Selamat membaca ☺️***
Tara menelpon ayahnya yang sedang menjaga tante Maura di rumah sakit. Dia sangat ketakutan, mendengar bahwa bunda-nya sudah tidak ada.Bunda Asrih meninggal,dia mengakhiri hidupnya dengan cara menenggelamkan kepalanya di bak mandi.
Tara tidak tahu harus bagaimana lagi,dia takut ,sedih,dan sendirian. Setelah mendapatkan kabar dari rumah sakit jiwa , Tara merasa dunianya runtuh sudah.
"Aayaah"teriak nya pada telepon yang sudah terhubung.
"Kenapa Tara"
"Bunda ayahhh...hiks...."
"Kenapa bunda"
"Bunda asrih bunuh diri,bunda udah gak ada ayah"tangisan Tara pecah kalanitu juga.
"Kamu diam di tempat,ayah akan segera pulang" ujar atrio,was-was kalau Tara melakukan hal yang aneh-aneh.
Tara mengangguk,dia mematung di tempat setelah telepon nya dimatikan. Badannya gemetar hebat,ketakutan dan kesediahan bercampur jadi satu.
***
"Ayah"ujar Tara sambil berlari menuju sang ayah.
Atrio memeluk putrinya,mencoba untuk menenangkan nya.
"Ayah bunda"isak Tara.
"Bunda sudah tiada,bunda udah tiada ayah"Tara meraung-raung .
"Sayang kamu pasti kuat,kamu jangan rapuh seperti ini,bunda akan sedih Tara"ucap atrio mencoba menenangkan Tara.
"Bunda ayah,,,bundaaaa....hiks...."
Dan detik berikutnya Tara sudah tidak bisa lagi memikul bebannya,dia amruk. Atrio menangis, dia tidak kuat melihat putrinya seperti ini,dia tidak bisa melihat Tara kesayangan nya lebih menderita lagi.
"Sayang, Tara anak ayah kuat ya ,,, sayang"ujar atrio sambil menepuk-nepuk pipi Tara,tapi tidak ada respon apapun dari orang yang sedang pingsan.
Atrio membopong tubuh putrinya kekamar, membiarkan nya istirahat.
Sedang dia harus mengurus keperluan,karena sebentar lagi jenazah istrinya akan di antar pulang.
***
Alit, Mehra,dan vio masih tidak percaya bahwa bunda-nya Tara akan pergi secepat ini. Sedangkan Tara masih duduk bersimpuh dengan derai air mata di atas tanah sambil memandangi makam bunda-nya."Tuhan,hadiah mu untukku sangat indah,aku sampai tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih"teriak Tara.
Alit dan vio mencoba menenangkan tara,tapi semakin di tenangkn Tara semakin histeris,dia tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Bagaimana caraku menyampaikan nya padamu tuhan,aku sangat hancur sekarang, bagaimana caraku memberitahu mu Tuhan agar kau dapat mengerti agar kau tak lagi menambah beban di hati"
"Aku sangat rapuh,dengan satu sentuhan lagi aku akan benar-benar hancur,jangan biarkan aku menderita lebih dalam lagi,kembalikan semua nya Tuhan,sudah cukup ujian nya,aku mengaku kalah aku mengaku lemah,tolong kembalikan bunda Tuhan"teriak nya.
"Tara jangan sedih lagi"kata Alit
"Gimana gue gak sedih lit,semua udah hancur semua udah hilang gue kehilangan semuanya....hiks...."
"Lo masih punya kita Tara"kata mehra,mencoba menenangkan Tara.
"Kalian ?.....kalian siapa....kalian di mana pas gue butuh,kalian bahkan gak pernah ada di hari-hari terburuk hidup gue, gue sendiri,gue kesepian,kesakitan,semua gue rasakn sendirian gue gak pernah ngerasain di semangatin,bahkan kalian menghindar dari gue,itu yang kalian sebut teman. Iya kita teman,tapi cuman saat gue bahagia,sisa nya kita asing, gitu kan."
Mereka bertiga terdiam.
Lalu Alit memeluk tara,disusul oleh vio,dan mehra.
"Maafin kami ya ra....hiks"
***
Satu persatu tamu pamit untuk pulang,rumah yang tadinya ramai kini mendadak sepi, Atrio juga sudah pamit,kembali kerumah sakit untuk menemani Maura ,tinggal Tara sendiri sembari memeluk foto Asrih_ibunya.
Rasanya dunia runtuh,saat ibu sudah tidak ada. Apapun itu,berapapun nilainya jika di bandingkan dengan ibu maka tidak akan ada harga nya lagi.
"Ini hadiah paling buruk sepanjang hidup ku...hiks..."
"Hari ulang tahun paling menyedihkan...hik...hiks...."
"Bunda kenapa pergi secepat ini,bunda bahkan belum sembuh,kenapa bunda harus pergi dalam kondisi seperti ini,kenapa bunda harus mati begini...kenapa harus bunuh diri....kenapa bunda...hiks..hiks...."Tara berteriak pada foto yang di pegang nya,tapi nihil tidak ada jawaban.
Tok...tok.... Suara ketukan pintu.
Dengan malas Tara membuka pintu, dan ingin melihat siapa yang mengganggu acara bersedih nya.
"Kaka..."
Satria tersenyum,senyum paling tulus,paling manis paling segala-galanya deh...
Tara memeluk tubuh satria tanpa permisi,air matanya langsung berhamburan di bahu satria,bodo amat tentang malu,bodo amat kalau Satria hanya pura-pura perduli, sekarang Tara hanya ingin di peluk hanya ingin menumpahkan semua rasa entah pada siapa saja.
"Kenapa bunda tinggalin Tara ka....hiks...hiks.."
"Apa karena Tara gak bisa jadi anak baik,apa karena tara gak bisa jaga bunda...hiks"
Satria dari awal sudah tahu masalah Tara,jadi dia tidak heran lagi dengan apapun yang Tara ucapkan.
"Kenapa bunda harus bunuh diri ka,kenapa..? Padahal bunda tahu di sini ada Tara, ada Tara yang setiap detik nunggu bunda sembuh,nunggu bunda kembali..."
"Ka bunda ya ka...hiks..bunda jahat kan ka.."
"Bunda lemah...! Cuman orang lemah yang mengakhiri hidupnya sendiri...hiks"
"Tara benci bunda...hiks..."
"Sttt......"satria menenangkan Tara,dia mengusap puncak kepalanya "kamu bisa melewati ini, kamu kuat" sial,kalimt macam apa itu satria menyesal mengatakan nya, dia bahkan tetap dengan nada dingin + aura dinginnya Bahkan di saat seperti ini satria tidak bisa untuk bicara dengan nada mengayun atau minimal bisa terdengar seperti motivasi atau perduli...sial.
Tapi apapun anggaan Tara, Satria masa bodoh aja, tuh niatnya kesini emang tulus mau ngehibur, walaupun dia sendiri butuh hiburan.
Tara melepaskan pelukannya. Menyuruh satria untuk masuk,karena tidak enak menangis di depan pintu seperti ini. "Masuk dulu ya kak,aku buatin minum"
"Gausah,gue mau pulang"ucapnya,satria memutar balik tubuhnya dan mulai berjalan menjauh dari rumah Tara.
Anjrott....dalam hati Satria berkali-kali merutuki dirinya,kenapa dia harus putar balik kenpa tubuh nya kaku dan otaknya ikut beku,kenapa harus sedingin ini kenapa harus sedatar ini....bangseeee, Tara yang melihatnya pun tidak tahu harus bereaksi apa.
***
suka ceritanya?
Sehat selalu ya kalian☺️
Babay bumbay 🍭 di chapter berikutnya ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
RETAK [HIATUS]
Teen FictionAku harap ini dongeng dan ku harap ini hanya penghantar tidur saja. Tidak apa-apa jika aku sudah terlanjur luka Tapi tolong jangan lanjutkan cerita ini !!! Aku sudah terbiasa dengan air mata Aku juga sudah kebal dengan kecewa Tapi ini ? Sudahlah ku...