35. MLN: Antipati

270 38 191
                                    

hola, nggak tahu kenapa aku jadi sering update wkwk.

padahal dulu harus seminggu baru up, ada juga yang 2 minggu sih😭 sepertinya beberapa hari ini otak saya lancar jaya.

ini bab mln yang terakhir.

terakhir namun bukan akhir.

wadaw sksk.

eh, vote dulu sebelum lanjut baca...

***

MATAHARI bersinar terik, menaungi lapangan berserta isinya. Murid-murid kelas 9 sedang melangsung pembelajaran olahraga. Entah apa yang berada di kepala guru olahraga itu, biasanya jam olahraga dibagi menjadi per kelas, namun sekarang menjadi satu.

Biasanya, ada orang yang paling bersemangat ketika pembelajaran olahraga, tapi sekarang orang itu terlihat paling murung. Duduk di lapangan, dengan memperhatikan murid-murid lain yang memanfaatkan jam bebas untuk bertanding basket. 

Yaa, itu Nara. Raganya memang ada disitu, namun pikirannya melayang entah kemana. 

Duak

Nara mengusap kepalanya yang terbentur bola. Bola basket itu memantul di depan Nara sekali sebelum bergulir ke luar lapangan. Nara menoleh ke arah datangnya bola, melihat Leta dengan 3 siswi lainnya sedang menatapnya sambil tertawa sinis.

Salah satu siswi itu berlari melewati Nara sambil berkata 'sorry'. Nara hanya samar-samar mendengarnya. Dia hanya bisa tersenyum simpul menanggapi. Nara sedang malas meladeninya, mereka akan semakin jadi jika Nara marah.

Nara memalingkan wajahnya, melihat kelas lain sedang seru-serunya bertanding. Tunggu sebentar. Nara seperti mengenali salah satu wajah yang ada di sana. 

Laki-laki berjersey nomer 11 itu mengelap keringatnya. Memperhatikan lawan yang sedang menguasai bola. Mata coklat pekat itu, Nara mengenalinya.

Kelvin.

Perkataan kakeknya ternyata benar. Ia tidak tahu kalau Kelvin satu sekolah dengannya. Parahnya lagi mereka seangkatan. Sepertinya selama ini ia hanya memperhatikan Galang, hingga tak sadar ada cowok yang lebih tampan darinya.

Nara akan berkata jujur. Kelvin itu memiliki daya tarik tersendiri. Daya tarik yang tidak ada di cowok lainnya.  Apa yaa? Nara sulit menjelaskannya dengan kata-kata. He's a perfect boy.

Duak

Nara mengusap tengkuknya yang lagi-lagi terbentur bola basket. Nara mendengus, ketika melihat Leta tersenyum senang ke arahnya.

"MAU CARI COWOK BERDUIT LAGI LO, RA?"

Tahan. Nara itu sabar kok.

Nara memalingkan wajahnya. Tak sengaja, matanya bertemu dengan mata Kelvin. Contact eyes. Cukup 2 detik, lalu Kelvin memalingkan wajahnya.

Astaga. Kelvin tadi melihatnya? Ah sudahlah, harga diri Nara sedikit tercoreng. Rencananya kan, Nara ingin membangun image yang perfect di depan sepupu angkatnya. Tapi yang terlihat, malah sisi lemahnya.

Nara menghela napas.

Sepertinya hari-hari terakhir di semester 2 ini, akan menjadi yang terburuk.

***

UKS.

Unit Kesehatan Sekolah.

Seharusnya itu menjadi tempat yang merawat orang-orang yang tidak sehat. Tempat pemulihan bagi mereka yang kurang enak badan. Tapi bagi Nara, ini adalah tempat penyiksaan yang paling menyebalkan baginya.

Kenangan Manis KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang