•°•°•°•°•Meremas kedua tangannya gugup. Zio hanya bisa menelan ludahnya sendiri dengan kasar, saat ia merasakan tatapan tajam tengah mengarah kepadanya.
"Bun, Zio.."
"Kenapa bisa kamu cium cewek sembarangan?" Belum sempat Zio menjelaskan, bundanya sudah memotong ucapannya.
Zio memejamkan matanya sejenak. Jujur, jika tau seandainya mengikuti permainan turth or dare teman-temannya itu akan berakhir seperti ini. Mana mau Zio mengikutinya.
Ya, selepas tragedi ciuman tak sengaja di depan kelas karena dare teman-temannya. Zio, langsung diboyong paksa ke ruang BK bersama gadis yang ia ketahui namanya adalah Lunaira Devindra, anak kelas MIPA 2 yang baru ia kenal, meskipun seangkatan dengannya.
Saat itu, Zio banyak sekali diberi siraman rohani yang persis seperti gas tidur, alias bikin ngantuk berat. Cowok itu menghabiskan waktu selama kurang lebih tiga jam, hanya untuk duduk dan mendengarkan sebuah ceramah dari mulut pak Prapto secara live.
Awalnya, Zio pikir setelah sesi panjang siraman rohani dadakan diruang BK itu, semuanya akan selesai. Tapi ternyata, ekspektasi memang selalu kalah oleh realita.
Sebuah amplop putih cap sekolah dikeluarkan, dan dia menerima surat panggilan orang tua dari pihak sekolah.
"Bun, Zio udah bilang, Zio ngga sengaja.." kata Zio mencoba membela dirinya.
Mata wanita setengah baya itu menyipit, "ngga sengaja?, Tapi dari rekaman cctv kelas, keliatan banget kalo kamu sengaja ngelakuin nya, jangan-jangan kamu.."
Zio mendesah pelan. Inilah yang ia cemaskan, pak Prapto memegang rekaman cctv dimana ia mencium gadis asing yang belum dikenalnya itu. Dan sialnya, gerakannya disana tergambar jelas bahwa Zio melakukannya dengan sengaja. Jadi ia tak bisa berkutik lagi. Dia sudah menjadi tersangkanya disini.
"Bunda jangan mikir kemana-mana, Zio ciuman pun baru kali ini, itupun ngga sengaja.." kata Zio pelan.
Sella menggeleng tak mau tau, kedua alisnya bertaut menatap tajam putra sulungnya. "Bunda ngga mau tau, kamu harus bisa bertanggung jawab atas semua kelakuan kamu itu.."
Zio segera menegakkan tubuhnya, ia menatap wajah bundanya, kemudian mengangguk setuju. "Zio bakal minta maaf Bun, Zio janji.."
Sella mengangguk-angguk membenarkan. "Itu lebih baik, sebelum ayah dengar, kamu harus minta maaf sama cewek itu.."
Zio mengangguk setuju. Lebih baik minta maaf, kan? Meminta maaf dan semuanya selesai. Lagian jika ayahnya mendengar hal ini, maka habis sudah dia.
*
"Nggak!"
Zio menatap gadis dihadapannya ini dengan tatapan tak terbaca. Ada rasa marah dirasanya untuk sekarang ini.
"Kenapa engga?"
Sosok gadis berambut sebahu yang tak lain adalah Lunaira, mengalihkan tatapannya dari ponsel kepada Zio yang berdiri dihadapannya.
"Lo pikir, dengan maaf, semua bisa selesai semudah itu?"
Zio menaikan sebelah alisnya bingung, "lah, terus gue harus apa?"
Lunaira menatap wajah Zio serius, gadis itu memasukan kedua tangannya di saku hoddie biru yang tengah dipakainya ini. "Nikahi gue!"
Mata Zio melotot, seperti ingin copot dari tempatnya.
Nikahi?! Gila! Ya kali.
"Lo gila ya?! Lo minta gue nikahi Lo?!"
Lunaira menatap datar Zio, gadis itu diam tak berekspresi apapun saat melihat Zio yang tampak mencak-mencak tak terima.
"Nggak! Nggak! Gue nggak bisa!" Tolak Zio dengan keras dan tegas. Mana mau dia nikah diusia masih belia begini. Hello, dia tidak melakukan kesalahan yang besar hingga diharuskan menikahi gadis di depannya ini.
"Denger! Gue masih sekolah, gue masih SMA, kalo gue nikah, gimana sama nasib masa muda gue?!"
"Gue ngga mau tau! Nikahi gue!"
Oh Gosh!
Rasanya nyawa Zio seperti ditarik paksa untuk keluar dari tempatnya.
"Denger! Gue ngga bisa nikah tanpa cinta! Gue ngga suka sama lo! Jadi kita ngga bisa nikah!" Tekan Zio sekali lagi.
"Lo pikir, gue suka sama lo?" Lunaira menatap santai mata Zio yang tengah menatapnya kalut. "Gue cuma mau lo tanggung jawab aja.."
Zio menggeleng tak percaya, gadis di depannya ini adalah gadis gila. Mana bisa seperti itu.
"Gue cuma cium Lo, kenapa harus nikahi Lo segala? Cium ngga sama sekali buat Lo hamil."
Lunaira menaikan sebelah alisnya mengejek, ia tertawa remeh mendengar penuturan Zio barusan. "cuma cium kata lo? Lo kira first kiss nggak berarti? Oh, atau Lo itu semacam playboy cap ulung yang udah dicium sana-sini sama tante-tante ya?"
Apa?! Playboy?!
Zio meradang. Tangannya mengepal erat. Oh, seandainya yang didepannya ini adalah lelaki, sudah pasti dia akan terkena tinju maut darinya.
"Jaga bicara Lo! Gue bukan cowok kaya gitu!" Sentak Zio mulai terbawa emosi.
Lunaira menaikan sebelah alisnya, "Oh ya? Kalo emang Lo bukan cowok kaya gitu, ayo tanggung jawab!"
Zio mengacak-acak kasar rambutnya sendiri, ia merasa sangat frustasi. "Please, gue mohon, maafin gue aja, gue bakal lakuin apapun, asal jangan nikah!" Oke, untuk sekarang mungkin tak apa, jika Zio sedikit menurunkan harga dirinya untuk memohon kepada seorang gadis.
"Jangan mohon-mohon gitu, gue ngga bakal rubah keputusan gue hanya karena kasihan sama lo." Kata Lunaira sembari bersidakap dada.
Zio menegakkan tubuhnya kembali. Ia menatap tajam Lunaira.
"Denger! apapun yang terjadi, gue ngga bakal nikah sama lo!" Tolak Zio kekeuh dengan keputusannya.
Lunaira hanya diam, ia kemudian berjalan mendekati Zio dan menepuk pelan bahu cowok itu. "Besok gue ke rumah lo.."
Zio semakin dibuat terkejut. "Ngapain?!"
Lunaira tertawa kecil, kemudian sedikit memiringkan kepalanya menatap Zio, dengan tatapan manis yang sengaja dibuat-buat. "Ngelamar lo... Haha..." Lunaira berlalu pergi begitu saja sembari tertawa bak seorang psikopat gila, tanpa menghiraukan sosok Zio yang mematung di tempatnya.
Gadis itu gila!
Tidak, Zio salah... gadis itu bukan gila, tapi...
Sangat gila!
***
Voment nya gaiss, gigit nih yang ngga mau Voment😬😬//ehehe// canda Jan serius-serius lah yaa😳😗.

KAMU SEDANG MEMBACA
Good Or Bad Couple? [END]
Teen Fiction"nikahi gue!" "Apa?! Lo gila?!" "Gue waras! nikahi gue!" "Shit, gimana bisa?! Gue masih SMA!" "Gue ngga nanya status Lo! Gue cuma minta satu!, N-I-K-A-H-I G-U-E!" "GILA!" * Zio dan Lulu adalah sepasang insan remaja yang dipertemukan dalam sebuah tra...