7. Makan bersama

777 245 175
                                    

"Enak nggak? enak nggak? mommy yang masak lho," ucap Aurora membanggakan diri.

Nara menggeleng geli. Perasaan Aurora hanya bertepuk tangan dan menyemangati Nara yang memasak. 

"Enak sih, tapi mommy nggak mungkin bisa masak seenak ini." 

"Kamu meragukan kemampuan mommy?"

"Lebih baik jujur."

"Tapi mommy jujur aja deh, mommy tadi cuman nyemangatin kak Nara masak kan?" tanya Zara.

"Tapi berkat dukungan dari mommy, masakan Nara jadi seenak ini, iya kan Ra?" Aurora mengedipkan matanya kepada Nara.

Nara tersenyum saja. Dia ingin pulang. Batin Nara menjerit-jerit dengan terisak-isak. Tadi ia ingin pulang, tapi ditahan oleh Aurora untuk melihat reaksi kakak beardik di depannya makan sup buatannya.

Ryan menancapkan wortel ke garpu. Mengamatinya dalam-dalam. "Ini wortelnya gue yang motongin lho, bagus nggak?"

"Jelek, kayak abang."

"Ish, mana ada? gue ganteng, dan potongan ini bagus dan pas banget tau! ini namanya kreatip. Ya nggak yang?"

"Iya beda dari yang lain," ucap Nara. Iya maksudnya beda dari yang lain itu bentuknya acak-acakan. Memang benar-benar beda dari yang lain.

"Tuh kan gue pinter." Biasanya kalau dikomik-komik, saat ini hidung Ryan memanjang seperti pinokio.

"T-tunggu bentar. Kamu manggil dia 'yang'? kalian ini sebenarnya punya hubungan apa sih? Katanya Nara, kalian nggak ada hubungan apa-apa, tapi kok si Tang manggil 'yang'?"

Ryan yang mendengarnya tampak kesal. "Kok lo nggak mau ngakuin hubungan kita si yang? Di depan mertua lo lagi. Lo nggak usah malu sama hubungan kita yang, lo kira kita punya hubungan gelap apa?"

Nara menarik napas, mencoba mengabaikan perkataan Ryan. "Aku sama Ryan cuman hubungan sementara mom."

"Hah? maksudnya gimana? gimana?"

"Iya kan anak mom itu 'buaya' jadi ya hanya sementara. Habis ini nanti juga putus."

"YA ALLAH NAK! TOBAT NAK!! KEMBALILAH KE JALAN YANG BENAR NAK!" Aurora menguncang-guncangkan bahu Ryan.

Ryan mendengus. "Gue jadi kayak gini juga gara-gara daddy. So itu bukan salah gue."

"Kamu dirasuki sama cewek genit itu yaa? wah bahaya nih." Aurora segera mengambil ponsel dari sakunya. Mengetik beberapa digit nomer.

Zara yang sedang asik makan sup itu mengernyit ketika melihat raut wajah Aurora yang panik. "Mom mau ngapain? 

"Mau nelpon RSJ, abang kamu udah sakit jiwa."

"Mom, gue baik-baik aja. Jangan nge-prank rumah orang dong mom."

Raut wajah panik dari Aurora belum memudar. Menarik tangan Nara dan menatapnya sendu. "Ra, kamu satu-satunya harapan mommy. Tolong bawa anak sakit jiwa ini menuju ke jalan yang benar."

Nara daritadi hanya bisa menahan tawanya. Ini keluarga yang terlalu dramatis. "Tenang mom, aku akan membuat dia sadar bahwa cinta itu bukan mainan.

"HOY, HOY, eperibadehh is hier?" Zara berusaha melepaskan situasi dramatis ini dari mereka berdua.

"HELLO? GUE IS OKE, RIGHT?"

"Tolong Ra, jiwanya sudah mulai kualat." Mata Aurora mulai berkaca-kaca. Ia mengambil kuah sup untuk dijadikan air mata buatan.

"Iya mom, aku berjanji." Nara berdiri menarik tangan Ryan untuk keluar dari kursi.

Ryan tetap pada tempatnya, tidak mau bergerak. "Hey, serius. Kalian ini pada kenapa sih?"

Kenangan Manis KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang