20. Ulang Tahun Lisa

368 53 12
                                    

Setelah minggu kemarin seru-seruan di anniversary Citra Bangsa, minggu ini kami kembali menghadiri party yang nggak kalah besar, ulang tahun Lisa, si Crazy Rich IPA4 yang dirayakan di ballroom salah satu hotel bintang lima.

Lisa emang beneran niat merayakan ulang tahunnya. Dekorasinya super mewah, kami sampe bingung ini acara ulang tahun atau nikahan.

"Gila, ini ultahnya Lisa mirip sama wedding plan gue," Jinny berdecak kagum. Jadi bukan gue sendiri yang terpana disini.

"Lo kalo mau bisa sih, Jin, nikahan kayak gini. Nikah aja sama Zaki atau sama kembar Alva," celetuk Sera.

"Kalo disuruh milih antara tiga itu ya gue milih Juno," jawab Jinny. "Ups, aku realistis aja, Sya, milih Juno."

Tasya melotot, tapi nggak membalas perkataan Jinny karna yang dibilang Jinny emang benar. Diantara tiga manusia itu, Juno adalah manusia paling normal.

"Len, lo bakalan bikin pesta kayak gini juga nggak?" tanya gue. Helen menggeleng.

"Gue mau investasi aja. Investasi saham sekarang lebih menjanjikan."

Helen tetaplah Helen yang bijak dalam mengatur keuangan.

"Lisa ngapain sih? Lama banget," keluh Tasya.

"Bentar lagi nyusul," jawab Deva. Dia muncul bareng Ghea dan Joyi, trio preman IPA4. Dan setelah itu, Lisa masuk ke ballroom, super cantik kayak putri putri di dongeng. Kami nggak kaget karna sebelum ke ballroom kami udah lebih dulu nemuin Lisa.

Pesta ulang tahun Lisa segera dimulai. Semuanya berjalan lancar, terutama waktu potong kue. Gilang kembali tersakiti karena Lisa nyuapin kue ke Rendi sebagai orang spesialnya Lisa yang mengakibatkan malam ini berganti jadi IPA4 bully Gilang.

"Tolong kalian jauhin Gilang dari segala obat nyamuk dan karbol," ucap Adit dengan serius.

"Lang, gue tau ini berat. Kita omongin baik-baik dulu ya, Lang?" pinta James.

Sena menepuk bahu Gilang. "Bener, Lang, bunuh diri nggak nyelesain apapun."

"Gue nggak mau bundir, setan," desis Gilang, takut kedengeran keluarga Lisa.

"Lo liat, Lang, si Zaki. Dia juga senasib sama lo, tapi Zaki tetep kuat loh," tambah Adit lagi. Zaki mengumpat kasar.

Setelah acara potong kue, acara resmi berakhir. Sekarang waktunya makan dan acara non-formal.

Orang-orang yang semula duduk dengan anggun mendadak jadi kayak baru pulang dari gurun sahara. Anjir, seketika suasana ballroom jadi ajang bertahan hidup.

Sera kembali mengkhianati gue. Dia langsung menghilang, jadi cuma gue dan Citra yang masih duduk tenang.

"Cit, mau ambil makanan nggak?" tanya gue.

"Nyantai aja lah. Nggak mungkin juga abis," jawab Citra optimis. Citra ini pasti nggak berpengalaman kondangan. Dia nggak tau aja betapa sakitnya kehabisan sate ayam disaat orang lain kebagian.

Gue bangun dan mengandalkan pengalaman gue sebagai pakar kondangan. Di saat kayak gini tuh gue harus memperkuat pertahanan badan gue biar bisa menghadapi orang yang suka dorong dorong.

"Sini, tuyul, nanti lo keinjek gimana?" James narik gue ditengah keramaian ke meja yang tadi dia tempati.

Tentang James, dia masih kayak biasa. Jadi kemarin maksudnya 'kita nggak kayak sepatu' tuh dia nggak takut kalo gue kedinginan atau kelelahan, sialan kan?

"Nih, gue berhasil dapetin ini," James menunjukkan sepiring sate ayam, dua mangkuk puding, satu mangkuk salad, batagor dan dua bubble tea.

"Gila, lo punya orang dalem?" tanya gue takjub.

"Apa sih yang gue nggak bisa?" balasnya dengan sok. Gue langsung menyesal karna sempat terpukau.

"Duh, maaf banget nih ngeganggu, gue numpang duduk sini ya?" ijin Ben.

"Ah, Ben, lo ganggu aja," Putra langsung menarik Ben.

"Apaan sih? Duduk aja, njir," ucap gue. Mereka melirik ke James.

"Duduk aja."

"Nggak jadi deh," Putra dan Ben langsung pindah ke meja depan kami.

"Kok lo ngambil saladnya cuma satu?" tanya gue.

"Rame tadi," jawab James. "Jadi gue ambil buat gue doang."

Tuh kan. Emang yang bener tuh berharap sama Allah aja. Sama manusia, terutama James itu sesat.

"Kita makannya barengan aja, biasanya juga gitu kan," ucap James santai, lalu ngambil satu tusuk sate. Gue juga ikutan makan.

"Gila, untung gue masih hidup," Sera kembali sambil membawa satu piring sate ayam dan bubble tea. Dia duduk disamping gue.

"Itu tuh akibat ninggalin gue," tukas gue dengan dendam.

Sera nyengir. "Sisanya gue minta Alam yang ngambilin."

"Lo sih enak punya bucin," kata gue dengan iri.

"Lah? Itu James emang bukan bucin lo?" tanya Sera.

"Dia yang bucin gue," jawab James.

"Najis."

Ghea pun gabung di meja kami bareng Sena, bikin gue dan Sera menyipitkan mata curiga.

"Apa anjir?" Ghea langsung melotot ke kami.

"Lo pilih Sena apa Adit, Ghe?"

"Nggak jelas lo pada," tukas Ghea. James berdiri dan gabung sama Sena di meja lain. Sementara Deva dan Joyi gabung di meja kami.

"Gimana? Lo udah janjian sama Kak Revo?" tanya Joyi.

"Nanti deh, gue bingung ngomongnya," jawab gue.

Ghea menoleh. "Bingung apa lagi sih, Nav? Emang lo perlu gue ajarin kiat-kiat jalan sama gebetan?"

"Gaya banget lo, jomblo," cibir Sera.

"Mana hp lo? Sini, biar gue aja yang balesin chatnya Kak Revo," pinta Ghea.

"Jangan aneh aneh ya tapi?"

"Iya."

Gue nyerahin hp gue ke Ghea yang duduk disebelah Sera dengan hati-hati. Selama Sera sama Joyi nggak campur tangan, kayaknya sih bakal aman aman aja.

"Nih, beres. Besok jam tiga sore dia jemput lo," kata Ghea.

"Mantap, Ghe. Kok lo bisa sekeren ini tapi malah jomblo sih?" tanya gue.

"Inget, Nav, pelatih tuh nggak bermain," jawab Ghea angkuh. Kami langsung ketawa.

"Lo bisa bener kalo suruh ngeles."

Ghea mengabaikan cibiran kami. "Pokoknya besok harus berhasil ya?"

"Beres. Gue bakalan cabut diem diem biar nggak ketauan upin ipin," jawab gue dengan yakin.

"Alah, paling juga nanti ketauan," celetuk Sera.

"Ah, Ser, lo jangan ngomong gitu dong," keluh gue.

"Gue pasang chatime deh kalo dia ketauan James," Sera, manusia yang akhlaknya minus mulai mempertaruhkan kehidupan pribadi gue dengan chatime.

"Deal, gue yakin dia nggak bakal ketauan," Joyi menyambut tangan Sera.

"Lo berdua emang bangsat ya. Coba, Dev, Ghe, lo liat dua orang ini," adu gue.

"Gue juga yakin ketauan," sahut Deva, mengabaikan gue.

"Oke, gue dukung Joyi," timpal Ghea.

Temen temen bangsaaaaat!

🍃🍃🍃

REALITEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang