CHAPTER 1

296 59 37
                                    





Senyuman menggembang tak berapa lama kegelapan muncul. Menyeretku entah ke mana dan mendesakku masuk ke mobil. Berusaha memberontak, tapi tak bisa sebab ada tangan yang memaksaku untuk diam. Tampang itu, tampang sangar itu sungguh membuatku ingin menjerit tapi sekali lagi tak ada daya untuk perbuat, sebab mulut sudah dibungkam dengan lakban. Kegelapan dan hawa yang pengap membuat tak nyaman. Pukulan demi pukulan dirasakan menyakitkan di bagian tubuh. Mereka murka. Entah murka karena apa, yang ia tahu, mereka murka karena seseorang yang tiga puluh menit yang lalu mereka telpon.

Haechan terbangun dengan peluh membasahi wajah chabby-nya, napasnya pendek-pendek serta tak beraturan, belum lagi jantungnya berdetak di atas normal seolah-olah ia sedang lari marathon. Jari-jari dari kedua tangannya memijat-mijat pelipisnya. Yah, Haechan hanya bisa pasrah kala mimpi yang membuatnya trauma itu mendatanginya. Nyeri dan bertambah nyeri yang Haechan rasakan di kepalanya. Ia menunduk menahan rasa nyeri itu yang semakin tajam menusuk.

                   ### JANGAN LUPA BINTANGNYA DAN COMMEN-NYA GUYS ###


"HAAAAAAAAAA."

Taeyong mendengar teriakan itu segera bergegas menuju kamar adiknya. Dan benar, rasa nyeri di kepalanya sedang melandanya.

"Hay Haechan, bertahanlah!" Tayong menggoyang-goyangkan bahu adiknya dengan kedua tangannya. Ia sangat takut Haechan pingsan seperti yang sudah-sudah.

Taeyong segera mengambil botol obat dan segera mengambil satu kapsul itu.

"Ini-ini, buka mulutmu." Taeyong memasukkan kapsul itu ke mulut Haechan. Lalu ia segera mengambil segelas air yang ada di atas nakas yang ada di samping tempat tidur Haechan dan membantu Haechan untuk meminum air itu.

Taeyong tidak tahu harus bagaimana lagi menyembuhkan penyakit adiknya itu. Sudah hampir lima tahun adik kesayangannya selalu tersiksa karena traumanya. Taeyong tak tahu harus menyalahkan siapa. Meskipun penculikkan Haechan itu karena ayahnya dan Taeyong tahu ayahnya telah membuat kesalahan fatal, tapi ia tak bisa berbuat apapun, semua sudah telanjur.

"Sudah kau tidur saja dulu." Dengan lembut Taeyong mendorong lembut tubuh Haechan agar berbaring.

Taeyong melihat mata Haechan perlahan-lahan terpejam. Tangan Taeyong mengusap lembut rambut adiknya itu.

"Untuk saat ini hanya obat penenang inilah yang bisa membantu." Taeyong menatap botol obat penenang milik Haechan.

Taeyong kembali menatap Haechan yang kini telah terlelap. Ia hanya berharap satu hal sederhana, yaitu semoga Haechan diberikan mimpi indah.

Tak lama setelah Taeyong berharap, ia melihat dahi Haechan berkerut-kerut.

"Sstt, sstt, sstt." Taeyong segera mengusap-usap kepala Haechan, berharap mimpi buruk itu segera pergi.

Taeyong tersenyum saat melihat Haechan kembali tenang.

"Haechan untuk sementara jangan diketemukan dengan orang baru karena kejadian itu membuat dia takut dengan orang yang tak dia kenal. Jangan ada pemaksaan karena jika itu terjadi dia bisa pingsan dan mungkin akan terjadi fatal."

Senyuman itu perlahan-lahan tergantikan oleh wajah murung saat Taeyong teringat akan perkataan dokter psikiater yang menangani Haechan.

"Lalu bagaimana dengan Ha Ra. Tak mungkin Haechan bisa menerima Ha Ra karena traumatiknya itu," gumam Taeyong. 




KUHARAP CERITA INI DISUKAI KALIAN SEPERTI KALIAN MENYUKAI CAST-NYA YAH GUYS

OKE LANJUT~~~ KE CHAPTER SELANJUTNYA

UNTUK UP PERDANA, AKU MAU KASIH TIGA CHAPTER SEKALIGUS YAH :] 

SELAMAT MEMBACAAAAA 

LEE HAECHAN  (If she turns your nightmare into a sweet dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang