18. Rayu Zaki

377 54 4
                                    

IPA4 baru selesai menghadapi badai amarah Bu Rahma. Walaupun begitu, kami semua tetap santai karna udah khatam untuk masalah beginian. Sejak kelas X, menghadapi kemurkaan para guru adalah rutinitas kami.

Zaki juga udah masuk sekolah. Pas kami dimarahin tadi, Zaki memandang kami dengan pandangan menghakimi. Matanya seolah berkata 'mampus, mampus lo semua, anjir' dari tempat duduknya. Dia beneran masih ngambek sama kami, yang cabut tapi nggak ngejenguk dia. Terutama James.

Penyebab lain mood Zaki jadi jelek adalah karna ternyata kabar Kak Nayra putus adalah hoax. Zaki patah hati berat. Sedangkan Sera kebalikannya.

"Ganteng banget sohib gue, padahal udah siang," James kembali ngerayu Zaki yang masih ngambek kayak anak gadis.

"Eh iya. Mukanya udah nggak kaya kemaren," Gilang ikutan ngerayu.

"Padahal lucu banget, Zak. Muka lo kayak kena sengat tawon tiga kerajaan jadi nggak berbentuk gitu."

Adit, manusia paling santai nimpalin sambil ketawa. Gue sama Sera jadinya ikutan ketawa juga, tapi langsung berhenti karna Zaki melotot ke kami.

"Alah, Zak, bohong tuh mereka. Bujuk rayu doang. Mereka kan crocodile," kompor Bimo, lupa diri kalo dia satu spesies.

"Ya ampun, sahabat gue yang ganteng kok diem aja sih?" Joyi muncul sambil bawa bawa pisang goreng. "Nih, gue sengaja beli ini buat ngejenguk elo."

Juno sama Bimo cuma ketawa ketawa aja sambil ngomporin.

"Jangan percaya, Zak. Masa ngejenguk orang sakit bawanya pisang goreng?" kompor Juno.

"Nih, Zak, liat, gue bawain laporan nilai ulangan kelasnya Kak Nayra, tadi Pak Tyo minta tolong gue buat bantu rekap," Putra ikutan datengin ke Zaki.

Zaki melunak ke Putra, emang bucin satu itu sogokannya cuma Kak Nayra. Sayang aja terhalang restu dan kenyataan.

"Udahan dong, Zak, ngambeknya. Masa lama banget sih?" keluh Sera.

Gue mengangguk. "Iya nih, lo tuh harus berlapang dada, Zak. Tunjukin ke Sena kalo lo itu cowok gentle dan pantes buat kakaknya."

"Ah, lo nggak usah memperdaya gue, Nav," balas Zaki.

"Loh? Gue tuh serius loh."

"Bayangin, Zak, kalo Sena liat lo ternyata pemaaf, terus dia luluh dan akhirnya mendukung lo buat jadi kakak iparnya. Siapa yang seneng? Kita juga, Zak," hasut James. Dia emang berguna kalo soal ginian.

"Parah, James, lo bener banget," Gilang menyahuti dengan sok serius. "Kebahagiaan lo tuh prioritas kami, Zak."

Zaki tuh gayanya aja yang sok keren dan badboy, aslinya mah polos banget. Kalo bahasa kasarnya sih bego dan mudah ditipu. Sekarang dia cuma ngangguk ngangguk.

"Gue sebenernya udah nggak marah sih. Cuma bete aja dikit," ujar Zaki. Tuh kan, orang ini emang mudah ditipu. Thanks to Sena karna pergi ke kantin, kalo ada Sena disini pasti bujuk rayu ini bakalan kacau.

"Gue tau kok. Sahabat gue kan emang sebaik itu," James menepuk bahu Zaki yang sekarang udah senyum. Duh, gue yakin banget kalo ada penipu yang tau Zaki orang kaya, Zaki pasti langsung jadi target.

Setelah baikan sama Zaki, gue dan Sera langsung kumpul sama Deva, Ghea, Lisa dan Joyi.

"Lo apa kabar sama gebetan rahasia lo?" tanya gue langsung ke Deva.

"Lo gimana sama Kak Revo?" tanya Deva balik.

"Lo dulu aja, Dev, gimana sama temennya James?" sela Sera.

"Bener tuh. Kita salut banget ya sama lo. Sampe sekarang masih nggak mau ngasih tau," sahut Lisa.

"Gue mah gampang urusan nanti. Kita bahas jodi kita dulu," Deva berhasil membalik posisi jadi gue yang diwawancara. Anjir.

"Ya gitu deh. Sebenernya gue masih chattingan sama Kak Revo, tapi diem diem aja ya, jangan sampe ketauan upin ipin," jawab gue dengan jujur.

Mereka mengangguk setuju.

"Terus gimana? Lo ada rencana mau jalan sama dia?" tanya Ghea.

"Nggak tau," jawab gue ragu. "Dia ngajakin sih, tapi gue belum jawab."

"Tinggal jawab aja, tuyul. Nanti biar kita bisa double date," tukas Sera. "Masa lo mau terus terusan gabung sama Ghea Joyi sebagai sadgirl."

"Anjir, gue sumpahin putus ya lo, Ser," maki Joyi.

"Orang kalo lagi diatas emang banyak tingkahnya," timpal Ghea.

"Gue santai aja sih. Gue juga nggak tau gue suka atau enggak sama kak Revo," ucap gue.

"Njirr, ketara banget jomblonya," cibir Sera.

"Lo seneng nggak kalo dia ngechat?" tanya Deva.

"Biasa aja sih."

"Kalo dia nyamperin lo, lo deg degan nggak?"

Gue berpikir sebentar sebelum mengangguk.

"Lo pernah bayangin jadi pacar dia nggak?"

Gue menggeleng.

"Itu sih artinya lo nggak ada rasa sama dia," simpul Deva. Yang lain mengangguk setuju.

"Tapi nggak papa, Nav, lo lanjut aja. Cinta tuh bisa tumbuh seiring berjalannya waktu," ucap Lisa.

"Gaya banget lo, Lis. Rendi sama Gilang apa kabar," cibir Joyi. Lisa langsung misuh karna ditampar kenyataan.

"Inget ya, kita harus rahasiain ini dari cowok cowok. Kalo enggak nanti upin ipin bisa tau," tegas gue.

Serius ya, gue rasa bahkan Putra pun mata-matanya mereka kalo udah soal ginian. Nggak pernah aman perkara. Sultan aja ternyata berkhianat ngomong ke James kalo Kak Revo ngasih gue susu.

"Beres. Nah, sekarang kita ganti topik aja sebelum ketauan upin ipin," kata gue.

"Ghe, lo ada hubungan apa sama Sena dan Adit?" tanya Sera.

Ghea melotot, "Kagak ada apa apa, anying."

"Lo nggak usah bohong, Ghe. Mending jawab sekarang apa Putra yang bertindak?" ancam Lisa. Sementara Ghea tambah melotot.

"Nggak ada apa-apa. Kalo Sena gue cuma minta fotoin, kalo Adit mah kalian tau sendiri dia emang gitu," jawab Ghea. Kami masih mandang Ghea dengan ragu.

"Sumpah, anjir. Kalo emang gue beneran ada apa apa sama mereka, lo semua boleh deh nyuruh gue apa aja," tegas Ghea lagi.

"Yaudah, beneran ya kita boleh nyuruh lo apa aja?" tanya Joyi. Ghea mengangguk.

"Deal?"

Ghea menjabat tangan kami dengan mantap.

"Deal!"

🍃🍃🍃

REALITEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang