SANGAT SANGAT SANGAT MENANTIKAN KESADARAN READER UNTUK MENGEKLIK BINTANGNYA UNTUK CERITA INI
Di atas rumput hijau sintetis, di samping air mancur dan di kelilingi banyaknya tanaman serta bunga yang cantik, yang memiliki harga berjuta-juta itu, Haechan melebarkan kain dengan motif kotak-kotak besar dengan warna merah dan putih itu. Haechan menata minuman jus kaleng dan berbagai makanan ringan di atas karpet itu.
"Tidak buruk-buruk amat." Haechan tersenyum saat melihat hasil kerjanya.
"Nah, sekarang tinggal ajak Ha Ra ke sini. Eh tapi....bagimana caranya..." Haechan kebingungan.
Namun Haechan tak mau hanya terdiam saja terkurung dalam kebingungan. Ia melangkah keluar dari rumah kaca dan masuk ke rumah untuk mencari Ha Ra. Saat Haechan tiba di anak tangga terakhir, ia mengayunkan kedua kakinya menuju ruang santai, samar terdengar suara Ha Ra yang berasal dari dapur, Haechan segera memutar haluan.
Jendela dengan ukuran 2x10, Haechan melihat Ha Ra sedang berdiri di samping Bibi Jung dengan posisi memunggungi itu. Keraguan-raguan mengusai hati Haechan. Sejenak ia terdiam lalu akhirnya Haechan memberanikan diri untuk mendekati Ha Ra.
"Ehm....Ha Ra..." Ternyata keberanian itu tidak bertahan lama di hari Haechan.
"Iya Haechan, ada apa?" Ha Ra menoleh dan menatap Haechan.
Tatapan lembut dari Ha Ra sanggup membuat nyali Haechan menciut. Bukan hanya banyaknya kegiatan yang 'baru' yang Haechan lakukan, tapi perasaan gegupan yang amat sangat seperti ini pun Haechan rasakan saat bersama Ha Ra.
"Temani aku......ke rumah kaca......Ha Ra." Haechan sungguh kesal pada suaranya kini. Dua kata, dua kata, sudah bak batita yang sedang belajar bicara.
"Tapi aku sedang memasak, Haechan. Bagaimana kalau kau menungguku sebentar saja, lalu nanti kita ke rumah kaca, yah?"
Haechan terdiam. Ia tak tahu bagaimana mengajak Ha Ra untuk secepatnya ikut bersamanya.
"Sudah Non Ha Ra, ikut Tuan Haechan saja. Masakannya tinggal sebentar lagi selesai, biar bibi saja yang menyelesaikannya," ujar Bibi Jung.
"Oh iya sudah Bi, kalau begitu." Ha Ra tersenyum sambil melepaskan sarung tangan yang terbuat dari karet.
Hati Haechan begitu bahagia mendengar jawaban Ha Ra.
"Yuk Haechan." Ha Ra tersenyum.
Haechan mengangguk lalu dengan cepat ia mendekati Bibi Jung.
"Terima kasih yah, Bi. Ehm...kalau masakannya sudah jadi, Bibi antarkan saja ke rumah kaca," bisik Haechan.
Bibi Jung mengangguk dan tersenyum. Haechan tersenyum lalu melangkah bersama Ha Ra menuju lantai dua.
"Ehm....Ha Ra sebenarnya....aku sudah buat piknik ala-ala untuk ehm....kita," ujar Haechan saat mereka masuk ke rumah kaca.
"Oh iya? Bagus dong. Di mana pikniknya sekarang?"
Melihat antusias Ha Ra membuat hati Haechan dipenuhi bermekaran bunga dan keragu-raguan pun hilang seketika. Dengan semangat, Haechan menunjuk ke salah satu tempat yang sudah ia tata.
"Ayo!"
Haechan tersentak kaget saat tangan Ha Ra tiba-tiba menggenggam tangannya dan menariknya ke tempat untuk piknik itu.
Haechan dan Ha Ra pun segera duduk di atas kain piknik dan Haechan kesulitan untuk menahan senyumnya lagi saat ia melihat mata Ha Ra yang berbinar-binar menatap barbagai makanan dan minuman yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN (If she turns your nightmare into a sweet dream)
FanfictionTidak ada kebahagian di kehidupan Haechan. Semasa kanak-kanak yang seharusnya menjadi anak yang ceria dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya itu tidak didapatkan oleh seorang Haechan. Bukan karena ia yatim piatu. Haechan memiliki keluarga le...