8. Cemburu

588 64 5
                                    

Senin cerah ini, IPA4 lagi jalan jongkok berjamaah minus Rendi dan Helen garagara nggak ngerjain tugas Bahasa Indonesia. Mereka berdua aman dan selalu aman karena mereka manusia super rajin. Sementara Alam, yang dulu gabung bersama manusia rajin itu sekarang ikut jalan jongkok, gue yakin pasti dihasut iblis betina, Seraphine.

Yang lain sih nggak masalah karena Rendi dan Helen udah sering berkorban ikut di hukum padahal mereka udah ngerjain tugas, jadi kami nggak nuntut mereka untuk pura-pura nggak ngerjain tugas lagi. Bahasa kasarnya sih tau diri.

Lagian juga bukan mereka yang ngingetin Bu Ocha kalo ada tugas, Bu Ocha selalu inget tugas yang beliau kasih, sementara kami seringkali males ngerjainnya lalu nunda dan akhirnya lupa ngerjainnya, astaghfirullah.

Nah, yang jadi masalah disini, kami disuruh jalan jongkok sepanjang IPA1 sampe IPA4, dimana jadi tontonan murid-murid yang lain yang asik ketawa dan ngeledekin kami dari jendela kelas. Gue berusaha untuk tabah dan menebalkan muka. Apalagi ketika ada guru kelas 12 beserta muridnya yang jalan masuk ke IPA2, gue nunduk berusaha bersembunyi.

"Itu kelasnya Kak Revo yang masuk ke IPA2," bisik Sera sambil nunjuk ke gerombolan tadi. Gue ngangkat muka ngikutin pandangan Sera.

"Mereka ngapain di kelas 11?" tanya gue, ngos-ngosan.

"Kelas mereka AC nya lagi dibersihin, jadi pindah ke kelas yang lagi kosong. IPA2 kan jadwalnya lab Bahasa Inggris, jadi mereka disitu," jawab Sera. Gue mau bales lagi, tapi nggak jadi karena takut Bu Ocha tambah murka.

Para kakak kelas, terutama yang cowok ketawa dan ngomporin Bu Ocha. Gue mengumpat dalam hati ngeliat kelakuan para kakak yang budiman ini.

"Damn, ada masa depan gue dan gue lagi melakukan hal yang nggak etis begini," gerutu Zaki sambil mundur-mundur sampe akhirnya disamping gue, gue langsung ngangkat muka dan ngeliat Kak Nayra lagi mampus mampusin Sena dari jendela sambil foto atau videoin Sena. However, kakak tetaplah kakak.

"Loh, Kak Revo sekelas sama Kak Nayra?" tanya gue ke Sera.

"Iya, tapi kayaknya sih nggak deket banget," jawab Sera.

"Iyalah, kan ada anjing penjaganya," sahut Zaki.

"Gaya lo, Zak, giliran diaduin kicep," cibir Sera.

Setelah selesai tiga kali bolak-balik jalan jongok, Bu Ocha bermurah hati untuk kasih istirahat buat kami lima belas menit ngelurusin kaki abis itu ngerjain tugas yang beliau kasih.

"Geter kaki gue," keluh Deva, gue ketawa dengan aneh karena ngos-ngosan.

Sera si pengkhianat berdiri pas Alam bantuin dia buat bangun. Gue baru mau misuh-misuh, tapi James juga bantuin gue bangun dan jalan sampe ke tempat duduk gue. Bikin gue yakin pasti ada udang dibalik batu.

"James, kaki gue sakit," keluh gue. James ngambilin minum kemudian jongkok didepan gue.

"Hah, lo mau ngapain?" tanya gue panik. Dia mendelik ke gue, terus ngeluarin koyo dari tasnya.

"Gue udah tau kita bakalan di hukum, gue bawa ini untuk siap siap," jawabnya sambil masangin koyo.

"Emang lo tau bagian mana yang sakit?"

"Nggak. Gue kira-kira aja," jawabnya asal. Gue mendengus, terus ketawa.

Karena kelakuannya yang kayak gini, gue beberapa kali salah paham sama James. Tapi, akhirnya gue jadi biasa aja. James kayak gini karena kita udah kenal dari kecil. Lagian mana mungkin dia suka gue sementara dia pacaran sama Kak Tari yang lebih cantik.

REALITEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang