CHAPTER 7

66 39 8
                                    


HAVE FUN GUYS......

Seperti yang disanggupi oleh Haechan, ia menemani Ha Ra ke rumah abu (1) ayah Ha Ra. Yaps ini sudah ketiga kalinya Haechan melakukan yang 'baru' baginya dan semua itu karena Geum Ha Ra. Di satu sisi Haechan dipenuhi oleh rasa takut karena keluar dari zona nyamannya yang melindungi selama ini sejak ia mengidap trauma. Namun, di sisi lain Haechan senang bisa menemani perempuan yang selama ini membawa perubahan baginya. Haechan ingin lebih dekat lagi dengan Ha Ra.

Haechan melirik ke arah Ha Ra yang sedang duduk di sampingnya itu. Di sana Ha Ra sedang menatap rangkaian bunga kecil yang ada di tangannya. Lagi, lagi Haechan glagapan melihat Ha Ra yang tiba-tiba menoleh ke arahnya.

"Kau kenapa, Haechan. Tidak apa-apa kan kau?"

"Tidak apa-apa kok. Hanya....gu-gugup saja."

Haechan melihat sorot khawatir di mata Ha Ra yang membuat Haechan senang. Ia senang diperhatikan oleh gadis itu.

Tiap kali mobil berhenti karena lampu lalulintas, Haechan selalu menundukkan kepalanya atau ia mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Tenanglah. Ada aku di sini." Ha Ra tersenyum sambil menyentuh tangan Haechan yang berada di pada Haechan.

Entah mengapa kini tiap kali sentuhan dan tatapan Ha Ra kepadanya selalu membuat Haechan gugup. Padahal dulu tidak separah ini.

Tiga puluh menit perjalanan, kini mobil berhenti dan terparkir di sebuah halaman rumah yang terlihat sederhana bila dilihat dari depan.

"Yuk turun." Ha Ra terus saja menghiasi wajahnya dengan senyuman. Ia segera keluar dari mobil sambil membawa dua rangkaian bunga kecil dengan berbeda warna.

Dengan ragu, Haechan membuka pintu mobil dan ia melihat Ha Ra berdiri menunggunya keluar dari mobil.

Parkiran itu sepi, hanya ada empat mobil termasuk mobil Ha Ra.

"Yuk."

Betapa Haechan tersentak kaget merasakan tangannya digenggam Ha Ra. Haechan melangkah canggung mengikuti Ha Ra. Sambil terus melangkah, Haechan menatap tangannya yang berada digenggaman Ha Ra lalu Haechan menatap punggung Ha Ra yang santai dan tidak menyadari kegugupan Haechan.

Mereka pun berhenti di hadapan almari besar yang memiliki banyak kotak persegi yang berpintu kaca dan di dalamnya terdapat guci dari kramik putih yang terukir nama yang di dalamnya adalah abu dari jasat yang dikremasi, foto, bunga dan benda-benda yang memiliki sejarah bagi yang meninggal atau benda-benda pemberian dari peziarah ke makamnya.

"Ayah aku datang. Adik, kakak datang." Lalu Ha Ra membungkukkan setengah badannya. Begitu pun dengan Haechan

Ha Ra kemudian membuka kunci bilik bersegi itu yang di dalamnya terdapat dua guci yang terukir nama Geum Yeon dan Lee Jae Hyung dan memasukkan dua rangkaian bunga di samping foto Yeon dan Jae Hyung.

Haechan yang berdiri di samping Ha Ra, mendengar suara Ha Ra bergetar. Ingin rasanya Haechan mengusap-usap bahu Ha Ra, tapi ia mengurung niatan itu.

"Aku merindukan kalian. Kalian apa kabar? Maaf aku aku lama tidak mengunjugi kalian."

Haechan menoleh ke arah Ha Ra dan melihat pipi perempuan itu basah. Cepat-cepat Haechan mengalihkan pandangannya dari Ha Ra. Ia tak kuat melihat orang menangis, apalagi seorang perempuan dan perempuan itu adalah Ha Ra. Jujur Haechan merasa serba salah karena ia tak bisa menenangkan Ha Ra. Ia masih gengsi.

"Oh iya, Yah, dik, aku bawa teman nih. Haechan namanya."

"Halo, aku Haechan. Salam kenal." Spontan Haechan segera membungkukkan setengah badannya.

LEE HAECHAN  (If she turns your nightmare into a sweet dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang