CHAPTER 22

39 17 4
                                    


LANJOOOOOT YUUUUUKK GENGS



Pagi setengah siang yang kelabu ini, Haechan dengan ditemani oleh Ha Ra latihan setirnya di komplek perumahan. Sudah hampir satu jam Haechan dapat memutari serempat komplek perumahan yang luasnya kurang lebih satu hektar itu. Kini Haechan tampak mahir mengendarai mobil bahkan ia dengan lancarnya menambahkan kecepatan pada laju mobil.

Tidak ada ketegangan yang berarti seperti saat awal Haechan baru belajar. Bibirnya bergerak-gerak dengan suara bagusnya yang memenuhi mobil, ia ikut bernyayi dengan lagu yang terputar di radio mobil. Bahkan Haechan sudah memberanikan untuk melirik ke arah Ha Ra yang duduk di sampingnya itu. Walaupun hanya sekilas, tapi itu sangat menyenangkan bagi Haechan karena ia melihat gadis itu juga menikmati perjalanan.

"Kau sudah mulai mahir menyetir, Haechan."

"Yah begitulah." Haechan yang terus menatap ke jalanan itu menyungging senyuman dan hatinya kini bak kembang api yang meledakkan kebahagiaan.

Beautiful Beautiful

Gerakan tubuhmu menyerupai kelopak bunga

Oh kau begitu indah

Aku khawatir bahwa dirimu akan patah

Oh kau begitu indah

Sehingga aku tak bisa memelukmu semua yang kuinginkan

Oh kau begitu indah

Cinta yang mempesona......

Suara Haechan dan suara Ha Ra berpadu memenuhi mobil saat lagu berjudul Beautiful milik EXO diputar di radio.

"Suaramu bagus, Haechan."

Gara-gara pujian dari Ha Ra itu membuat Haechan sedikit kehilangan konsentrasi. Ia lupa menginjak rem saat ada 'polisi tidur' di depannya, apalagi kecepatannya sudah Haechan naikkan ke angka dua. Alhasil apapun yang ada di dalan mobil itu melompat saat mobil itu melintasi gundukan yang sengaja dibuat untuk memelankan kendaraan yang lewat di sana.

"Jangan lupa injak rem-nya, Haechan."

"Iya, maaf-maaf." Haechan menggelengkan kepalanya guna mengembalikan konsentrasinya.

"Ada apa denganmu, Haechan? Kau tidak apa-apa kan?" Nada khawatir terdengar di suara Ha Ra. Haechan menyukainya.

"Aku tidak apa-apa. Tapi tolong jangan memujiku saat aku sedang menyetir. Kalau memang ingin memujiku, pujilah aku saat kita di rumah." Haechan melirik ke arah Ha Ra sekilas dan tersenyum.

"Uhh, kalau begitu anggap aku tadi tidak memujimu."

"Oh tidak bisa." Haechan tertawa apalagi ketika ia melihat wajah kesal Ha Ra.

Setelah itu, keheningan pun menyemuti mereka sehingga suara samar-samar kendaraan yang melewati mereka, suara deru halus mobil dan suara radio yang mendominasi.

Saat menatap jalan yang akan Haechan lewati, ekor matanya melihat sebuah rumah yang berlantai dua, besarnya mungkin setengahnya dari rumah Taeyong, tempatnya ada di seberang jalan, jika dilihat dari tempat laju mobil Haechan, tapi sayang rumah itu terlihat tidak terawat. Haechan sempat bingung dengan dirinya sendiri, mengapa ia seperti memperhatikan yang tak terawat itu. Padahal satu jam yang lalu selama ia memutari komplek perumahan ini, Haechan tidak memperhatikan apapun kecuali aktivitas pengemudinya, jalanan dan kendaraan yang melewati mobilnya.

Rintikan hujan pun jatuh dan semakin lama memenuhi kaca depan mobil. Dalam sekejap pun hujan makin menderas.

"Bagaimana ini, Ha Ra? Aku tidak bisa melihat jalan." Haechan memelankan laju mobilnya dan menatap nanar kaca depan mobil yang ngeblur.

LEE HAECHAN  (If she turns your nightmare into a sweet dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang