56. Holiyay

463 42 7
                                    

Tuan muda Zaki, sahabat sejati gue yang paling ganteng di alam semesta ini dengan murah hati mengajak kami untuk liburan di villanya sebagai penghiburan karna kontes kabaret dibatalkan. Villanya tampak bukan sembarang villa karna Zaki bener bener ngajak sekelas alias buset sebesar apa sih villanya? Crazy rich IPA 4 memang nggak ada lawan.

Jangan lupa kemurahan hati yang mulia Alisa Ruby, sahabat sehidup semati gue itu tampaknya nggak mau cuma Zaki yang beramal, jadi dia mengakomodasikan kami transportasi sebuah bus executive untuk perjalanan ke villa milik Zaki. Nggak ketinggalan juga pangeran kembar Alva serta ndoro Helena yang menanggung biaya konsumsi kami, gila kan? Ya namanya crazy rich emang pada gila gilaan semua kalo ngeluarin uang.

Awalnya gue nggak yakin bisa ikut, tapi James dan Juno bernegoisasi dengan amat sangat baik ke bunda untuk kasih gue izin. Syarat bunda paling utama adalah selalu deket sama mereka biar tetep aman. Gue setuju setuju aja, yang penting dapet izin dulu deh.

Titik kumpul tentunya ada di rumah Lisa. Gue bertiga James sama Juno naik taxi online kesini biar lebih praktis.

"Buset mau pindahan lo?" tanya gue memandang aneh Joyi yang membawa 2 koper dan satu tas besar.

"Villanya ternyata deket rumah nenek gue," jawab Joyi.

"Oh sekalian mudik," sahut James.

"Lo juga bawa tas banyak banget," kata Joyi.

"Punya si bajingan ini," jawab gue sambil merengut melirik James.

"Si ganteng," ralat James lalu mulai bergabung sama cowok cowok yang lagi masukin koper ke dalam bagasi.

Gue dan yang lain naik ke dalam bus satu per satu. Lisa duduk disebelah Rendi, memang yang mulia satu itu gerakan bawah tanahnya lihai banget. Gilang yang ngenes duduk sebelahan sama Irsyad.

Yang paling nggak disangka sangka, Seraphine ternyata gak duduk sama Alam. Sahabat gue satu itu duduk anteng di depan kursi yang di duduki Adit dan James lalu melambaikan tangan ke gue. Gue langsung duduk disebelah Sera.

"Ini udah pada lengkap kan?" tanya Putra dari depan.

"Udah, ceu," sahut kami. Putra memberi isyarat jempol lalu duduk bareng Helen dibarisan depan. Di seberang kursi kami ada Juno dan Zaki yang udah sibuk main gitar walaupun bus baru bergerak.

Mapay jalan satapak
Ngajugjug ka hiji lembur
Henteu karasa capena
Sabab aya nu diteang

Hujan angin dor dar gelap
Hunteu aya keur ngiuhan
Sanajan awak rancucut
Teu paduli kajeun teuing

Nu penting mah asal nepi
Ka tempat anu di tuju
Rek ngalongok mawar bodas
Nu moal lila ka ala

Lagu Sunda yang entah apa judulnya mengalun, membuat hampir seluruh penumpang bus mengeluh.

"Buset dah, Dit, ini baru jalan loh," protes Ben.

"Tau nih, baru juga megang gitar," sahut Juno.

"Yaelah, ini lagu favorit mamah gue. Gue homesick," bela Adit.

"Apaan sih, baru juga kita jalan nggak ada 10 menit," sewot Ghea.

"Dih edan. Ganti ganti," timpal Dinda.

Dengan setengah hati, akhirnya Adit mengikhlaskan untuk mematikan sambungan spotifynya. Kelar masalah lagu Adit, kali ini lagu Buaya Buntung versi remix mengalun menggantikan lagu Sunda tadi.

"YANG BENER AJA DONG INI BARU JALAN JIR," maki Ghea lagi.

"Woi lah, sekali lagi lagu yang disetel nggak bener gue ratain ini bus," ancam Sena emosi.

REALITEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang