HAPPY READING GUYS.......
Ha Ra duduk diam di kursi penumpang depan sambil melirik ke arah Haechan yang duduk di kursi kemudi. Mesin mobil menderu halus dan secara berulang-ulang suara mesin itu kian kencang saat kaki kiri Haechan menginjak pedal gas lalu dipelankan lagi. Sedangkan tatapan Haechan menatap bergantian antara RPM dan layar ponsel yang menayangkan video tutorial tentang tahapan latihan menyetir bagi pemula.
"Apa Haechan benar-benar serius mau latihan menyetir?" Batin Ha Ra
"Tinggal berapa detik lagi?" Tanya Haechan tanpa menoleh ke arah Ha Ra.
"Aku hitungin yah, lima....empat....tiga....dua.....satu, finish." Ha Ra menunjukkan stopwatch ponselnya yang telah berbunyi kepada Haechan.
"Oke, tahapan pertama sudah selesai. Mari kita mencoba untuk mengendarainya." Haechan menoleh ke arah Ha Ra dan tersenyum.
Ha Ra pun tersenyum.
Kini Haechan meletakkan tangan kiri di atas tuas transmisi.
"Jangan lupa injak rem dulu." Gumam Haechan. Lalu tak berapa lama Haechan memindah-mindah tuas transmisi sambil terus bergumam, menghafalkan kegunaan huruf dan angka yang ada di sebelah kiri tuas itu.
"Hurup P atau parkir untuk posisi parkir yang mengunci semuanya, sehingga kendaraan tidak bisa didorong, lalu huruf R atau Reverse adalah posisi untuk memundurkan kendaraan, lalu huruf N atau Netral adalah untuk posisi gir netral, hubungan mesin dengan roda dalam dalam keadaan bebas artinya roda tak digerakkan lagi oleh gir......"
Tangan Ha Ra yang bertumpu pada pintu yang menjadi pembatas antara kaca jendela dan body pintu, lalu tangan itulah yang menyangga kepalanya, sedangkah tatapannya lurus ke arah Haechan. Ha Ra tersenyum. Ini kali pertamanya melihat adik tunangannya itu terlihat serius dalam memepelajari hal yang dewasa.
"Benar Haechan sudah dewasa. Usia dia bahkan sudah lebih dari dua puluh tahun kan? Seharus juga dia sudah mendapatkan izin untuk mengemudi."
Namun tatapan senang Ha Ra kini berubah menjadi sendu, saat ia teringat akan trauma menyakitkan yang dialami oleh Haechan sehingga Haechan tak bisa seperti anak-anak seusianya. Jujur ingin rasanya Ha Ra marah akan kejadian itu dan semuanya yang menjadikan Haechan yang begitu menyedihkan seperti ini. Namun, dalam hati Ha Ra menyakinkan satu hal kalau itu semua pasti ada alasannya.
"Ha Ra....hay, kenapa hmm?"
Berapa lama kah Ha Ra melamun sambil menatap Haechan! Sehingga ia tak tahu kalau Haechan menatapnya balik? Entahlah, yang Ha Ra tahu dan rasakan kini adalah rasa malu dan canggung.
"Oh tidak. Ehm...apa kau sudah selesai belajarnya?" Ha Ra berusaha mengenyahkan kecanggungan itu.
"Ehm....aku rasa belum. Aku ingin mempraktikannya di halaman rumah yang luas ini." Haechan tersenyum.
"Oh oke, baiklah."
"Bersiaplah."
"Hati-hati dulu Haechan dan jangan aneh-aneh. Ini bukan geme."
Suara tawa berbahak-bahak memenuhi mobil. Ha Ra merengut.
"Apa yang salah? Wajarlah aku bicara seperti itu, soalnya terkadang Haechan itu bertingkah seperti anak kecil." Ha Ra hanya bisa menghela napas.
"Tenanglah. Aku juga tahu ini bukan game, Ha Ra." Haechan tersenyum seperti tidak pernah membuat Ha Ra dirundung kekesalan.
Ha Ra hanya mengangguk. Lalu ia menggenggam dengan erat tali self belt yang sudah melilit di badannya. Jantungnya berdetak tak karuan, ketakutan pun menyelumuti Ha Ra saat ia melihat Haechan siap untuk menjalankan.
![](https://img.wattpad.com/cover/278535635-288-k52302.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN (If she turns your nightmare into a sweet dream)
FanfictionTidak ada kebahagian di kehidupan Haechan. Semasa kanak-kanak yang seharusnya menjadi anak yang ceria dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya itu tidak didapatkan oleh seorang Haechan. Bukan karena ia yatim piatu. Haechan memiliki keluarga le...