Pencet Vote! okey?
Jangan pelit-pelit
(!) Bab ini full Ryanara__________________
"Bersamamu, selalu menyenangkan."
- k e n a n g a n m a n i s k i t a -
__________________°∆°
Sejak senin kemarin Ryan selalu menempeli Nara saat istirahat. Rasanya ibarat Ryan itu perangko, sedangkan Nara itu surat.
Sekarang, Nara berada di kantin. Inipun karena pemaksaan dari Ryan, apalagi ditawarin es krim. Siapa yang bisa nolak?
Mereka hanya berdua, tanpa teman-temannya yang rusuh itu dan satu lagi yang sedingin Antartika. Jangan tanya Ana, pasti anak itu sudah berkeliaran nggak jelas.
Nara sibuk makan dengan es krimnya, sedangkan Ryan sibuk makan sop dan sekali-kali memotret wajah lucu Nara diam-diam. Diam-diam, karena waktu itu ia pernah ketahuan memfoto Nara dan Nara segera mengancam dia dilaporkan polisi karena lancang dengan privasi orang.
Nara menatap Ryan aneh, cowok itu malah asik senyam-senyum sendiri sambil menatap layar handphone-nya. "Ngapain sih?"
Ryan mendongak. Waduh, jangan sampai ketahuan. Dengan segera Ryan memotret sopnya dari berbagai sisi. "Lagi belajar photosop," jawab Ryan sambil menunjukkan layar handphone-nya.
"Terserah lodeh." Ah sudahlah, lebih baik Nara melanjutkan makan es krimnya.
Ryan tersenyum geli. "Yang, kalau ketemu doi terus hati berbunga-bunga itu termasuk riba nggak sih?"
Nara tersenyum jengah. "Yan," panggil Nara yang membuat Ryan menaikkan satu alisnya, "jangan mentang-mentang b*go itu gratis, lo borong semua b*gonya."
Seketika tawa Ryan pecah, tapi dia ketawa sendiri. Kasian, tapi nggakpapa ganteng mah bebas. Iya walaupun ketawa sendiri, sebongkah kaum hawa yang berada di kantin malah mengabadikannya di galeri.
Ryan kembali tersenyum, menatap Nara penuh arti. "Selamat yaa." Ryan mengulurkan tangan kanannya.
Walaupun bingung, Nara tetap membalas uluran tangan Ryan. Mereka bersalaman. "Makasih. Tapi, selamat buat apaan?"
"Selamat udah menangin hati gue."
"Kalau gue menang, gue dapet hadiah apa?"
"Dapet hati gue."
Nara memutar bola matanya jengah. "Ah males ah, hadiahnya kemurahan."
"Hati gue murah?! hah?!" sewot Ryan tak terima.
"Iya, murahan banget. Ketemu cewek cantik aja langsung sikat," ejek Nara.
Ryan bertopang dagu, menatap Nara menggoda. "Tapi lo tetep yang paling cantik kok."
"Hilih, bicit ismail bin mail," cibir Nara.
"Gue serius. Gue nggak perlu ngehalu ngeliat bidadari, karena sekarang bidadarinya ada di samping gue."
"Halah, basi."
"Basi aja masih bisa berguna."
"Iya jadi pupuk, dicampur sama tai sapi, babi, anjing, kambing, jerapah, gajah, semut, lalat, cicak, nyamuk, tikus, kecoak," ucap Nara sambil menghitung berapa banyak hewan yang ia sebut dengan jarinya.
Ryan menyentil bibir Nara. "Nih mulut kasar banget ngomongnya, harus diamplas dulu."
Nara menepis tangan Ryan. "Jangan sentuh bibir gue, najis!" Nara mengambil tissue, mengusap bibirnya yang sudah terkontaminasi tangan yang menyentuh banyak cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Manis Kita
Ficção AdolescenteBruk "Lo sengaja yaa disini? biar bisa ketabrak sama gue? hehm?" Cewek itu hanya memasang ekspresi datar, ia bergeser ke kiri agar posisinya tidak jadi terpojok. "Lo cantik, gue ganteng, gimana? kita cocok kan?" "Lo udah nggak waras, lo harus pergi...