Bohong, bohong
Nara menatap layar ponselnya sembari terus membatin.
Sejak tragedi siang tadi, Ryan belum memberi kabar sama sekali. Bahkan, Nara yang sudah mati-matian menghancurkan tembok gengsinya untuk menghubungi Ryan, tidak mendapat balasan satu pun.
Nara menggigit bibir. Gelisah.
Ryan baik-baik saja kan?
Tidak bisa. Nara tidak bisa gelisah tanpa kepastian begini. Pasti ada caranya untuk mendapatkan kabar Ryan.
Tululut tululut
Nara sontak hampir melempar handphonenya karena ada notifikasi video call entah dari siapa— tunggu. Dari... Ryan?
Dengan segera, ia merapikan dirinya. Memposisikan diri di tempat yang ternyaman. Dan menggeser tombol hijau ke atas, hingga warna kulit memenuhi layar ponselnya.
"Mukanya mana?"
Ryan refleks menggeser kamera ponselnya sedikit ke bawah.
Nara berdecak. "Muka bang, bukan lubang hidung. Mana besar banget lagi. Jorok."
"Tapi lobang hidungku bersih dari kotoran kok."
"Ya tetep aja. Mana mukanya?"
Terdengar helaan napas dari seberang sana, kemudian yang Ryan lakukan adalah mundur dari posisinya, hingga wajah Ryan terlihat jelas di layar ponsel Nara.
"Halo, sayang."
Nara mendengus. Kenapa senyumnya yang menjengkelkan itu selalu dipasang di wajahnya? Ya nggakpapa sih, walau ngeselin tapi ganteng.
Nara berdehem, menormalkan suaranya dan berusaha memasang raut wajah yang biasa-biasa saja.
"Habis darimana aja?"
"Hehe."
"Hehe?" Nada Nara udah agak ketus loh, tapi cowok di ponselnya itu malah nyengir?
"Nih." Ryan menggunakan kamera belakang untuk menangkap gambar kertas lecek yang bertulisan panjang.
"Apaan itu?"
"Surat nikah kita berdua."
"Serius."
"Iya, ini ceritanya aku mau seriusin kamu."
Nara memasang wajah datar. "Udah, An. Aku nggak bakal baper sama gombalan recehmu itu."
Wajah Ryan terlihat heran. "Yang mau bikin kamu baper siapa? Aku kan maunya bikin kamu sayang."
"An. Kalau gini terus, aku matiin loh teleponnya."
"Ya nga— EH, JANGAN. Ini tuh surat. Baca deh."
Nara menyipitkan mata, mencoba membaca tulisan Ryan yang kayak rumput tak terurus itu.
Fiksi, 33 Bulanember 3098
Nomor: 1882828
Lampiran: (2√25+3) x {348-(174x2)} + 56789 - 56788
Perihal: Surat ijin dan permohonan maafKepada
Nyonya Ryan yang geulis, gumush nan idaman, alias neng NaraSelamat datang,
Sehubungan dengan tidak ada kabarnya saya kepada Ny. Kinara Aileen Bramantya, saya memohon maaf sebesar-besarnya. Ini permintaan maaf yang tulus, benar-benar dari lubuk hati saya yang terdalam.Ya, mungkin nona tidak percaya. Tapi percayalah, saya benar-benar menyesal sampai memukul-mukul dada seperti gorila yang mengamuk.
Sebelum amarah anda tambah meledak karena surat saya yang tidak rapi ini, saya bisa memberikan penjelasan perihal kejadian hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Manis Kita
Teen FictionBruk "Lo sengaja yaa disini? biar bisa ketabrak sama gue? hehm?" Cewek itu hanya memasang ekspresi datar, ia bergeser ke kiri agar posisinya tidak jadi terpojok. "Lo cantik, gue ganteng, gimana? kita cocok kan?" "Lo udah nggak waras, lo harus pergi...