🌿47🌿

503 40 1
                                    

•°•°•°•°•°•°

Ditempat lain, tepatnya di pinggir jalan yang gelap dan sunyi, Zefa menatap nanar pada ponselnya yang menyala.

Sial! Zefa hampir saja membanting ponselnya ke jalanan aspal karena saking geramnya. Kenapa disaat-saat genting seperti ini sinyalnya harus menghilang?! Jika begini dia akan sulit menghubungi keluarganya dan meminta bantuan.

"Gue harus gimana lagi sialan!?!!" Seloroh Zefa dengan berjongkok di jalanan dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya frustasi. Matanya berkaca-kaca hendak menangis.

Matanya melirik pada area hutan kecil dibelakangnya. Sial apakah dia akan selamat? Bisa keluar dari hutan? Atau setidaknya berhasil kabur dari para pesuruh sialan itu?

Zefa terdiam. Ia setengah menyesal saat harus meninggalkan dia sendirian di dalam hutan itu. Tapi, jika tidak begitu dirinya tidak akan selamat dan sampai disini.

Flashback~

"Lo?!"

Zefa terus berlari mengikuti sosok dihadapannya yang terus menggenggam tangannya erat dan mengajaknya untuk berlari. Mereka berhasil berlari meninggalkan Aria yang berteriak meminta mereka untuk menghentikan larinya.

"Kenapa? Kenapa lo nolongin gue?!" Tanya Zefa dengan rasa tak percayanya. Ia benar-benar tidak percaya bahwa sosok yang sebelumnya ingin sekali ia singkirkan malah menolongnya seperti ini.

"Terus lo mau apa? Lo mau gue nggak nolong lo? lo mau ikut mereka?"

Zefa terus memacu kakinya untuk berlari dengan tangan yang menggenggam tangan Lulu erat agar tak tertinggal atau terlepas.

"Tapi..."

Dor!

Kedua mata Zefa membulat. Ia sangat terkejut mendengar suara ledakan tadi, kepalanya menoleh cepat menatap satu orang diantara tiga preman yang mengejarnya tengah memegang senjata api di tangannya.

"Kita nggak punya banyak waktu buat diskusi, yang kita perlu lakukan sekarang cuma lari," kata Lulu dengan terengah-engah karena berlari.

"Mereka punya senjata, sebenarnya mereka itu—"

Dor!

Lagi? Yang benar saja?!

"Iblis!" Umpat Lulu. Ia terus menarik Zefa dan kini keduanya sudah mulai memasuki kawasan hutan yang berada tidak jauh dari taman lama kota tempat pertemuan Aria dan Zefa tadi.

"Lo ngapain malah kesini? Harusnya kita lurus aja tadi, nggak us—hmppt."

Zefa jatuh terduduk tepat dibalik sebuah pohon besar dengan Lulu yang menyumpal mulutnya agar tak bersuara keras dan menarik perhatian para pengejar itu.

"Sial mereka masuk ke hutan!"

"Terus gimana?"

"Kita harus tetep kejar, bos bilang kita harus dapet cewek yang ketemu sama dia tadi!"

Zefa terbelalak kaget, jadi mereka mengejarnya?

Lulu yang disamping Zefa mengintip tiga lelaki berbadan besar tadi yang masih terus berbicara dari balik pohon tempatnya berada.

"Mereka ngincer lo bukan gue," bisik Lulu pelan kedua matanya terus mengawasi tiga suruhan Aria tajam.

"Jadi gimana?" Balas Zefa dengan berbisik juga, sial tubuhnya bergetar hebat. Ia mulai ketakutan.

Lulu diam untuk berpikir, lalu kembali menatap lama pada tiga preman itu. Pandangan Lulu beralih kepada Zefa, matanya terlihat menyorotkan sinar keseriusan.

"Gue ada ide, tapi ini sedikit beresiko." Lulu menjeda sejenak kalimatnya kemudian kembali menatap tepat pada netra Zefa yang menatapnya cemas, "jika dugaan gue bener maka ini akan jadi keuntungan buat kita."

Flashback off~

Zefa meremas pelan rambutnya. Kepalanya menunduk, matanya menatap pakaian yang ia kenakan sekarang.

Bibirnya tertarik untuk tersenyum, bukan senyum bahagia, melainkan senyum sinis serta miris yang terukir disana.

Pakaian ya? Hm... Pakaian yang tengah ia kenakan sekarang bukanlah pakaian yang ia kenakan saat menemui Aria ditaman tadi. Pakaian ini adalah pakaian Lulu, seragam sekolah yang sudah terlihat lusuh karena ia gunakan berlari tak karuan tadi di dalam hutan.

Sepatu sekolah Lulu yang ia kenakan sudah kotor dan hampir sebagian besar sepatu itu sudah tertutup tanah basah yang telah mengering.

Ah apa yang harus Zefa lakukan sekarang? Haruskah ia menyerah? Ia sejujurnya sudah bisa pulang sekarang. Ya pulang kerumahnya, melupakan segala sesuatu yang terjadi hari ini.

Tapi,

"Gue percaya sama lo, seandainya lo nggak kembali, maka ada kemungkinan besar bahwa gue juga nggak bakal pernah kembali lagi, seandainya itu terjadi, salam buat Zio."

Perkataan Lulu kembali terlintas. Sial! Zefa merasakan dilema sekarang. Haruskah dia tetap berusaha menolong Lulu disana? Atau kembali pulang dan melupakan Lulu dan sebagainya?

Posisinya sekarang, dirinya tengah berdiri sendirian di tengah kesunyian malam di tengah jalanan sepi hutan perbatasan antara kota dan desa. Sangat jauh dari rumah.

Diam-diam dia merutuki kebodohannya, ia merutuki bagaimana dia dengan mudahnya mengiyakan permintaan Aria yang ingin bertemu di taman lama ujung kota.

Melirik ponselnya lagi, menyalakannya dan masih belum ada tanda-tanda sinyal ponselnya akan kembali muncul. Sial!

Disaat Zefa sedang sibuk berkutat dengan pikirannya, lampu kuning terang menyorot tepat ke wajahnya.

Mata Zefa terbelalak, ia tahu itu adalah lampu kendaraan yang berjalan.

Dengan penuy keyakinan Zefa berjalan cepat, ah tidak ia sedang berlari dan tepat ini ia sedang berdiri di tengah jalan dengan kedua tangan terentang.

Zefa membulatkan matanya, dalam hati ia terkekeh miris. Ia akan mengingat ini sebagai hal terkonyol yang pernah ia lakukan.

Mata Zefa terus menatap lampu kuning yang berjalan mengarah padanya dan semakin dekat. Untuk sekilas Zefa dapat melihat kendaraan yang ia duga adalah kendaraan roda dua itu sedikit oleng dan hampir terjatuh saat sang pengemudi terkejut melihat kehadiran ditengah jalan secara tiba-tiba.

Wushhh!!

Zefa memejamkan matanya erat saat dirasakan angin kencang menerpa dirinya kuat dari arah samping.

Zefa membuka kedua matanya kemudian, ia terlihat lega saat pengemudi motor itu berhasil menghindarinya.

Zefa membalikkan badannya melihat motor yang berhenti dengan selamat di jalanan sepi itu.

"Woy setan! Gue—"

"Nggak ada banyak waktu lagi buat berpikir! Gue pinjem motor lu, minggir gue bakal ke kantor polisi depan sana!" Zefa memotong ucapan pengemudi motor itu, mendorongnya untuk sedikit bergeser kebelakang dan mengambil alih kemudi motor matic itu.

Sedangkan sang pengemudi hanya bisa diam, melongo tak percaya bahwa gadis yang tiba-tiba muncul dari hutan ini malah mengambil alih motor miliknya dan membawa dirinya serta motornya pergi melaju menjauh dari hutan dengan mudahnya.

Berbagai spekulasi masuk kedalam kepala sang pemuda pengemudi motor itu hingga satu buah spekulasi melintas membuatnya lemas seketika, jangan bilang kalau dia sekarang sedang dibegal! Catat! DIA DIBEGAL!

***

Nggak tau euy author malah ketawa gaje pas nulis bagian Zefa nyegat motor orang. Bisa bayangin ga si itu orang yang dibegal Zefa mukanya pasti mirip orang bego terbengong-bengong tak jelas😳😳 xixi~

Zefa : terpaksa Thor!

Author : /ngakak/

Zefa :_-

Pfft- baiklah kita sudahi ini semua sampai disini dulu, yang lain menyusul di part depan yeu~

Moga updet cepet🤸🤸

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang