29. Arsen (2)

292 48 47
                                    

NGEGHOSTING DARI WATTPAD ITU BIASALAH 👀

HEHEHE

KALIAN JANGAN NUNGGUIN JADWAL AKU UPDATE DEH🙏

(MENDING FOLLOW AKU BIAR DAPET INFO KALAU AKU UPDATE)

SOALNYA KALIAN BAKAL DIKECEWAIN TERUS🙏
(YAA BANYAK ALASAN KALAU AKU NGGAK UPDATE)

MAAF TELAH MELUKAI HATI KALIAN 😔

JADI MENDING FOLLOW AKU SUPAYA DAPET INFO KALAU AKU UPDATE ❤️

MAKASIH UDAH BERTAHAN WALAUPUN SERING DIKECEWAKAN 😔❤️

-~-

ARSEN terus memperhatikan Nara yang sedang menulis di buku catatan.

"Arsen Elard."

Arsen tersentak ketika nama lengkapnya dipanggil. Ia menatap Ms Wenda yang sudah menatapnya garang.

"Fokus. Lombanya sudah dimulai besok."

"Iya ms." Arsen menghela napas. Itu artinya sebentar lagi ia tidak bisa terus bersama lagi dengan Nara seperti sekarang.

Mereka berdua menjadi wakil dari kelas X IPA 1. Setelah 3 minggu ini, mereka selalu belajar bersama. Memang kerja keras tidak mengkhianati hasil. Mereka selalu berhasil lolos seleksi dari tingkat sekolah sampai menjadi wakil provinsi mereka saat ini.

Dan besok, puncak dari kerja keras mereka akan dimulai. Arsen tidak peduli menang atau tidak, karena baginya lomba ini hanyalah sebagai pengalaman saja. Tapi sepertinya, Nara berkerja keras sekali untuk menang, Arsen jadi terikut untuk ambis.

"Lo udah belajar rumus helmholtz?"

Arsen hampir saja tersedak ludahnya sendiri. "Lo belajar itu?"

Nara mengangguk. "Agak susah sih."

Arsen memijat pelipisnya. Sepertinya otak Nara sudah melebihi Albert Einstein. "Lo belajar rumus tersulit di dunia? Yang puluhan tahun baru bisa dipecahin?"

"Oh ya? Gue baru tahu."

Arsen angkat tangan. Otak Nara benar-benar di luar batas manusia. "Nggak usah belajar itu, nggak mungkin keluar di lomba juga."

°∆°

Jenggg

Arsen tertawa tertekan dalam hati. Ia harus menarik kata-katanya kembali. Siapa sangka soal itu beneran muncul?

Saat ini kedudukan poin mereka dengan kelompok lain seri. Sehingga para juri memberikan babak bonus. Dan soal itu menggunakan rumus helmholtz.

Arsen menatap Nara, satu-satunya harapan yang membawa mereka lolos dan berlanjut ke babak final. Berbeda dengan kelompok sebelah yang terlihat panik, Nara mengerjakan soal itu dengan sangat tenang. Arsen benar-benar bersyukur bisa sekolompok dengan Nara.

Kenangan Manis KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang