CHAPTER TUJUH |RETAK

653 40 0
                                    

Sebuah keberuntungan bagi tara karena hari ini semua guru mengadakan rapat dadakan jadi dia tidak perlu susah susah mencari alasan untuk bolos di jam pelajaran.

Sebagai anggota UKS sudah kewajiban tara untuk membersihkan ruangan UKS yang sering digunakan nya untuk tidur atau bolos di saat jam pelajaran berlangsung,meski melelahkan tapi ini lebih baik dari pada mendengarkan materi materi yang tidak pernah bisa masuk ke otak nya.

Setelah selesai membersihkan ruang UKS Tara duduk dilantai dan menyandarkan tubuhnya di ranjang UKS, matanya menatap langit-langit ruangan.
Di hatinya ada rasa rindu akan sahabat-sahabat nya, tapi apakah sahabat sahabat nya itu juga rindu padanya.
Andai dia dan vio tidak bertengkar kemaren. Andai vio tidak menghianati nya. Mungkin sekarang vio akan berada 24 jam disamping tara untuk mendengarkan cerita-ceritanya,karena diantara sahabatnya yang lain, hanya vio yang paling unggul mengerti perasaan tara. Meski vio paling kasar,paling pedas dan sering marah-marah tapi tara sangat menyayangi nya.

Tara menutup matanya,pikirannya terus saja memutar memori saat-saat dia bersama sahabatnya.
Air mata nya mulai jatuh ada keinginan untuk kembali bersama,tapi apakah itu mungkin?

"Alit,mehra,vio gua rindu kalian
Gua butuh kalian
Gua mau cerita banyak hal sama kalian
Gua gak sanggup nahan beban ini sendiri" ucap tara pelan di sela tangisan nya

"Kriik" suara pintu , sepertinya ada orang yang ingin masuk kedalam ruang UKS. Tara menyapu air mata nya dan bersiap-siap untuk memasang wajah biasa-biasa saja

"Ra gua cariin lo kemana-mana ternyata lo disini" kalimat pertama yang di ucapkan vir setelah membuka pintu UKS. Tara hanya tersenyum merespon kata-kata vir.

Vir berjalan mendekati tara ,sangat dekat bahkan hampir tidak ada jarak di antara mereka.

Tara memalingkan wajah,lalu duduk di atas ranjang UKS.

"Ra lo habis nangis ?" Vir bertanya karena mata tara terlihat merah dan lebih lembab seperti baru saja menangis.

"Hah,enggak kok"

"Jangan boong ra gua tau lo habis nangis kan"

"Gua cuman kurang tidur vir,udah gausah di perpanjang"

"Okay"sahut vir.
Sebenarnya vir tidak sepenuhnya percaya dengan alasan tara,karna vir tahu tara habis menangis. Dia hanya tidak ingin memaksa tara berkata jujur dan menceritakan apa masalah yang membuat nya sampai menangis. Vir hanya menunggu . Menunggu tara akan menerima nya, menunggu tara untuk terbuka padanya jika tidak bisa sebagai seorang pacar vir siap jika hanya sebagai sahabatnya.

"Mau es cokelat" goda vir

"Mau" sahut tara sambil menampilkan deretan gigi rapi nya

"Goooooo"

Tara dan vir beranjak dari ruang UKS dan menuju kantin.

"Tan pesan es cokelat nya 1" ucap vir. Maklum saja jika vir memanggil ibu kantin ini dengan sebutan tante karena jika dia memanggil dengan sebutan bik,atau mbok maka mereka tidak akan di berikan es cokelat

"Okay guys" sahut tante mirna. Dilihat dari wajah mungkin tante mirna sudah tidak muda lagi tapi berhubung tante mirna  terlalu update di media sosial jadilah begini.

Vir dan tara duduk di kursi yang sudah disediakan di kantin.
Mata tara terfokus pada seorang perempuan yang tidak jauh dari kursinya, perempuan itu duduk sendirian.

Tiba-tiba vir menyenggol lengan tara

"Ih apaan sih"omel tara

"Kenapa gak di samperin aja"

"Hah,siapa?" Tara pura-pura tidak tahu menahu

"Aku tau kamu lagi merhatiin vio,udah samperin aja gausah gengsi"

"Engak kok aku gak merhatiin dia"

"Yaudah"

"Ini guys minumannya udah selesai,kalau suka jangan lupa like dan komen ya" ucap tante mirna

Suara tante mirna mengejutkan tara dan vir karena kehadirannya sangat tiba-tiba

"Iya,iya"sahut vir. Mereka pun tertawa

(。♡‿♡。)

Kini tara berposisi di depan rumah. Rasanya sangat berat melangkah masuk mengingat kejadian tadi malam,tapi ini rumahnya dan bagaimana pun dia akan pulang kesini.

Tara memasuki rumah,didalam rumah masih sepi mungkin ayah belum pulang kerja tapi kenapa mama belum keluar dari kamar apa dia pingsan karena belum memakan apapun dari kemaren.

Tara memberanikan diri menemui mamanya,dan yang tara lihat dikamar itu masih sama. Seorang perempuan yang menunduk sedang menangis tapi bedanya adalah kondisi nya lebih memprihatinkan daripada kemaren, pakaian nya kotor dan rambutnya sangat usang. Bukan mama sama sekali karena mama selalu cantik dan bersih.

Asrih belum menyadari kehadiran tara kerena dia masih asik menangis dan memutar kenangan menyakitkan itu. Kenangan disaat suaminya mengatakan banyak janji dan kenangan saat suaminya mengatakan banyak pengakuan tentang bagaimana dia mengingkari janjinya sendiri.

"Mamah" ucap tara pelan. Tapi sialnya asrih mendengar suara itu

Asrih beranjak dari tempat dia duduk,dan mengambil asal benda di sekitarnya.
satu botol parfum kaca di pecahkan nya,lalu asrih meleparkan beling-beling itu kearah tara.

"Mamah"teriak tara. Tara tidak bisa lagi menghindar saat asrih melempar beling kaca itu kearahnya. Tangan kanan tara gemetar menjabut kaca yang menancap di tangan kiri nya,darah segar mulai bercucuran ke lantai. Bukannya menghampiri tara dan meminta maaf asrih justru tertawa puas melihat tara kesakitan.

"Mama" tangis tara pecah.Tara berlari keluar kamar. Bukan karena darah segar yang tidak berhenti keluar yang membuatnya sakit,tapi suara gelagak tawa asrih yang membuatnya lebih sakit.

Tara membersihikan lukanya dan mengobati nya,rasanya sakit sangat sakit tapi tidak sebanding dengan sakit hatinya.

"Mamah sudah berubah"ucapnya pelan disertai isakan tangis "apa benar karena aku bukan anak mama,tapi kenapa baru sekarang mama membenciku"pikir tara.

RETAK [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang