OEMJI, THANKS BANGET YANG UDAH MAMPIR🤧
harusnya aku nggak up hari biasa kayak gini sih, tapi berkat kalian moodku jadi naik🤧
baca doang tapi nggak follow sama vote😤
***
NARA menunduk. Menyusuri lorong dengan disambut bisik-bisikan yang membuatnya tak nyaman.
"Eh, Lo udah lihat foto yang dikirim di grup?"
"Foto yang Nara masuk ke apartemen Galang?"
"Parah, gue nggak nyangka banget woi!"
"Uang bokapnya habis mungkin ya? makanya dia jadi jual diri ke Galang."
"Galang kasihan banget."
"Dasar murahan."
Tangan Nara turun meremas roknya sendiri.
Ya Tuhan... Rumor apa lagi ini?
"Ra!"
Nara mengadahkan kepalanya, melihat Zea mendatanginya dengan tergesa-gesa.
"Uang yang dititipin Galang mana? gue sama Dio mau beli bahan dasar sama dekorasi buat acara sekarang."
Nara berpikir sebentar, mencoba mengingat-ingat dimana ia letakkan amplop coklat itu.
"Cepetan, jam 10 gue udah harus setor notanya ke guru."
"Ada di loker kok." Nara menarik langkahnya menuju loker biru. Merogoh sakunya dan mengeluarkan kunci.
Ceklek
Pintu loker miliknya terbuka. Dengan cepat, ia mengacak isi lokernya demi amplop coklat itu.
Tidak ada.
Nara berusaha tidak panik. Ia mencoba mencoba mencari amplop itu di selipan buku.
Tidak ada.
Nara mulai panik. Ia membongkar lokernya hingga kosong.
Tidak ada.
Nara semakin panik. Gimana ini? apa yang harus ia lakukan?
"Mana, Ra?"
Nara tersenyum canggung. "Ehm, sorry, kayaknya ketinggalan di rumah gue deh."
"Lo bohong ya?"
Nara membeku sedetik, sebelum mencoba untuk tidak panik. "Enggak kok, kayaknya gue lupa kalau gue udah bawa amplop itu dari loker dan gue bawa pulang ke rumah. Kayaknya gue simpen di laci meja belajar."
"Lo bohong."
"Gue enggak-"
"Arah mata lo selalu ke kanan. Itu artinya lo lagi berimajinasi untuk menciptakan alasan yang masuk akal." Zea bersedekap dada. "Kedua, senyuman lo itu dibuat-buat. Ketiga, lo gelisah."
"Itu kan cuman menurut psikologis Ze, gue-"
"Lirik kanan, lo ciptain alasan lain lagi."
Nara menghela napas. "Oke, gue akui kalau gue bohong. Tapi gue jujur kalau amplop ini hilang. Gue beneran inget kalau uang itu tersimpan baik di loker."
"Gue nggak nyangka, Ra."
Nara mengernyit.
"Lo pake uang itu buat tas baru lo?" Zea melirik tas Nara yang berwarna biru dongker.
Nara tersenyum miris, tas baru apanya? beli hal-hal baru untuk sekarang saja sudah tidak mungkin. "Ini tas gue waktu SD, Ze."
Zea mengakat sebelah alisnya, tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Manis Kita
Teen FictionBruk "Lo sengaja yaa disini? biar bisa ketabrak sama gue? hehm?" Cewek itu hanya memasang ekspresi datar, ia bergeser ke kiri agar posisinya tidak jadi terpojok. "Lo cantik, gue ganteng, gimana? kita cocok kan?" "Lo udah nggak waras, lo harus pergi...