🌿13🌿

1.1K 91 8
                                    

Vote dulu sebelum baca kakak..

°•°•°•°•

"Sebisa mungkin kita harus menyadarkan Zefa, bahwa keinginannya untuk memiliki Zio itu sangatlah tidak mungkin.."

Wanita cantik berkerudung itu menghela nafas berat. Mata indahnya tampak redup, saat ia kembali teringat akan obsesi gila putrinya.

"Kamu benar, kita tidak boleh membiarkan Zefa terus-menerus seperti ini.." Sabrina tampak memejamkan matanya saat sang suami menariknya masuk kedalam pelukan hangat.

Jordan menghela nafas panjang. Ia mengelus kepala sang istri dengan sayang. "Ini salah ku.."

Sabrina menjauhkan diri dari pelukan suaminya. Dahinya mengernyit tak paham. "Apa maksud mu?"

"Seandainya aku dulu tak begitu memanjakan Zefa dan menyadari perasaan gadis itu pada sepupunya sendiri lebih cepat. Semua ini mungkin tidak akan terjadi.."

Sabrina tersenyum sedih. Ia menangkup kedua pipi suaminya agar menatapnya. "Kamu tidak boleh bilang seperti itu, ini semua bukan salah siapa-siapa.. yang harus kita pikirkan sekarang adalah, kita harus segera mencari solusi untuk menghentikan obsesi gila Zefa.."

Jordan mengangguk mengerti. Ia kembali menarik istrinya kembali ke pelukannya. "Zio sudah menikah, aku yakin, mendengar hal itu Zefa akan perlahan mengerti.."

Sabrina mengangguk pelan mendengar ucapan suaminya itu. Semoga saja apa yang diucapkan Jordan benar adanya.

Tanpa kedua suami istri itu ketahui. Dibelakang pintu berdiri seorang gadis cantik yang sedari tadi mereka bicarakan. Gadis itu menggertakkan gigi nya kuat dengan mata yang berkilat marah.

*

"Loh, ini kenapa kalian pada diem dieman?" Sella menatap menantu dan putranya yang saling duduk bersampingan di depan televisi namun saling terdiam.

Zio dan Lulu menoleh, kemudian saling melirik masing-masing kemudian menggeleng kompak.

"Lulu nggak papa."

"Zio nggak papa bunda."

Jawab kedua remaja itu dengan kompak.

Sella mengangguk-angguk mengerti. "Kirain tadi kalian ada masalah.."

"Masalah apa bunda?" Tanya Zio setelah melirik Lulu yang terdiam.

"Eum, berantem misalnya.."

Zio menggeleng cepat seraya terkekeh pelan. Dengan tiba-tiba ia merangkulkan tangannya di atas bahu Lulu, kemudian segera merapatkan tubuh Lulu kepada tubuhnya.

"Haha, mana ada pengantin baru berantem, ya ngga Lu.." Zio Menaik turunkan kedua alisnya seraya menatap Lulu dengan jarak yang lumayan dekat.

"Baguslah, kalo kalian ngga papa.. lagian kalian udah menikah, kalo ada masalah kalian harus omongin baik-baik.." ujar Sella memberi petuah pada anak-anaknya.

"Oke.." ujar Zio dengan cengirannya.

"Kalian nikah mendadak, btw, gimana sama perasaan kalian?" Tanya Arsell yang baru saja datang bergabung diruang tamu seraya menenteng buku kantornya.

Zio terdiam. Jujur saja, ia sudah menikah dengan Lulu terhitung selama tujuh hari. Ia masih merasa biasa saja. Entahlah waktu terlalu cepat berjalan hingga Zio sulit merasakan perasaannya pada Lulu.

"Sejauh ini perasaan Lulu masih biasa saja.." ujar Lulu membuat Zio tersadar dari pikirannya dan kembali terfokus pada gadis disampingnya.

"Hooh, Zio pun juga begitu.." sahut Zio mengangguk-angguk pelan.

"Tapi sebisa mungkin Lulu mencoba membuka hati untuk suami Lulu, yaitu Zio.."

Kedua orang tua Zio mengangguk-angguk mengerti dengan ucapan Lulu barusan.

"Wih seriusan?" Tanya Zio dengan wajah penuh tanya.

Lulu mengangguk mantap, membuat Zio membulatkan mulutnya kagum.

"Btw, kalian kan udah nikah, kalian udah ngelakuin hal itu bel—akhhh!!"

Kedua remaja yang tadinya sedang berpandangan langsung menoleh bersamaan kepada Arsell yang menjerit histeris saat Sella mencubit pinggangnya dengan kejam.

Arsell meringis saat melihat wajah seram istrinya. Waah, tampaknya ia salah bicara.

"Itu? Itu apa?" Tanya Zio dengan wajah tak pekanya. Berbeda dengan Lulu yang sudah memerah sempurna layaknya udang rebus.

"Aum.. ayah harus ke ruang kerja, Bun, yok bantu ayah.." ujar Arsell kemudian tanpa berkata-kata lebih lagi ia segera membawa pergi Sella dari hadapan Zio dan Lulu.

"Yah! Jawab dulu, itu apaan?" Teriak Zio yang tampaknya sudah sangat kepo.

Zio menatap sosok lulu yang wajahnya memerah.

"Lo ngerti apa maksud ayah tadi?"

Lulu mengode Zio agar mendekatinya. Mengerti kode Lulu, Zio mendekatkan dirinya ke arah Lulu.

Disana, Lulu mulai berbisik mengatakan sesuatu yang mampu membuat Zio mematung dengan wajah cengonya.

Melihat Zio yang tampak sedang meloading ucapannya tadi, Lulu segera pergi dari hadapan Zio.

Beberapa detik kemudian. Zio berdecak pelan.

"Anjir pikiran bokap gue bisa gitu ya.. astaghfirullah.."

°•°•°•°•°•

Tanpa adanya perbaikan lagi setelah menulis🐤
Mon maap kalo typo menyebar luas layaknya cintaku padanya.. eaaakss..

Awokawok..

Btw, ini udah sampe chap 14.
Mo nanya dong, menurut kalian cerita ini gimana?.

Serukah?, B aja kah?, Atau bikin penasaran?.

Mohon dijawab ya kakak-kakak readers Ku tercinta..

Dah, gitu aja..

Author pamid, sampe ketemu di part selanjutnya🐤🐤.

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang