37. Garam Pembawa Petaka

393 60 8
                                    

Para cowok di kelas gue ketawa seru banget setelah kami keluar laboratorium abis praktek. Apa lagi James, Adit, Bimo sama Sultan, mereka kayak kesurupan kuntilanak anjir, ngakak mulu.

"Kenapa sih? Pada belom minum obat ya?" tanya Tasya disamping gue.

"Dih, mana gue tau. Lagian emang mereka tuh kapan sih warasnya?" balas gue acuh. Abisnya si Tasya yang kayak ginian aja diheranin, kayak baru pertama liat tingkah aneh cowok-cowok kuproy kelas kami aja.

"Gue ada nih plastik kayak wadah obat gitu," kata Gilang disela sela tawanya.

"Hahaha, goblok banget. Bakalan seru nih," sahut Bimo.

"Jangan sampe ketauan guru, nanti diomelin kita ketauan ngambil ginian," ucap Putra.

"Tenang aja, Put, aman pokoknya. Ruben sama Juno tuh calon maling profesional," sahut Adit, bikin Ruben dan Juno langsung nampol Adit.

"Foto sekalian kita kirim ke grup Anak Jalanan," usul James, setelah itu mereka lanjut ketawa ketawa.

"Udah pada gila kali ya anak anak kelas kita," Ghea geleng geleng.

"Lah, dari dulu kan emang pada nggak waras," sahut Sera. Sekarang gue ikutan nggak habis pikir, bahkan Rendi sama Alam pun gabung sama mereka walaupun cuma ketawa ganteng doang.

"WOI SALAH KIRIM GOBLOK MALAH KE GRUP ANGKATAN YANG ADA WAKANYA!!!" seru Bimo.

"HAH SULTAN GOBLOKKKK!!!" maki yang lain langsung.

"ANJING, ITU KAN PAKE HAPE GUE WOI," Rio teriak heboh.

"HAPUS LAH TOLOL MALAH PADA NGEBACOT," James ikutan teriak teriak.

"MANA, ANJING?!!! INI MASIH ADA CHATNYA," seru Sena.

"UDAH LO HAPUS BELOM, JUN?"

"UDAH, ANJIR. TAPI MALAH HAPUS UNTUK SAYA WOI, SALAH PENCET GARA GARA HAPE RIO PAKE BAHASA INGGRIS."

"LAHHH BEGOOOO. INI WAKA KESISWAAN YANG BALES, ANJINGGGG."

"WOI, NGAPA SIH PADA TERIAK TERIAK?" teriak Ghea emosi.

Bukan cuma Ghea, kami semua para cewek emosi ngedenger teriakan cowok cowok yang berasa lagi di hutan rimba aja anjir. Emang mereka werewolf apa pake sahut sahutan segala?

Gue ngebuka grup, ngeliat apa yang bikin mereka heboh.

"LO SEMUA NGAPAIN, BEGO?!!!"

Sekarang gue ngerti kenapa mereka pada teriak teriak. Sebelum kami menghujat para cowok itu, Bu Eri dan Pak Eko udah ada di depan kelas kami. Udah deh, kacau.

"Rio Kadafi, ikut saya ke ruang BK," ucap Pak Eko dingin. "Jangan lupa bawa barang yang kamu kirim di grup."

Rio memandang para cowok seolah minta bantuan, yang lain pun langsung bantu jelasin.

"Maaf, Pak, ada salah paham disini," ucap Rendi.

"Kamu ikutan juga, Ren? Kalo gitu kamu juga ikut ke ruang BK," titah Bu  Eri. "Jangan ada yang meninggalkan kelas sampai masalah ini beres."

Setelah Bu Eri dan Pak Eko serta Rio dan Rendi ninggalin kelas, kami semua pada minta penjelasan.

"Itu apa?" tanya Lisa. Nggak biasanya Lisa pake nada tinggi.

"Sumpah, itu tuh garem alus. Tadi Ruben sama Juno ngambil garem buat kita praktek tadi," jelas Gilang.

"Kita mana berani ngobat. Nggak ada duitnya, anjir," tambah Bimo.

"Coba suruh Bu Rahma kesini," usul Zaki.

"Kan Bu Rahma cuti, anjer. Amnesia lo?" sahut Dinda.

"Pak Anto deh, Pak Anto," kata Deva panik.

REALITEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang