46. UAS day 1

376 52 37
                                    

Bener bener nggak disangka waktu cepet banget. Hari ini hari pertama ujian akhir semester, gue dan yang lain cukup tegang walaupun ujungnya juga kami bakal tetep saling kerja sama.

Di Citra Bangsa, kelas 12 tetep ikutan ujian akhir semester genap, gue sendiri masih kurang paham tapi kata guru guru ujian mereka lebih mirip ujian masuk perguruan tinggi walaupun cuma 40-50 soal.

Kelas gue 11 IPA 4 bagian absen 16-30 kebagian bareng kelas 12 IPA 4 absen 1-15, jadi gue sekelas bareng Kak Dirga, Kak Irfan dan lain lain. Jinny, Joyi dan yang lain kegirangan karna sekelas bareng Kak Irfan, sementara Ghea menyesali namanya yang berawalan G.

"Nama gue Thea deh mulai sekarang," Ghea masih nggak terima nggak di kelas yang sama kayak Kak Irfan.

Deva melotot ke Ghea. "Jangan ngada ngada ya, Ghe."

"Kenapa sih gue harus absen 15?" tanya Ghea sambil membuang nafas kasar, masih ngaak terima. "Kak Irfan duduk sama siapa?"

"Zaki," jawab Tasya.

"Ya Tuhan, semoga cokiber nggak terkontaminasi kebodohan Zaki deh."

Sera melambaikan tangan ke Ghea dan Deva. "Kita duluan ya!"

Gue, Sera dan Tasya masuk ke kelas kami. James beserta kawanannya yang ada di kelas sebelah lagi pada unjuk diri di sini.

"Mampus, Zak, ada Kak Dirga. Kalo lo ngeselin nanti gue aduin," ancam Sera langsung saat ngelihat Zaki, Sera nggak nunggu Zaki ngebales ucapannya dan langsung duduk di tempatnya.

"Nggak takut gue," balas Zaki. "Kalo nggak lo aduin."

"Dih anjir," cibir Salwa lalu melengos ngelewatin Zaki.

Zaki memandang Salwa. "Sal, lo ada dendem apa sih sama gue?"

"Nggak ada tuh," jawab Salwa lalu balik lagi menghadap ke gue dan yang lain.

"Kalo suka sama gue bilang aja, Sal," kata Zaki lagi.

"Stress," balas Salwa jutek.

James datang ngehampirin Zaki. "Sabar, Zak, gue juga punya kok orang yang salty gitu ke gue."

Seraphine seolah bertelinga kelelawar melotot dari tempat duduknya ke James, gue cukup takjub juga ngeliat kemampuan pendengarannya yang super tajam itu.

"Gila tajem banget, Ser, kuping lo," puji gue.

James bergidik ngeri lalu kembali memandang Zaki. "Kakek gue dulu phpin neneknya Sera apa ya?"

"Bisa jadi sih, James. Tapi kalo Salwa tuh gue yakin dia suka sama gue," balas Zaki, bikin gue merinding sendiri.

"Idih, ngayal banget anjir," cibir gue.

Zaki memandang gue sengit. "Tolong ya saudari Navira Arrisha untuk tidak ikut campur dalam obrolan orang dewasa ini."

Perhatian gue yang tadinya cuma ke Zaki dan James sekarang teralih ke Kak Irfan yang baru datang, dia masuk ke ruang kelas bareng temen temennya. Kak Irfan termasuk dalam holy trinity bareng Rendi. Satunya lagi kakak kelas gue yang udah tamat. Sumpah, mereka tuh kayak manusia paling perfect all kill di sekolah ini sampe ke tulang tulang.

Kak Dirga ngedipin mata iseng ke gue dan naruh tasnya di sebelah gue, gue emang kebagian duduk bareng dia. James sendiri kayaknya jauh lebih seneng sama pembagian tempat duduk gue dibanding gue sendiri yang ngerasa menyesal karna nggak duduk sama Kak Irfan.

"Bagus, bang, lo duduk di situ, titip Navira ya," kata James.

Kak Dirga tertawa. "Sans aja, James. Paling gue suruh suruh doang."

REALITEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang