27. Rindu terobati

336 60 146
                                    

NGILANG THOR?

HEHEHE

OTAKKU NGESTUCK BANGET T_T, TRUS BANYAK TUGAS. MAAP T_T

AKHIRNYA SELESAI, SEMOGA SUKA!

JAAT BENER GA VOTE :(

-~-

"RINDU ITU BERAT, BIAR DOLON AJA. GUE JUGA NGGAK KUAT."
- k e n a n g a n  m a n i s  k i t a -

-~-

RYAN melamun. Menatap punggung-punggung yang mengantri didepannya untuk membeli martabak manis. 

Pikirannya melayang ke flashback kejadian tadi pagi. Nara. Cewek itu sepertinya memiliki trauma yang sangat berat seperti yang dikatakan oleh mama Nara waktu itu. 

Sebenarnya Ryan tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menenangkan Nara. Tapi tadi pagi itu, ia benar-benar spontan untuk memeluknya. 

Ryan menghela napas gusar. 

"Gue penasaran banget oi!" 

Cewek yang sedang mengantri di depan Ryan berbalik, ia mendengus. "Sabar mas, yang lain juga pada penasaran kenapa mertabak ini laris manis," tutur cewek itu.

Ryan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ehm, m-maksud gue bukan itu."

Cewek itu memiringkan kepalanya, bingung. "Terus maksud mas apa?"

Ryan tersenyum jahil. "Mbak kepo yaa?"

Cewek itu mengangguk. "Iya, dari kecil aku selalu diajarin untuk selalu tanya kalau penasaran."

Ryan tersenyum miring. "Maksud gue, gue itu penasaran kalau kita nikah nanti, lo bakal seromantis apa yaa?"

Cewek itu tersenyum malu-malu. "Sa ae mas ganteng."

"Iya mas ganteng ini cocok banget pacaran sama lo yang cantik."

Mata cewek itu berbinar. "Jadi mas mau jadi pacar aku?" Jarang-jarang ia bisa mendapatkan pacar seganteng ini.

Ryan merubah wajahnya menjadi datar. Ia mengambil ponsel, dan membuka galeri. "Sorry, pacar gue lebih cantik dari lo." Ryan menunjukkan foto Nara yang ia ambil diam-diam.

Damn!

Rasanya ia ingin menghilang sekarang juga. Mau ditaruh mana mukanya kalau begini ceritanya?

Cewek itu tersenyum canggung. Ia menggambil benda pipih dari tasnya, dan berpura-pura ditelepon seseorang. Tatapannya bertemu dengan Ryan. "Tiba-tiba aku ada urusan mendadak, aku pergi dulu. Permisi."

"Lha nggak jadi beli martabaknya?"

"Nggak dulu, urusan ini lebih penting." Cewek itu segera terbirit-birit menghilang dari pandangan Ryan. Percuma sudah 2 jam ia mengantri, percakapan singkat itu membuat ia mengundurkan niatnya yang ingin membeli martabak manis.

Ryan terkikik geli melihat tingkah laku cewek itu. Katanya ditelepon, tapi bagaimana caranya telepon menggunakan casing hp? sedangkan handphonenya tertinggal di saku baju. Benar-benar deh.

Tunggu sebentar, tadi Ryan mikir apa yaa? 

Oh iya, Nara. Ryan segera membuka chatroom dirinya dengan Nara.

Buahbi

Ryan
Yang
Yang
Ping!
Ping!
Ping!
OINK!
KALAU NGGAK SEGERA DI READ, BESOK GUE KASIH BUNGA BANGKAI DI MEJA LO

Kenangan Manis KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang