SEPERTI YANG SUDAH AKU BILANG JAUH-JAUH HARI 10 NOVEMBER 10 NOVEMBER 10 NOVEMBER
YANG TELAH LAMA MENANTI, KINI TELAH HADIR UNTUK KALIAN
KU HARAP KALIAN MENYUKAINYA DAN JANGAN LUPA VOTEMENT-NYA GUYS
HAPPY READING GUYS......
!!! SIAPKAN TISSUE !!! INI MENGANDUNG BANYAK BAWANG !
Ha Ra merapatkan jaket tebalnya sebelum ia membuka pintu mobil. Udara dingin menyerbu masuk ke dalam mobil ketika Ha Ra membuka pintunya. Ia beranjak turun dari mobil dan segera melangkah lebar menuju ke rumah abu. Ini tepat lima tahun Haechan pergi untuk selama-lamanya. Ha Ra meletakkan bouget bunga itu ke lantai depan susunan rak penyimpan guci abu Haechan.
"Halo Haechan." Ha Ra membungkukkan setengah badannya.
"Sudah lama aku tidak mengunjungimu, Haechan. Maaf." Ha Ra tersenyum sendu.
"Banyak yang berubah sejak kau pergi, Haechan." Kesenduan Ha Ra semakin dalam.
Ha Ra terdiam, menunduk dan tanpa disadari air mata mengalir membasahi pipi. Walaupun di dalam ruangan, udara dingin berhembus masuk melalui pintu terbuka. Kedua tangan Ha Ra merapatkan jaketnya untuk membungkus tubuhnya yang mengurus. Bagaimana tidak kurus, rasa lapar tidak Ha Ra rasakan walaupun tubuhnya membutuhkan makanan. Bukan karena penyakit, tapi karena terlalu banyak pikiran yang menimpa keluarga suaminya, Taeyong. Tepatnya dua tahun, Haechan pergi selama-lamanya, polisi seperti hilir mudik masuk ke kantor ayah mertuanya dan Taeyong. Taeyong pun berkali-kali harus menjadi saksi. Walaupun Taeyong tidak mau bercerita dengan Ha Ra tentang kejadian yang sebenarnya, tapi Ha Ra mencium kecurigaan tentang tertangkapnya penculik Haechan. Mungkin dari sanalah penculik itu 'membuka kartu' tentang perbuatan yang tidak bermoral yang dilakukan oleh ayah mertuanya itu, penyuapan, penipuan dan memfinah serta mencemarkan nama baik salah satu karyawannya yang adalah ayah dari penculik Haechan itu. Dan yang lebih mengagetkan lagi adalah Pak Jeon yang menjadi dalang dari semua ini karena yang menjadi korban dari ayah Taeyong adalah adik dari Pak Jeon. Rekan kerja Taeyong dan ayah mertuanya itu diam-diam mengusut kasus adiknya serta menangkap penculik Haechan sekaligus kartu As kasus kasus penyuapan, penipuan yang dilakukan oleh Pak Lee kepada perusahaan adiknya.
Ha Ra hanya bisa menangis dalam diam dan pasrah ketika mendengar Taeyong adalah tersangka karena mencoba memberi keterangan palsu demi melindungi ayahnya. Namun, polisi terus mengusut kasus sembilan belas tahun yang lalu. Tak selang beberapa lama, tepatnya lima bulan dari Taeyong masuk penjara, ayah mertua Ha Ra menyusul untuk mendekam di penjara. Semua asset yang dimiliki oleh keluarga Lee disita sebagai ganti rugi yang ternyata mencapai milyaran itu.
Ha Ra terus saja mendengarkan ocehan kekesalan dari ibunya untuk meminta putrinya menceraikan Taeyong karena malu dengan kasus menantunya dan besannya. Ha Ra mengerti hati ibunya itu, tapi ia tetap bertahan dengan cintanya. Apalagi saat itu Ha Ra sedang mengandung. Waktu melahirkan pun Taeyong harus menemaninya dengan pengawalan kepolisian. Otomatis itu yang membuat perbincangan dari keluarga besar Ha Ra yang juga ada di rumah sakit
"Bukankah cinta itu tidak hanya dalam kebahagiaan, kan Haechan?" Ha Ra tersenyum menatap foto Haechan yang ada di dalam kotak penyimanan guci abu Haechan dan bersamaan dengan itu butiran air bening pun mengalir di pipirnya.
"Aku berusaha untuk tetap kuat seperti dirimu, Haechan. Terima kasih karena telah menjadi guruku, Haechan-a." Tangan Ha Ra menyentuh kaca lemari guci abu Haechan.
"Oh iya Haechan, aku ke sini ingin memperkenalkan seseorang kepadamu." Ha Ra tersenyum lalu menunduk menatap bayi yang genap berusia satu tahun yang ia gendong.
"Hai paman Haechan, kenalkan nama aku Lee Haechan." Ha Ra membuat suara seperti anak kecil sambil mengoyang-goyangkan tangan mungil yang sedang tertawa itu. Sepertnya ia tahu yang sedang diisyaratkan oleh bundanya.
"Iya Haechan, si kecil ini adalah keponakanmu. Aku dan Taeyong sepakat untuk memberi nama anak kami dengan namamu. Agar selalu mengingat dirimu dan aku ingin dia kelak menjadi pria yang kuat sepertimu, Haechan. Dan.....anak ini juga mengingatku betapa dirimu mencintaku, Haechan." Ha Ra tersenyum lalu mencium kening anaknya.
Ha Ra melangkah mendekat ke lemari persegi tempat penyimpanan guci abu Haechan kemudian membawa tangan mungil Haechan junior menyentuh pintu kaca transparan lemari penyimpan guci abu Haechan.
"Halo paman. Aku merindukan paman." Ha Ra menyuarakan anaknya. Lalu mencium pipi chubby Haechan junior.
"Kalau begitu, aku pamit pulang, Haechan." Ha Ra membungkukkan setengah badannya.
"Sampai bertemu dilain hari, Lee Haechan." Ha Ra tersenyum lalu melangkah keluar dari ruangan penyimpanan abu.
"Dadah paman." Ha Ra melambai-lambaikan tangan Haechan junior.
Saat langkah menuju ke mobil, tiba-tiba Ha Ra teringat dengan jelas ucapan Taeyong pada waktu ia mengujungi suaminya itu di penjara. Air mata Ha Ra menetes lagi.
"Tidak. Semua ini tidak ada yang salah. Ini semua adalah takdir."
AKU SARAS, SEBAGAI AUTHOR CERITA 'LEE HAECHAN [If she turns your nightmare into a sweet dream] MENGUCAPKAN BANYAK BANYAK TERIMA KASIH KEPADA READER READER YANG TELAH MENBACA, MENIKMATI DAN MENYUKAI KISAH INI. MAAF JIKA ADA TULISAN SALAH, BAHASANYA MASIH ACAK-ACAKAN DAN MUNGKIN ADA DARI KARAKTER YANG MEMBUAT KURANG BERKENAN DI HATI KALIAN. MOHON MAAF.
Dan yang NCTzen boleh dong merapatkan layar kalian ke kisah Johnny Seo dan Ahn Na YA-Sana Twice
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN (If she turns your nightmare into a sweet dream)
FanfictionTidak ada kebahagian di kehidupan Haechan. Semasa kanak-kanak yang seharusnya menjadi anak yang ceria dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya itu tidak didapatkan oleh seorang Haechan. Bukan karena ia yatim piatu. Haechan memiliki keluarga le...