37. Nyaris

287 44 145
                                    

haiii!

ashtnshjgs bab ini diketik dengan tangan yang habis divaksin :)

(sedang mengawasi yang hanya membaca tanpa memencet tombol bintang)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(sedang mengawasi yang hanya membaca tanpa memencet tombol bintang)

***

SETIDAKNYA ada dua puluh enam pertanyaan yang memenuhi otaknya saat ini.

Lelaki yang merebahkan tubuhnya di ranjang itu menghela napas. Menaruh punggung tangan kanannya di atas kepala. Waktu sebelum tidur adalah waktu yang tepat untuk memikirkan banyak hal. 

Tapi kali ini berbeda, kepalanya itu terasa berat. Ia tak menyangka, masa lalu Nara itu berkaitan dengannya. 

Kekehan lembut keluar dari bibirnya. Kenapa semesta mempertemukannya di saat seperti itu sih? Takdir itu agak sedikit lucu ya? 

Ryan benar-benar tidak mengerti rencana apa yang sudah Tuhan persiapkan untuknya. Tapi ia mencoba untuk mengikuti dan mempercayai-Nya.

Leta. 

Nama itu lagi. Sedari tadi nama itu terus berputar-putar di otaknya. Ia benar-benar tidak menyangka sahabat masa kecilnya itu berani berbuat yang di luar batas kepada Nara. 

Apa motifnya?

Untuk apa ia melakukan itu?

Apa memang dari awal ia mendekati Nara untuk melakukan hal itu?

Ryan benar-benar tidak bisa menebak semua pertanyaan itu dengan jawaban yang pasti. 

Yang selama ini ia tahu tentang sahabat kecilnya itu hanyalah gadis polos ceria yang selalu ada untuknya. Hingga hari itu tiba, gadis kecilnya itu menangis tersedu-sedu karena tidak ingin pisah darinya. Bibirnya yang bergerak dan mengatakan bahwa ia harus ikut orang tuanya ke Swiss. Dirinya yang membeku dan bibirnya yang tertutup rapat. Hingga pada akhirnya memutuskan untuk berpisah karena tidak sanggup menjalani hubungan yang dipisahkan oleh jarak.

Sesak. Dadanya tiba-tiba seperti tertahan sesuatu hingga sulit bernapas. Yang namanya perpisahan pasti menyakitkan, bukan? Dan Ryan mengakuinya, hingga tanpa sadar tetes demi tetes air mata mulai membanjiri pipinya.

Ting!

Suara notifikasi diiringi getaran benda pipih itu, membuat Ryan memalingkan wajahnya ke atas meja nakas. Tangannya terulur mengapai handphone-nya dan melihat siapa yang memberi notifikasi itu.

Tunggu. Bukan Nara kan? Tiba-tiba Ryan merasakan jantungnya yang berdegup cepat. Jika tebakannya benar, ini pertama kalinya Nara chat duluan. 

Dengan ragu-ragu, Ryan menyalakan ponselnya. Bukan. Bukan nama kontak Nara yang tertera disana, nama yang tampil di sana adalah 'My boo'. Ryan mengernyit, setahunya ia tidak pernah memberi nama kontak yang spesial begitu kepada orang lain. 

Kenangan Manis KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang