25. Apartemen (2)

409 74 252
                                    

AKHIRNYA UPDATE ><

MAAF LAMA, LAGI KENA MENTAL BREAKDANCE KARENA TUGAS SEKOLAH

BARU MASUK, UDAH LANGSUNG DIKASIH TUGAS KARYA ILMIAH, PRESENTASI, DLL

(CURCOL DIKIT)

VOTE DULU YA ><

-~-

"Kita sama-sama kalah,
sama-sama jatuh cinta."
- k e n a n g a n  m a n i s  k i t a -

-~-

TAK ada topik. Mereka saling memainkan ponselnya masing-masing. Nara duduk di atas sofa, sedangkan Ryan duduk di karpet sambil menyenderkan punggungnya ke sofa.

"CK." Ryan membanting ponselnya ke sofa. "Kok ngelag sih, padahal bentar lagi menang," gerutu Ryan kesal.

Ryan beralih menatap Nara yang fokus pada layar handphonenya. "Yang, sinyal lo gimana?"

"Jelek."

"Gue nanya sinyal bukan muka."

Nara menatap Ryan tajam. Maksudnya mukanya jelek gitu?

"Iya-iya lo cantik," ucap Ryan sambil nyengir.

"Cantik itu relatif, tergantung kualitas kamera, letak kamera, filter, dan intesitas cahaya." Nara kembali membaca cerita wattpad di ponselnya.

Ryan manggut-manggut menyetujui. "Emang, medsos itu bener-bener serem. Waktu itu gue liat di IGE, ada cewek itu cantik, putih, chubby gitu. Tapi pas diajak ketemuan, jelek banget! item, dekil, jerawatan, beda banget sama yang di IGE."

BUK!

Sebuah bantal melayang dan tepat mengenai aset berharga Ryan. Wajah tampannya tersiksa oleh bantal berwarna hitam itu. 

"Kata-katanya di-filter dulu!" sewot Nara yang tidak menyetujui kata-kata terakhir Ryan.

"Kenapa emangnya? gue ngomong realitanya. Dia itu item banget, kayak nggak pernah mandi."

"Rasis."

"Nggak gitu, Ra. Gue bukannya rasis, tapi kulit warna hitam agak gimana gituu."

"Sama aja bambang! lo udah ngelanggar undang-undang nomer 40 tahun 2008."

"Bambang? siapa bambang? lo selama ini selingkuh ya? lo tega?" Ryan mulai berakting dramatis.

Nara menghela napas. Ryan ini pintar sekali dalam mengalihkan topik. "Intinya, semua cewek itu cantik. Hitam itu juga cantik, eksotis gitu. Setiap cewek itu punya sisi keunikan dan kecantikannya sendiri-sendiri, begitupun dengan yang cowok."

"Kalau jerawat?"

"Itu beda, itu masalah merawat diri," Nara menatap Ryan, mereka beradu pandang, Ryan jadi gugup sendiri, "jadi, jangan beda-bedain lagi, janji?" Nara menyodorkan jari kelingkingnya.

"Okey." Ryan menautkan jari kelingkingnya di jari kelingking Nara. Mereka seperti anak kecil yang sedang berjanji.

"Lo nggak bisa diskriminasi orang. Kalau misalnya lo lahir dengan kulit hitam, lo mau gitu direndahin?"

"Iya juga, maaf deh."

"Good," Nara mengelus lembut rambut Ryan, saat ini Ryan benar-benar salting, "lagian Tuhan ciptain semua manusia cantik atau ganteng kok, mana mungkin Tuhan lalai terus produknya jadi gagal."

Kenangan Manis KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang