🌿6🌿

1.3K 99 6
                                    

°•°•°•°•°

"Zefa kembali.."

Zio yang tadinya sedang melamun, reflek langsung menegakan bahunya secara tegang saat mendengar ucapan ayahnya.

"Benarkah? Anak itu kembali?" Sella menyahut dengan wajah terkejutnya. Matanya langsung menatap Zio yang tampak lesu dan frustasi secara bersamaan.

"Jordan, menghubungi ku, dia bilang putrinya telah kembali.." ujar Arsell dengan nada frustasi seraya memijit pelipisnya pelan.

"Dan tempat pertama kali yang ia tuju setelah kembali bukanlah rumahnya, tapi.." Arsell menggantungkan kalimatnya, matanya menatap Zio yang menunduk dengan pandangan kosong.

Mengikuti arah pandang suaminya, Sella menatap Zio yang menunduk dengan wajah lesu. Seolah mengerti, Sella turut menatap sendu pada putranya.

"Aku bingung dengan anak itu, dia selalu mengejar Zio bahkan setelah tau bahwa Zio adalah saudaranya sendiri ia tak menyerah untuk menyatakan cinta itu.." seloroh Arsell yang mulai merasa frustasi.

"Satu satunya cara, adalah memukul mundur Zefa dengan cara halus namun harus menegaskan bahwa memang Zefa tak bisa bersatu dengan Zio seperti apa yang selama ini dia angan-angankan.." ujar Sella yang diangguki Arsell dengan mantap.

Pria setengah baya itu, menatap dalam wajah Zio yang terlihat lesu dan tak bersemangat.

"Sepertinya, aku tau bagaimana cara memukul mundur Zefa secara halus dan menegaskan bahwa memang Zio tidak bisa bersamanya layaknya seorang pasangan.."

Zio dan Sella serempak menatap Arsell baru saja mengatakan bahwa ia mengetahui cara menyadarkan Zefa.

"Cara apa itu?"

Arsell tak langsung menjawab, pria setengah baya itu tetap meluruskan pandangannya pada Zio yang menatapnya heran.

"Menikahkan Zio.."

*

Bruk~

"Anji*g!" Seorang gadis mengumpat kasar saat tak sengaja tubuhnya ditabrak seseorang dari arah depan dan berhasil membuatnya jatuh terduduk dilantai koridor sekolah.

"Sorry," Lulu, sang pelaku penabrakan tak sengaja itu segera mengulurkan tangannya berniat membantu gadis itu untuk berdiri. Namun, seakan terbawa emosi, gadis itu malah menepis keras tangan Lulu dan berdiri sendiri dengan susah payah. Wajahnya sangat terlihat jelas bahwa ia sedang emosi.

"Lo punya mata?!? Kalo punya, Lo liat jalan yang bener!!"

Lulu menaikan sebelah alisnya, gadis itu mendengus dalam hati. Ia merutuki dirinya yang telah menabrak gadis sensitif ini. Merasa malas meladeni, Lulu hendak berbalik pergi menjauh dari sana. Namun, Lulu berhenti melangkah saat dirasakannya tarikan kasar pada rambutnya, oleh gadis dihadapannya ini.

"Lepas!" Tak ada raut wajah sakit atau apapun yang tergambar di ekspresi Lulu, gadis itu masih setia menatap datar.

"Anjing kurang ajar kaya lo buat apa harus dilepasin?!!" Sakras gadis itu.

Lulu memutar matanya malas, gadis itu dengan sigap mencengkeram erat pergelangan tangan gadis yang menjambak nya itu, melepas paksa tangan kurang ajar itu dari rambutnya. Sepasang mata hazel itu masih menatap datar sang lawan.

"Denger!" Satu kata keluar dari mulut Lulu, gadis itu menajamkan tatapan matanya dan terlihat sangat mengintimidasi. "Gue disini ngga pernah buat keributan atau mancing keributan, gue ngga pernah perduli sekalipun sama sekitar, tapi, kalo lo berani ngusik ketenangan gue, gue ngga akan segan buat lo menjadi orang yang pertama untuk gue basmi disini.."

Gadis itu menyentak tangannya, hingga pegangan Lulu terlepas. Ia berdesis kesakitan saat merasakan nyeri di pergelangan tangannya.

"Kurang ajar! Gue bakal aduin ini kepada pemilik sekolah!"

Lulu terkekeh sinis mendengar ancaman itu, gadis itu melirik badge nama yang ada pada seragam gadis dihadapannya. "Aduin aja, gue nggak takut.."

Lulu bergerak mendekat, kemudian berbisik lirih namun tak meninggalkan kesan tajamnya. "Asal Lo tau, bukan gue yang ngemis untuk bertahan di sekolah ini, tapi.." Lulu menjauhkan wajahnya dari telinga gadis itu, kemudian tersenyum tipis penuh dengan sarat ejekan. "Sekolah yang selalu ngemis buat pertahanan gue, so.. semoga beruntung sama aduan ngga penting Lo itu, Z E F A N D R A.."

Tak ada kata lagi dari Lulu setelah berucap demikian, gadis berpawakan mungil itu berjalan menjauh, tanpa perduli dengan sosok Zefa yang terus mengumpatinya.

*

"Lu?"

Lulu menolehkan kepalanya dari jendela menatap sosok teman sekelasnya yang sudah berdiri di samping mejanya.

"Ada yang nungguin Lo diluar."

Tanpa banyak tanya, Lulu segera bangkit berdiri dan berjalan keluar kelas. Dan benar saja, ada Zio yang menunggunya diluar kelas.

"Kita perlu bicara.." tanpa aba-aba dan menunggu respon gadis dihadapannya, Zio langsung saja menariknya pergi untuk mengikutinya.

Zio, cowok itu membawa Lulu menuju rooftop sekolah. Cowok itu menghela nafas pelan, sebelum memulai pembicaraan.

"Gue... Mau bicara soal pernikahan yang Lo minta kemarin..."

Lulu diam, gadis itu masih setia menunggu dengan raut wajah datarnya. Meski, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Lulu juga ikut berdebar dengan apa yang dikatakan Zio barusan.

"Kemarin, gue sama orang tua gue udah saling bicara.." Zio mengeraskan kepalan tangannya, cowok itu meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah. Sulit rasanya mengatakan hal ini.

"Gue sama orang tua gue..." Zio menatap lekat pada wajah gadis dihadapannya, menghembuskan nafas beratnya lagi, kemudian membuka mulutnya secara perlahan dan mulai berkata, "Setuju atas pernikahan kita.."

Deg!

Zio menyentuh kedua tangan Lulu, dan menggenggamnya erat dan hangat. Pemuda itu menatap lekat wajah terkejut Lulu yang baru pertama kali ia lihat, dan mulai tersenyum kecil.

"Jadi, mari kita menikah, Lunaira.."

•°•°•°•°•°•

Kyyaaaaa!!!, Ziooo, 😆😆😆.

Menurut kalian, Zio romantis ngga?.

Kalo menurut aku sihhh....😳😳.

Vote komennya ya gaessss😍😍😍.

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang