Perlahan-lahan Haechan membuka kedua matanya. Ia menatap ke sekitarnya. Haechan mengenali tempat ia berada sekarang, kamarnya. Haechan terus menatap suasana kamarnya yang tertata seperti sedia kala. Sampai akhirnya Haechan melihat punggung seorang perempuan yang sedang berdiri membelakanginy dan sepertinya sedang menatap suasana luar.
Perempuan itu membalikkan badannya dan Haechan segera menutup kedua matanya—pura-pura tidur. Namun Haechan selalu mengawasi gerak-gerik perempuan itu dengan matanya yang sengaja ia buka sedikit.
"Bagaimana Non, apa Tuan Haechan sudah siuman?"
Haechan mendengar suara khawatir Bibi Jung di depan pintu kamarnya.
"Sepertinya belum deh, Bi."
Perempuan itu menatap Haechan dengan ekspresi bingung dan sedih. Haechan segera menutup kembali kedua matanya. Setelah itu, Haechan mendengar pintu kamarnya ditutup pelan. Haechan segera membuka matanya dan segera duduk. Ketika Haechan menarik tangan kanannya ke pangkuannya, ia merasa ada tali yang menghambat pergerakkan itu. Haechan menoleh dan ia melihat selang infus di sana yang masih tertancap di tangannya. Haechan menghela napas. Sudah biasa dengan pemandangan itu.
"Siapa perempuan itu? Kok kenal dengan Bibi Jung?" Gumam Haechan sambil menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat itu.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Bib Jung masuk.
"Tuan Haechan sudah siuman. Ada yang sakit kah Tuan?"
"Tidak." Haechan menggelengkan kepala dan tersenyum.
Mata Haechan pun menatap ke arah perempuan itu yang juga masuk ke kamarnya itu sambil tersenyum cerah.
"Siapa sih perempuan yang membawa senyuman cantik itu?" Batin Haechan yang terus menatap perempuan itu.
"Halo Haechan, aku Ha Ra." Perempuan itu menjulurkan tangannya untuk mengajak Haechan berjabat tangan. Senyuman pun tak luntur dari wajah Ha Ra.
"Jangan-jangan dia mau menculikku?" Rasa takut pun tiba-tiba mengusai Haechan yang membuat kepalanya nyeri. Haechan segera menekan kepalanya dengan kedua tangannya.
"AAAAWWW SAKIT, SAKIT!! BAWA DIA PERGI, BI TOLONG, AAWW SAKIT!"
"Minum dulu Tuan." Bibi Jung segera memberikan kapsul obat penenang untuk Haechan.
Setelah Haechan menelan kapsul itu, Bibi Jung segera memberikan Haechan segelas air mineral.
"Dah, Tuan Hachan tenangkan pikiran dan hati dulu yah, nanti bibi ke sini lagi bawakan makanan." Bibi Jung segera membantu Haechan berbaring.
Haechan pun memenjamkan kedua matanya dan berusaha menenangkan diri dengan dibantu obat penenang itu.
~~~ ### ~~~ ### ~~~ ### ~~~
Tangan kiri memeluk baskom yang berisi adonan tepung, garam, telor, soda kue, susu bubuk, soda kue dan gula pasir, sedangkan tangan kanan Ha Ra menguatan tenaganya untuk mengaduk semua adonan itu. Meskipun di rumah tunangannya itu memiliki mixer, tapi Ha Ra lebih senang mengaduknya sendiri.
"Lho Non, kok tidak pakai mixer?"
"Tidak usah. Ini sudah nanggung juga, Bi." Ha Ra tersenyum.
"Apa yang bisa bibi bantu, Non?"
"Terima kasih tawarannya, Bi. Tapi tidak usah." Ha Ra tersenyum lagi.
"Tapi kalau Non Ha Ra butuh bantuan, panggil bibi yah, Non."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN (If she turns your nightmare into a sweet dream)
FanfictionTidak ada kebahagian di kehidupan Haechan. Semasa kanak-kanak yang seharusnya menjadi anak yang ceria dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya itu tidak didapatkan oleh seorang Haechan. Bukan karena ia yatim piatu. Haechan memiliki keluarga le...