Hinata mengerjapkan matanya saat dia terbangun di sebuah ruangan yang gelap. Ini sangat gelap tanpa ada sedikit cahaya penerangan yang meneranginya di dalam ruangan. Sedikit cahaya mulai masuk saat awan hitam mulai pergi untuk mempersilahkan cahaya rembulan masuk melewati sela sela jendela.
Hinata melihat ke arah luar. Kebetulan jendela itu tidak memakai sebuah tirai. Cahaya itu masuk dengan sempurna.
PoV Hinata~
Penglihatanku masih kabur, dan aku hendak bangun dari tempat tidurku. Saat aku mencoba untuk bangun, aku merasakan sesuatu yang mengekang kedua tangan dan kakiku.
Aku terkejut saat melihat ke belakang tubuhku, dan melihat beberapa rantai mengikat kaki dan tanganku.
"A-apa ini?!! K-kenapa aku bisa seperti ini?!!" Aku mulai panik dan berkata dengan cemas. Aku terus berusaha melepaskan rantai ini dari diriku sampai aku merasakan sakit di pergelangan tanganku.
Aku terus mencobanya sampai aku merasa lelah, tapi bahkan sedikit pun tidak ada celah untuk terlepas.
Aku mulai merasakan takut, tidak ada siapapun di sini. Di sini sangat gelap, dan aku sendirian. Angin malam mulai menusuk ke dalam tubuhku.
'Ah~ Aku ingat sekarang .. '
Aku terdiam sambil menatap rembulan malam.
Flashback
Saat itu, aku pergi ke dapur untuk mencuci piring setelah semuanya selesai. Sebenarnya tidak butuh waktu yang lama untuk aku bisa menyelesaikan semua cuciannya.
Tapi saat aku hendak kembali, aku secara tidak sengaja melihat sesosok kakek yang sedang berjalan dengan penuh kewaspadaan. Aku tau itu adalah kakek Shiko, dan aku berasumsi bahwa dia akan pergi kerumahnya atau mungkin ke arah lain.
Tapi jika dia ada di sini, mengapa dia tidak ikut makan malam bersama kami? Apa dia membencinya? Atau tidak suka terhadap kami?
Untuk beberapa alasan, aku tidak melihat alasan itu pada saat kesan pertamanya. Dia bahkan tersenyum lega saat mendengar permintaannya disetujui oleh kami. Lalu bagaimana dengan makan malamnya?
Dari apa yang aku dengar dari para warga, kakek Shiko tidak mempunyai keluarga lagi selain Shiko dan ibunya. Tapi tentu saja warga desa juga adalah keluarganya. Aku hanya mengatakan ini dari garis keturunan.
Aku mencoba mengabaikannya dan hendak kembali ke meja makan. Tapi sebelum aku benar benar melangkah, aku merasakan chakra aneh tak jauh dari diriku.
Aku melihat kembali ke arah kakek itu. Dan aku sedikit terkejut ketika beberapa orang datang menghampirinya dengan memakai jubah hitamnya. Mereka terlihat sedikit aneh.
Aku memperhatikan gerak gerik mereka, dan sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu. Aku menjadi penasaran, dan mulai mendekat ke arah mereka tanpa suara.
Aku berjalan mengendap, dan berhasil mencapai jarak dimana aku bisa mendengarkan percakapan mereka. Meski agak sedikit samar, tapi aku masih bisa menangkap sedikit perkataannya.
Dari apa yang aku dengar, mereka selalu menyebutkan nama Sasuke-kun. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan, tapi mereka selalu menyebutnya dengan mata Rinnegannya.
Satu satunya yang memiliki mata itu sekarang hanyalah Sasuke-kun. Jika apa yang dikatakan pikiranku benar, maka yang menjadi target dalam penculikan ini bukan Shiko!! Tapi Sasuke-kun!!?
'A-a-a-pa? T-tunggu! S-sasuke-kun? Tidak! Itu-- tidak mungkin benar, .. ya kan?!!' Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku berkata cemas. Meskipun aku tau bahwa Sasuke-kun sangat kuat, tapi kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crossing Heart [END] ✅
Fanfiction[Canon] Setelah perang dunia shinobi ke - 4 berakhir, seorang gadis bermarga hyuga menemukan seorang uchiha terakhir terbaring dalam keadaan yang menyedihkan. Saat hendak memberikan bantuan, uchiha itu malah menolak tawaran kebaikannya. Naruto dan...