CHAPTER 5

111 47 24
                                    



Permainan lego-nya akhinya terselesaikan. Haechan mengukir senyuman saat ia melihat susunan lego itu telah berhasil ia susun sesuai dengan keinginannya dan tinggal diletakkan di tempat khusus. Rasa haus yang dari tadi menyerangnya, tapi ia tahan karena merasa 'nanggung' akan susunan legonya yang hampir selesai itu, kini pun semakin terasa. Bahkan tenggorokannya pun terasa kering dan menelan sedikit ludah saja terasa sakit. Haechan beranjak berdiri dan melangkah menuju nakas yang ada di samping tempat tidurnya untuk mengambil segelas air putih. Namun, ternyata gelas itu kosong dan Haechan lupa kalau ia sudah menghabiskannya sebelum ia berkutat dengan lego-nya.

Mau tak mau Haechan keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. Meskipun Bibi Jung ada di rumah dan selalu mencukupi kebutuhan Haechan, ia juga tak jarang bertingkah mandiri. Saat Haechan melewati taman, ia melihat Ha Ra yang duduk bersila di atas alas berwarna biru dan berbentuk bersegi panjang itu dan Ha Ra sedang menganggkat kedua tangannya dan digerakan ke arah berlawanan tangan kanan digerakkan ke arah kiri dan begitu pun sebaliknya.

Haechan tak menyadari kalau ia diam di sana cukup lama untuk melihat segala gerak-gerik perempuan yang bernama Ha Ra itu. Sampai-sampai Haechan tak menyadari kalau Ha Ra melihat keberadaan Haechan dan tak menyadari kalau Ha Ra melangkah mendekati Haechan.

Sekitar sepuluh langkah dari pintu taman, Haechan mulai menyadari. Ia ingin melangkah dan berpura-pura tidak melihat Ha Ra. Namun terlambat, Ha Ra menyentuh tangan Haechan dan menghentikan langkahnya.

"Temani aku yuk, kita yoga bersama," ajak Ha Ra sambil tersenyum.

"Aku tidak bisa yoga."

"Tenang, aku ajari. Kita belajar bersama, oke."

Haechan mengangguk sedikit.

"Tapi aku harus minum dulu."

"Oh oke, aku tunggu di sini yah." Lagi-lagi Ha Ra melukiskan senyuman manisnya di wajah cantiknya.

Dan lagi-lagi Haechan hanya mengangguk. Ia pun melanjutkan langkahnya, menuruni tangga untuk sampai ke dapur.

"Tuan Haechan kok ke sini. Kan bisa panggil Bibi saja kalau Tuan minta apa-apa?" Ujar Bibi Jung.

"Tidak usah kok, Bi. Haechan hanya mau minum saja kok." Haechan tersenyum tipis. Lalu ia mengambil gelas dan menuangkan tempat minum dari kaca ke dalam gelasnya. Haechan pun menandaskan isinya.

Setelah melancarkan tenggorokannya, Haechan melangkah keluar dari dapur. Ingin sekali Haechan mengabaikan ajakan Ha Ra dengan bersantai di ruang santai dengan menonton televisi atau bermain dengan balok. Namun, saat Haechan melangkah lima langkah menjauh dari pintu dapur

"Kau mau ke mana, Haechan?" Haechan mendadak menghentikan langkahnya saat mendengar perempuan yang mengajaknya berteman itu memanggilnya.

Dengan malas Haechan memutar tubuhnya ke arah tangga, dan benar bertengah tangga, Ha Ra berdiri menunggunya. Sejujurnya Haechan merasa enggan bila di dekat perempuan itu. Namun di sisi hatinya lain Haechan menyukai sikap lembutnya perempuan itu terlebih senyumannya.

Perlahan-lahan Haechan melangkah menaiki tangga. Haechan melihat senyuman Ha Ra yang diam-diam ia sukai itu mengundang senyumannya menggembang di bibirnya.

"Yuk."

Haechan mengangguk.

Haechan dan Ha Ra pun berjalan beriringan menuju taman. Berjalan di atas jalan setapak, mereka akhinya berhenti di bawah pohon Ginkgo yang rindang dan berdaun hijau itu. Haechan melihat Ha Ra sedang mengambil alas biru yang sama seperti Ha Ra pakai tadi yang disandarkan ke batang pohon Ginkgo.

LEE HAECHAN  (If she turns your nightmare into a sweet dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang