JANGAN LUPA KLIK BINTANGNYA/VOTE DULU GUYS
HAPPY READING GUYS....... ;]
Lima hari Ha Ra merasa ganjal dengan tunangannya itu. Pasalnya selama lima hari sejak pesta ulang tahun Om Lee itu Ha Ra tidak melihat Taeyong pulang. Pernah pada tiga hari yang lalu Ha Ra nekat menunggu Taeyong pulang di ruang tamu sampai-sampai Ha Ra ketiduran di sofa dan saat terbangun, Ha Ra segera mengecek di kamar Taeyong. Hasilnya? Kamar itu tetap kosong.
Ha Ra duduk di tepi tempat tidurnya sambil menunggu nyawanya benar-benar terkumpul. Kedua matanya menatap layar ponsel yang sudah menghitam itu dengan putus asa. Lagi-lagi Ha Ra tidak mendapatkan apa yang ia harapkan. Notifikasi pesan dari segala sosmed yang Ha Ra punya tidak memunculkan nama Lee Taeyong di sana.
"Kau di mana, sedang apa dan kenapa tidak mengirimkan pesan sekalipun kepadaku, Taeyong," gumam Ha Ra.
Ha Ra meletakkan ponselnya itu di atas tempat tidur samping tubuhnya lalu ia merebahkan badannya. Terlentang dan menatap ke atap kamar. Ha Ra frustrasi, sebab selama ia menjalin kasih dengan Taeyong, Taeyong tidak pernah hilang tanpa kabar seperti ini.
"TOK, TOK, TOK."
Suara ketukan pintu membuat Ha Ra menatap ke arah pintu dengan ogah-ogahan. Ia sengaja diam.
"Siapa?" Tanya Ha Ra masih tetap berbaring. Namun tidak ada jawaban.
Dengan malas, Ha Ra terpaksa untuk beranjak turun dari tempat tidurnya. Ha Ra membuka pintu kamarnya dan ia tidak melihat ada orang di sana. Ha Ra menengok kiri dan kanan, kosong.
"Tadi Bibi Jung mengetuk pintu kamarku kah?" Tanya Ha Ra kepada Bibi Jung yang kebetulan lewat di sana.
"Tidak Non. Bibi baru saja pulang dari pasar. Ini bibi belanja untuk sarapan dan makan siang nanti." Bibi Jung tersenyum.
"Oh begitu yah, Bi. Ya sudah terima kasih." Ha Ra tersenyum.
"Ya sudah, Bibi ke dapur dulu yah, Non. Pemisi." Bibi Jung segera membungkukan setengah badannya lalu melangkah pergi.
"Lalu siapa kalau bukan Bibi Jung?"
"Atau jangan-jangan Taeyong sudah pulang dan mengetuk pintu kamarku tadi?" Tebitlah secercah harapan di hati Ha Ra.
Ha Ra segera menutup pintu kamarnya dan bergegas melangkah menuju kamar Taeyong. Sebelum Ha Ra membuka kamar Taeyong, sejenak ia menatap kamar Haechan yang masih tertutup rapat. Ha Ra pun membuka pintu kamar milik tunangannya itu. Secercah harapan yang tadi terbit di hati Ha Ra, kini tenggelam dan meninggalkan kegelapan di sana saat ia melihat kamar itu kosong.
Ha Ra menghela napas dan menatap sedih figura foto yang ada di atas meja kerja Taeyong. Ia merindukan Taeyong. Ha Ra melangkah keluar dari kamar yang tak berpenghuni itu lalu menutup pintunya.
"Kau sedang apa ke kamar kakak?"
Ha Ra sungguh terkejut sampai-sampai ia harus menutup mata sejenak untuk menoleh dan menatap Haechan.
"Ehm....aku tadi sedang menata buku-bukunya dan merapihkan beberapa barang yang ada di sana." Ha Ra tentu saja mengatakan 'maaf' berulang kali di dalam hatinya.
"Benarkah?"
Ha Ra mengangguk. Haechan tersenyum.
"Kalau begitu, aku permisi dulu karena ehm....aku belum mandi." Ha Ra meringis lalu menunduk dan segera melangkah meninggalkan Haechan.
Ha Ra menghela napas. Ha Ra sungguh tak percaya kalau misalnya ia tidak segera memberikan jawaban yang mauk akal, mungkin misinya akan terbongkar dan menyakiti Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN (If she turns your nightmare into a sweet dream)
FanfictionTidak ada kebahagian di kehidupan Haechan. Semasa kanak-kanak yang seharusnya menjadi anak yang ceria dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya itu tidak didapatkan oleh seorang Haechan. Bukan karena ia yatim piatu. Haechan memiliki keluarga le...