AHAAY GUYS TAK TAK JUMPA YAH
AKU KEMBALI UNTUK MENAMATKAN KISAH LEE HAECHAN INI
BERSIAPLAH MEMBAWA TISSUE GUYS
AND JANGAN LUPA TEBARKAN BINTANGNYAAAAAA
Menatap kelabunya langit dan lambaian dedaunan dari kaca jendela kamarnya tak membuat Ha Ra rileks sejenak dari kemelut pikirannya yang terus menimbang-nimbang keputusan. Hatinya pun tak kalah gundah, karena tadi malam Taeyong mengatakan bahwa Haechan harus menjalani operasi di kepalanya karena ada pendarahan di sana dan Taeyong pun menceritakan bahwa Haechan mengalami kecelakaan karena kejar-kejaran dengan anak buah ayahnya.
Ha Ra hanya terdiam. Ha Ra bingung antara iba dan ia pun tak dapat memungkiri kekasalannya setelah apa yang Haechan lakukan kepadanya. Ha Ra menghela napas. Sejujurnya ia tidak benar-benar kesal dengan Haechan. Ha Ra sangat mengerti Haechan.
"TOK, TOK, TOK."
"Non ada telpon dari Tuan Taeyong," ujar bibi dari luar kamar.
"Oh iya, Bi." Ha Ra segera membuka pintu kamarnya dan segera menuju ke tempat telpon rumah itu berada.
Dari kemarin Ha Ra dan Taeyong saling mengobrol lewat telpon rumah. Cara ini memang tidak enak, apalagi di rumah ada ibu, kakak dan bibi, tidak ada privasi. Namun mau bagaimana lagi, ponselnya entah hilang ke mana. Begitu pun dengan ponsel Taeyong dan dugaan Taeyong itu sangat masuk akal. Mungkin saja Haechan mematikan ponsel mereka dan diletakkan di suatu tempat, agar tidak bisa dilacak lokasi lewat GPS ponsel.
"Halo sayang, bagaimana?"
"Haechan baru saja siuman dan sudah dipindahkan ke kamar rawat."
"Nama ruangannya?"
"Jangmi."
"Oh oke."
"Ehm....kau tidak bermaksud ke sini kan, sayang?"
"Kalau aku ke sana, memangnya kenapa?"
"Apa itu tidak....ehm....maksud aku kan kau baru saja...."
"Tidak. Aku tidak marah dengan Haechan, sayang. Ehm....maksudku, rasa marah itu memang ada dan itu wajar. Tapi aku tahu posisi Haechan bagaimana sehingga dia begini."
"Ha Ra..."
"Iya."
"Terima kasih atas semuanya yah sayang. Kau mau mengerti tentang adikku walaupun itu sulit bagimu."
"Aah apa sih. Sudah yah aku tutup telponnya. Bye sayang."
Ha Ra segera meletakkan gagang telpon itu ke tempatnya lalu dengan langkah lebar, Ha Ra segera melangkah menuju lemari pakaiannya dan segera mengganti pakaiannya. Sedetik kemudian ia memasukkan dompetnya ke dalam tas serempang kecil, menyisir rambutnya, membubuhkan bedak ke wajah dan memewarnai bibirnya dengan lipstick. Sekilas Ha Ra melihat bayangannya di cermin, ia tersenyum lalu dengan langkah lebar Ha Ra keluar kamar dengan membawa tas serempang kecilnya.
"Bi, aku mau pergi sebentar yah. Ada teman sakit." Seperti biasa Ha Ra selalu menyisihkan waktu untuk berpamitan kepada bibinya.
"Oh iya, Non. Hati-hati," jawab bibi dari dapur.
"Oke, Bi." Ha Ra tersenyum. Lalu ia menghampiri Pak Baek untuk mengantarkannya ke rumah sakit tempat Haechan dirawat.
Tiga puluh menit menempuh padatnya jalanan, mobil akhirnya berhenti di samping lobi rumah sakit. Ha Ra keluar dari mobil lalu segera bergegas masuk ke dalam gedung rumah sakit. Saat ia hendak menuju ke meja resepsionis yang sedang ramai antrean itu, tapi matanya melihat Taeyong yang sedang berdiri dengan bersandar di tembok dan matanya menatap ke arah lain. Ha Ra segera menghampiri Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN (If she turns your nightmare into a sweet dream)
Fiksi PenggemarTidak ada kebahagian di kehidupan Haechan. Semasa kanak-kanak yang seharusnya menjadi anak yang ceria dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya itu tidak didapatkan oleh seorang Haechan. Bukan karena ia yatim piatu. Haechan memiliki keluarga le...