🌿50🌿

538 36 6
                                    

°•°•°•°•°•°

"BERHENTI BERGERAK! KALIAN KAMI TANGKAP!"

"..."

Tak ada suara apapun setelahnya, Deni mengerjapkan matanya dengan cepat saat menyadari ada sesuatu yang salah. Ia menolehkan kepalanya, menatap terkejut kepada sekumpulan orang yang menatapnya dengan tatapan terkejut. Dan lagi, ia lebih dibuat terkejut dengan kehadiran Anton, yang tak lain adalah ayahnya yang turut berdiri membeku menatapnya.

"Lulu!" Teriak Zefa histeris saat ia baru saja sampai di lokasi kejadian bersama seorang pemuda bersamanya.

Ia ingin berlari menghampiri Lulu yang sudah terkapar tak sadarkan diri, namun saat menyadari ada yang sudah berlari mendahuluinya, Zefa hanya mampu terdiam kaku dengan kedua tangan terkepal kuat.

Zio, dia berlari cepat mendahului Zefa, mendorong Aria hingga tersungkur menjauh, kemudian menarik Lulu yang telah bersimbah darah masuk ke dalam pelukannya. Tubuh Zio bergetar, ia tampak berkaca-kaca menatap istrinya yang terlihat mengenaskan sekarang.

Tak perduli dengan keadaan sekitarnya ia segera mengangkat dan membawa Lulu untuk pergi menjauh dari sana. Ia bertekad ia akan menolong Lulu. Istrinya tidak akan mati secepat ini!

"Tangkap kedua orang itu pak! Mereka adalah dalang di balik ini semua!" Teriak Zidan yang baru saja datang bersama Andreas di taman itu.

"Ringkus mereka!" Titah seorang polisi yang mengacungkan pistol kepada Deni kepada para rekannya.

Deni memberontak saat tubuhnya mulai ditahan oleh beberapa polisi.

"Lepas! Lepas!" Aria berteriak, ia memberontak dari cekalan polisi-polisi itu. "Ahahaha kalian nggak lihat?!! Dia mati! Mati! Ahahaha!" Aria tertawa keras saat melihat Zio berlari kelimpungan membawa Lulu di gendongannya.

"Biarkan aku membunuhnya! Biarkan aku membunuhnya! Dia! Dia mengatakan aku anak pengemis, dia mengatakan aku bukan anak Mama Sari! Dia mengatakan bahwa aku bukan anak Papa Anton! Lepaskan aku sialan!"

"Kamu memang bukan anak saya!" Teriakan itu berhasil membuat semuanya berhenti, bahkan Aria yang tadinya berontak pun juga berhenti dan menatap Anton dengan tatapan mata tak percaya.

"Kamu bukan putri saya," kata Anton lagi membuat tubuh Aria melemas.

"A-apa? Enggak! Aku anak papa! Aku-"

"Kamu hanyalah anak pungut dari pengemis yang digunakan Sari untuk merusak rumah tangga saya!" Ujar Anton yang kembali berhasil menghantam hati Aria.

"Setidaknya itulah yang dikatakan oleh wanita yang selalu kamu sebut mama itu kepada ku sebelum dia pergi membawa semua aset yang saya punya," sambung Anton dengan nada sendu. Sejujurnya dia iba, tapi mau bagaimana lagi, itulah keadaannya sekarang dia harus mengatakan kebenaran ini.

"Enggakkk! Mama nggak mungkin ninggalin aku!! Enggak! Lepas!" Aria berontak dari cekalan polisi-polisi itu. Gadis itu menangis keras saat dirinya di seret untuk mengikuti para polisi itu.

"Dan kamu," Anton menatap Deni yang hanya terdiam ditempatnya. Ia tahu putranya sangat syok, "bertanggung jawablah atas apa yang kamu perbuat selama ini, maaf."

Deni terdiam Anton yang berlari pergi mengikuti Lulu dibawa. Kini tubuhnya mulai digiring untuk mengikuti polisi, ia melirik salah satu anak muda yang berdiri menatapnya dengan tatapan benci.

Disaat deni sudah hampir mendekati anak muda yang tak lain adalah Zidan, pria dewasa itu sedikit tersenyum lalu bergumam pelan namun Zidan masih dengan jelas mendengarnya.

"Kau menemukan ku, dan kau yang menang..."

*

*

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang