40. Jenguk Bu Rahma

330 56 14
                                    

Bu Rahma udah lahiran minggu kemarin. Gue dan anak-anak IPA4 sepakat untuk jenguk Bu Rahma di rumahnya. Alasan kami jenguk di rumahnya jelas karena terlalu rame kalo ke rumah sakit. Nanti disangka mau demo pula.

"Siapin yel yel," perintah Adit. Gue bergeser deket Rendi. Gue nggak mau diliat aneh sama keluarganya Bu Rahma.

"Lagu bedah rumah aja nggak sih?" tanya Zaki.

"Jangan, itu kan udah kita pake buat Navira. Masa dikasih lagu second?" tolak Putra.

"Lagu supporter bola aja," usul Irsyad. "Kan nyambung tuh, IPA4 datang bawa pasukan."

Irsyad sebenernya waras, cuma salah gaul aja.

"Terlalu bar-bar, Syad. Nanti bayinya nangis kita malah diusir," komentar Gilang.

"Bener juga lo, bro."

"Eh, tapi nggak papa deh. Gue juga keabisan ide," Gilang tiba-tiba labil.

"Yaudah, gas ya."

Ghea yang ada diantara mereka akhirnya kesulut emosinya.

"Nape pada mikirin yel yel sih?" tanya Ghea.

"Mau mikirin lo udah keseringan, Ghe," celetuk Adit.

James dan sekutunya ikutan heboh.

"Waduhhh."

"Kacau nih kacau."

"Baku hantam lah gas. Besok besok aja ngunjungin Bu Rahma nya."

"Diem anjir," kata Joyi sebelum buka pager.

"1, 2, 3. Kalau saya bilang nyanyi, nyanyi ya?" perintah Adit. "Nyanyi, nyanyi, nyanyi."

"Selamat datang buat dek bayi, selamat datang buat dek bayi, IPA4 datang bawa pasukan."

Anjir, gue boleh ngungsi ke kelas sebelah aja nggak sih? Capek gue. Mana mereka baru selesai nyanyi pas suaminya Bu Rahma bukain pintu. Benar-benar memalukan. Aku benar-benar malu.

"Halo om," sapa mereka.

"Halo," balas suaminya Bu Rahma.

Suaminya Bu Rahma yang keliatan berwibawa tampak tenang menghadapi orang gila didepannya. Dih, kalo gue sih nggak bakal gue bukain itu pintu. Gue lapor polisi sekalian.

"Bu Rahma nya ada, om?" tanya Sultan.

"Ada. Silakan masuk."

Kami masuk ke rumah Bu Rahma kayak masuk kelas. Sumpah ini sekelas pada dateng gini nggak mungkin bisa tidur tenang itu debay.

Bu Rahma yang tampak udah sehat menghampiri kami dengan senyum mengembang.

"Hadeh, udah lama banget saya nggak ketemu kalian."

Lisa dan Joyi langsung lari meluk Bu Rahma.

"Ah, kita kangen banget sama Ibu."

"Sama nih. Hari hari ibu lancar banget jadi kayak ada yang kurang," balas Bu Rahma sumringah.

"Ibu gimana keadaannya sekarang?" tanya Rendi.

"Alhamdulillah, Ren, udah sehat."

"Kalo gitu bisa ngajar kita lagi dong, Bu," kata Adit.

"Aduh, sakit banget badan saya. Kalo pagi sampe sore tuh capek banget," Bu Rahma yang tadi tampak cerah mendadak kusut.

Sera yang duduk disamping gue udah asik makan makanan yang disediain di toples.

"Pasti mager tuh Bu Rahma sama kita," bisik Sera.

Sementara Adel yang duduk disebelah kiri gue ternyata denger bisikan Sera, jadinya dia ikut nyaut.

REALITEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang