CIEEEEE DIJABANI AMA READER WKWKWK.
'KALAU SUDAH MELAMPOI 120 AKU UP LAGI YAH' DAAAN APAAAH PAS 120 DONG YANG BACA CERITA INI. THANK YOU SOOOOOOO MUCH MY READERS.
SEKARANG, AKU MAU MEMBUKTIKAN YANG AKU OMONGKAN KEMARIN.
OKE GUYS HAPPY READING........ ;]
AND DON'T FORGET FOR YOUR VOTE YES GUYS
Lagi,lagi dan lagi untuk kesekian kalinya Haechan melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Berkutat di dapur dan memasak air panas pagi-pagi sendirian tanpa meminta Bibi Jung membuatkan apa yang Haechan minta.
Setelah mendengar teko berbunyi nyaring, Haechan yang telah menunggu selama sepuluh menit dengan duduk yang biasanya digunakan untuk Bibi Jung beristirahat itu langsung melangkah mendekati kitchen set. Ia segera memakai sarung tangan yang terbuat dari kain lalu dengan perlahan, Haechan segera mengangkat teko panas itu dan segera menuangkan air itu ke dalam gelas. Haechan melangkah ke samping kiri dan ia segera membuka almari yang ada di atasnya. Di dapur itu terdapat dua alamari besar yang tertempel di tembok atas yang memiliki sepuluh pintu, Haechan pun segera membuka semuanya demi menemukan yang ia cari.
Di pintu terakhir yang Haechan buka, matanya kardus kecil berwarna putih dan hijau. Dengan segera Haechan mengambil kotak itu lalu mengambil satu saset. Tampa menunggu lama, Haechan segera menuangkan bubuk teh itu ke dalam air yang masih mengepul asap itu. Haechan mengaduknya, dan mencicipinya sedikit.
"Kurang manis sedikit," gumam Haechan. Spontan mata Haechan menatap ke arah rak kecil tempat berbagai macam bumbu yang ada di atas kitchen set.
Dengan penuh percaya diri, Haechan mengambil stoples kecil yang berisi butiran yang perwarna putih, lalu ia segera membuka stoples itu, menyendok sedikit isinya dan memasukkannya ke dalam air teh. Haechan mengaduknya lalu kembali mencicipi.
"Kok jadi gini yah rasanya?" Haechan segera menutup mulutnya dengan sebelah tangannya supaya ia tidak muntah.
"Sepertinya salah." Haechan segera mengambil stoples yang tadi ia ambil tu berisi memutar bada stoples itu di depan wajahnya. Ternyata tulisan 'GARAM' ada di badan stoples itu, tapi berada di sisi lain sehingga Haechan tidak melihatnya.
Haechan mengusap wajahnya dengan kasar sambil menatap segelas teh itu dengan nanar. Namun akhirnya ia terpaksa membuang teh itu ke wastafel. Haechan segera mengisi gelas itu dengan air yang ia alirkan dari kran, ia tidak menyuci gelas itu hanya menggoyang-goyangkan air di dalam gelas. Haechan segera memengganti stoples garam itu dengan stoples gula, tentu saja Haechan membaca dahulu tulisannya. Ia tak mau mengulangi kesalahan yang sama. Haechan menuangkan kembali air panas yang ada di teko itu ke dalam gelas, ia mensobek saset teh bubuk itu dan menuangkannya ke gelas, menuangkan gula dengan ujung sendok lalu Haechan mengaduknya lagi. Setelah dirasa sudah tercampur semuanya, Haechan mencicipinya dan senyuman pun mengembang.
Haechan segera mengembalikan stoples gula itu pada tempatnya, begitu pun denga teko yang masih berisi setengah air sebelum ia keluar dari dapur dengan membawa segelas teh panas untuk Ha Ra yang masih terlelap.
Keragu-raguan pun selalu menguasai hati Haechan saat ia ingin melakukan sesuatu terhadap Geum Ha Ra. Ia menatap segelas cairan cokelat dengan aroma teh dan lemon itu sejenak sebelum akhirnya Haechan memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang bercat putih itu.
"TOK, TOK, TOK." Ketukan pertama tidak ada jawaban yang Haechan dengar dari dalam kamar.
"TOK, TOK, TOK."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN (If she turns your nightmare into a sweet dream)
FanfictionTidak ada kebahagian di kehidupan Haechan. Semasa kanak-kanak yang seharusnya menjadi anak yang ceria dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya itu tidak didapatkan oleh seorang Haechan. Bukan karena ia yatim piatu. Haechan memiliki keluarga le...