cokletnya im mintah!" ucap Asya menyerobot coklat batangan yang di cekal Keysa. Sedangkan yang lainnya hanya terdiam menggelengkan kepala.
"Rakus apa doyan lo, Njing?!" ucap Salma terkekeh menatap Asya yang memakan secomot coklat yang di ambilnya.
"Bodo amat!" ucap Asya mencebikkan bibirnya.
"Iya dah serah lo," ucap Salma lagi.
"Sering sering nih mapel sejarah jamkos, gue jadi seger buger ayem mah," ucap Asya terdengar geli. Membuat yang lain hanya terkekeh menatapnya. Memang benar saat ini kelas 12 IPA 4 sedang tak ada guru mengajar, sehingga siswa siswi dalam kelas itu tampak gaduh, bersorak santai.
"Bahasa alien dasar!" ucap Keysa sembari memakan makanan yang di belikan Vano.
"Generasi penerus bangsa, kakek gue orang Jawa," ucap Asya seraya mengunyah coklatnya.
"Siapa?!" ucap keenam temannya. Asya hanya melirik mereka dengan mendecakan bibirnya. "Kake--"
"Yang nanya!" ucapnya bersama sama. Hal itu membuat Asya mendelik kesal.
"Anjing semua kecuali gue," ucap Asya lalu mengambil susu kotak milik Keysa. Hal itu membuat sang empunya mendengus kesal.
"Bagi bagi, Key!" ucap Asya terkekeh. Keysa pun hanya berdecak sebagai jawaban.
"Nih makan semuanya gue udah kenyang," ucap Keysa memberikan beberapa makanan kepada Asya, cewek itu pun tersenyum senang dengan menyengirkan giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYVANO [Selesai]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Kalau cinta jangan maksa! Mungkin, kalimat itulah yang harusnya dia ucapkan terus-menerus kepada seorang cowok yang ditemuinya di sekolah milih sang Ayah. Diana Keysa Rafaeliza, tidak menyangka jika hidupnya yang terasa tenang...