LANJUT DONGSSSS
GERCEP DONGSSS
LETS GOOOO!!!
Haechan duduk di kursi sambil menatap Ha Ra yang sedang memasukkan adonan ke dalam dua loyang lalu setelah adonan di baskom itu habis, Ha Ra segera memasukkan dua loyang itu ke dalam pemanggang. Ha Ra mengatur tingkat kematangan. Masih dengan posisinya, Haechan kini melihat perempuan yang telah membuatnya nyaman itu kembali disibukan dengan sebatang keju dan hal itu membuat Haechan terlihat seperti lelaki tak berguna.
Haechan beranjak diri dan melangkah menuju meja dapur.
"Ada yang perlu aku bantu?"
"Kau bisa menghancurkan keju ini?" Ha Ra menoleh ke arah Haechan dan menyodorkan setengah batang keju kepada Haechan.
"Bisa." Haechan mengangguk dan mengambil setengah batang keju itu dari tangan Ha Ra.
"Nanti kau parut keju itu, alat parutnya di rak itu." Ha Ra menunjuk ke rak tempat penyimpan alat-alat masak.
"Kau parut hingga kejunya habis, lalu kau berikan setetes warna ini. Boleh kau pilih warna apa." Lanjut Ha Ra menjelaskan.
Haechan mengangguk.
"Terima kasih yah, Haechan." Ha Ra tersenyum.
Haechan tersenyum tipis. Ia berusaha menyembunyikan rasa bahagianya.
Haechan mengambil mangkok berukuran sedang dan dari bahan plastik dari rak penyimpan piring dan alat-alat masak yang lainnya. Dengan alat pemarut, Haechan menggecek-gesekkan keju itu ke permukaan yang tajam dari alat pemarut itu. Awalnya Haechan bisa begitu tenang dan bergerak cepat saat memarut keju itu, tapi lama kelamaan, Haechan harus berhati-hati karena keju itu makin kecil dan jari-jarinya akan mudah terkena gesekan dengan permukaan tajam pemarut itu.
"AAAWW!" Teriak Haechan dengan spontan melepaskan alat pemarut dan keju yang kini berukuran sebesar kelingking itu.
Jika tadi Haechan terkejut karena ujung telunjuknya terluka, kini ia terkejut lagi karena tindakan Ha Ra yang tiba-tiba merebut tangannya dari genggaman tangan kiri.
Setelah Ha Ra melihat luka di ujung telunjuk Haechan, perempuan yang entah berusia berapa itu kini menarik tangan Haechan ke wastafel. Kucuran air dari kran yang mengenai goresan itu pun membuat rasa perih seperti menjalar ke tubuh Haechan. Haechan meringis menahan rasa perih itu. Namun, rasa perih itu entah seketika itu hilang saat Haechan diam-diam menatap wajah Ha Ra.
Sambil berdiri, Ha Ra dengan telaten meneteskan obat luka dan membalut ujung telunjuk itu dengan plaster luka. Senyuman Haechan tersungging. Haechan masih memanfaatkan keadaan, di mana Ha Ra dengan serius memberikan pertolongan pertama kepadanya sehingga ia dapat dengan leluasa menatap wajah Ha Ra dalam jarak dekat dan tanpa ketahuan Ha Ra.
"Maaf yah, karena kau membantuku, kau terluka." Ha Ra menatap Haechan dengan tatapan bersalah.
Hati Haechan mencelos. Ia tak suka Ha Ra menyalahkan dirinya sendiri.
"Ini kemauanku, Ha Ra. Bukan kesalahanmu. Aku yang mau. Dan maaf telah membuatmu cemas." Haechan menatap Ha Ra.
Ha Ra tersenyum.
"Tolong jangan tersenyum, Ha Ra, apalagi dengan jarak kita seperti ini." Ingin sekali Haechan menjerit. Namun tidak, biarlah hanya hatinya saja yang berucap.
"Yuk lanjut." Haechan segera menuju meja dapur.
Salting kah Haechan? Ku pikir iya.
"Yakin?" Tanya Ha Ra.
![](https://img.wattpad.com/cover/278535635-288-k52302.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN (If she turns your nightmare into a sweet dream)
FanfictionTidak ada kebahagian di kehidupan Haechan. Semasa kanak-kanak yang seharusnya menjadi anak yang ceria dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya itu tidak didapatkan oleh seorang Haechan. Bukan karena ia yatim piatu. Haechan memiliki keluarga le...