52. Casting

381 51 18
                                    

Sejak tema Dilan ditentuin, kelas gue mendadak jadi pada demam Dilan semua. Gue bener-bener nggak nyangka bahkan sampe Alam juga ikut kena virus Dilan. Kebayang nggak sih pagi ini gue dateng dan hampir semua anak-anak kelas pada pake jaket denim? Gue cuma melongo didepan pintu kelas ngeliat keajaiban di kelas gue tersayang ini.

"Wets wets," Adit berlagak lenggak lenggok depan gue. "Milea dateng nih."

"Apaan sih, Dit? Kan belum tentu gue Mileanya," elak gue malu. Ya gimana nggak malu? Gue masih didepan kelas dan anak-anak kelas lain lagi banyak yang diluar ngeliat kami.

Adit tampak nggak peduli dan merangkul gue untuk ngeliat anak-anak kelas lain. "Guys, mulai sekarang panggil Navira Milea ya."

Gue nggak tahu harus pindah sekolah atau pindah planet lain sekalian, nggak kebayang banget ngeliat anak-anak kelas lain yang sempet cengo sebelum ketawa karna pengumuman Adit. Cepat-cepat gue masuk ke kelas sebelum Adit ngomong aneh-aneh.

"Lis, jangan bilang ada yang hilang, nanti orang itu akan menyakitimu," kata Adit, semangat Dilan-nya masih menggelora.

"Ih, apa sih anjir kebalik," sahut Deva. Tapi Adit tampaknya nggak peduli dan lanjut godain Salwa.

"Sal, di saat orang lain memandang gue sebagai sampah, cuma lo yang memandang gue sebagai malaikat."

"Apaan sih, Dit? Itu kan dialog Dear Nathan," protes Tasya lebih dulu.

"Ya kan mirip mirip, Sya, Salma sama Salwa, jadi gue nyesuain ke Dear Nathan," Adit ngeles.

"Yang mandang sebagai malaikat siapa anjir," sahut Ghea.

"Lagian emang bener kali natap lo sampah," timpal Sera dengan pedas. Lama kelamaan gue rasa sahabat gue yang satu itu punya dendam kesumat sama Adit.

Adit selalu santai tiap dihujat, mentalnya emang kuat banget. Atau mungkin hujatan itu bagai nasi yang jadi kebutuhan pokok sehari-hari, abisnya kadang juga dia yang berulah minta dihujat. Gue melewati Adit dan berjalan ke kursi gue sebelum Adit berdialog aneh lagi.

"Milea-nya udah diumumin," kata Sera.

"Hah? Masa? Gue nggak denger tuh?" sahut gue kaget.

"Nggak denger lah kan lo belom dateng tadi," balas Sera dengan mimik serius. Gue manggut-manggut, iya juga sih.

"Terus siapa Milea-nya?" tanya gue penasaran.

"Ya elo lah. Nggak denger tadi Adit ngenalin lo sebagai Milea?"

Jujur rasanya gue mau banting semua perabotan yang ada di dalem kelas ini. Siapa nih yang milih? Sumpah ya kalo ketauan siapa yang milih gue jadi Milea bakal gue lempar tai sapi. Sebel banget gue.

"Pak Anto."

"H-hah?" sahut gue bingung.

"Yang milih Pak Anto," jelas Sera seolah tahu isi pikiran gue.

Tuh kan, Pak Anto tuh ada masalah apa sih sama gue? Apa ini karna kemaren gue nyebar foto dia pas SMA dulu? Yah itu kan ngga sengaja. Nggak sengaja nemu foto beliau pas SMA, kalo nyebarinnya sengaja sih lewat Putra. Sialan, berarti Putra kembali cepuin gue dong?

(((foto Pak Anto yang gue temuin)))

(((foto Pak Anto yang gue temuin)))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REALITEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang